Media-media massa dengan antusias mengutip pidato perdana Anis "Rolex" Matta, presiden baru PKS setelah diangkat menggantikan pendahulunya yang ditangkap KPK karena terlibat kasus korupsi impor daging sapi.
"Jangan bangunkan macan tidur!" kata Anis terkait penangkapan pendahulu Anis, Luthfi Hasan Ishaak, di kantor DPP PKS, satu tindakan yang dengan jelas bisa ditafsirkan sebagai "pelecehan" terhadap PKS. Kita tidak pernah bisa membayangkan KPK berani melakukan hal yang sama jika Ketua Umum Golkar atau PDI yang menjadi tersangka.
Publik pun menunggu dengan antusias apa yang akan dilakukan PKS setelah pidato tersebut. Apalagi setelah Anis "Rolex" Matta menyebut-nyebut adanya "konspirasi" dalam penangkapan Luthfi.
(Saya sertakan kata "Rolex" karena Anis adalah segelintir orang dari lebih 200 juta penduduk Indonesia yang bisa memakai jam tangan "Rolex", simbol kemewahan yang biasanya hanya digunakan oleh para pengusaha sukses, bangsawan tinggi atau selebritis terkenal)
Namun seiring perjalanan waktu, tidak ada satupun tindakan yang dilakukan sang "macan tidur". Tidak ada auman lagi. Tidak ada cakaran-cakaran. Sang macan rupanya sudah ompong tengah sakit-sakitan.
Anis tentu tidak akan gegabah untuk menyerang balik para "konspirator" yang telah mempermalukan seluruh kader PKS itu. Mungkin ia memiliki beberapa jurus yang bisa diandalkan untuk membuat musuh jumpalitan, informasi-informasi penting yang tidak diketahui publik. Namun ia juga sadar, musuh juga sudah memiliki kartu truf untuk menyerangnya. Dan dengan aparat penyidik yang di tangan musuh, ia bakal mati kutu. Menyeret kader PKS yang menjadi menteri pertanian terkait keterlibatannya dengan kasus Luthfi, misalnya, akan bisa membuat PKS hancur lebur. Maka Anis pun tetap memilih menjadi macan tidur.
Jujur saja, awalnya saya termasuk orang yang memiliki harapan besar terhadap PKS sebagai partai Islam yang "bersih", "lurus" dan "amanah". Namun harapan itu luntur setelah PKS, demi meraih simpati, menggadaikan landasan dasarnya menjadi partai "inklusif" dan "liberal". Untuk menunjukkan ke-liberal-annya mereka memilih berkongres di hotel-hotel mewah termasuk hotel milik zionis sekalipun. Para petinggi-nya pun sudah berganti penampilan, dari awalnya berkopiah dan bersendal menjadi berjas Armani dan jam tangan Rolex. Mereka sudah berada di luar jangkauan saya.
2 comments:
mungkin hilaf...
tapi semoga kekhilafan ini tidak berlanjut.......
Rolex-nya masih dipakai kok silaf. Dan anaknya Hilmi mbok bertanggungjawab dulu, jangan lari.
Thanks for comment.
Post a Comment