(Oposisi terpecah belah)
Militer Syria benar-benar berusaha seefektif mungkin menghancurkan kantong-kantong perlawanan pemberontak. Setelah kawasan Douma di pinggiran kota Damaskus berhasil direbut kembali dari tangan pemberontak, Homs yang selama ini menjadi pusat pemberontakan juga berhasil dikendalikan.
Menurut laporan media Syria "Al-Watan", Selasa (3/7), militer Syria telah berhasil mempersempit dan mengisolir kantong-kantong pertahanan pemberontak di kota Homs dan sekitarnya sementara para pemberontak mengalami kehancuran moral untuk meneruskan perlawanan.
"Militer berhasil mengisolir kantong-kantong pertahanan pemberontak di Homs dan sekitarnya. Kini mereka tengah memburu para pemberontak di tempat-tempat persembunyiannya," tulis Al Wathan.
Menurut Al Wathan para pemberontak di kantong-kantong pertahanan mereka di kawasan Khaldiyeh, Hamidiyeh dan warsha, telah mengalami keruntuhan moral. Bahkan di antara para pemberontak timbul perpecahan tajam. Selain serangan militer pemerintah, hal yang membuat para pemberontak "jatuh moral" adalah karena mereka tidak lagi bisa mendapatkan makanan dan senjata seiring semakin kuatnya militer Syria menancapkan kekuatannya.
Sementara itu kantor berita Syria "SANA" melaporkan bahwa militer terus melakukan pembersihan terhadap para pemberontak di beberapa kota lain seperti Idlib dan Hama. Dalam pengejaran di kota-kota itu militer berhasil mengamankan sejumlah besar bom berkekuatan tinggi (IED), salah satunya yang ditempatkan di sepeda motor.
"SANA" juga melaporkan para pemberontak telah melakukan sejumlah besar aksi penculikan dan pembunuhan terhadap warga sipil yang tidak mendukung aksi mereka. Di antara korban penculikan dan pembunuhan itu adalah wanita dan anak-anak.
Adapun di Homs militer berhasil menguasai satu gudang milik pemberontak di kawasan Al Qseir yang digunakan sebagai tempat penyimpanan amunisi dan ransum mereka. Di tempat ini berhasil diamankan 25 bom berkekuatan tinggi seberat antara 30-40 kg.
OPOSISI TERPECAH BELAH
Perpecahan di medan pertempuran tercermin dalam pertemuan kalangan oposisi yang diadakan di Kairo, Selasa (3/7). Sebagaimana diberitakan sejumlah besar media internasional, pertemuan yang diadakan untuk menyatukan visi paska konperensi internasional untuk Syria di Genewa, berubah menjadi medan perselisihan yang berpuncak pada walk-out nya sebagian delegasi dalam pertemuan tersebut.
Media massa barat memang tidak menjelaskan secara rinci bagaimana perpecahan itu terjadi. Namun "Al Manar" berhasil mempublikasikan suasana pertemuan yang berubah menjadi ajang perkelahian dan caci-maki. Kantor berita Inggris BBC menuliskan sulit menuliskan hasil pertemuan tersebut, apakah telah terjadi kesepakatan atau justru perpecahan.
Pada hari Selasa, terjadi pertikaian hebat dalam pertemuan. Sebagian delegasi terlibat perkelahian saat delegasi dari kelompok Kurdi "walkout" setelah kecewa peran mereka berusaha dimarginalkan.
"Kami tidak akan kembali ke pertemuan ini dan itu adalah keputusan akhir kami. Kami adalah rakyat yang memiliki bahasa dan agama, dan itu adalah yang menentukan suatu rakyat," kata Morshed Mashouk, pemimpin Syrian Kurdish National Council.
Saat delegasi Kurdi hengkang delegasi-delegasi lain meneriakinya: "Skandal! Skandal!". Mereka menuduh delegasi kurdi berupaya menggagalkan pertemuan. Sebelumnya delegasi dari kelompok Syrian Revolution General Commission (SRGC) telah lebih dahulu walkout.
Para pegawai hotel tempat berlangsungnya pertemuan dengan sigap menyingkirkan meja dan kursi untuk menghindari kerusakan lebih besar sekaligus memberi ruang lebih luas bagi orang-orang yang berkelahi. Pada saat itu juga terdengar teriakan-teriakan dan tangisan para wanita.
Sumber:
"Syrian Army Controls Homs, Tightens Grip on Armed Groups There"; almanar.com.lb; 4 Juli 2012.
"Syria opposition fails to overcome differences in Cairo"; almanar.com.lb; 4 Juli 2012.
No comments:
Post a Comment