Ketika para pejuang Shiah Lebanon (yang kemudian membentuk organisasi Hizbollah) membom kedubes Amerika serta markas pasukan marinir Amerika dan Perancis tahun 1983 yang berujung pada penarikan pasukan Amerika dan Perancis, ketika para pejuang Lebanon membom Presiden Gemayel yang dianggap berkhianat, atau ketika teroris membom mantan perdana menteri Rafiq Hariri tahun 2005, Lebanon hampir tidak mengenal "bom bunuh diri". Bahkan dalam beberapa serangan bom di wilayah dukungan Hizbollah beberapa waktu terakhir pun para pelaku masih mengandalkan bom mobil yang diledakkan dengan remote control.
Namun era "bom bunuh diri" sepertinya kini telah mulai terjadi di Lebanon menyusul beberapa wilayah konflik lainnya seperti Palestina, Irak, dan Syria. Tidak lain karena serangan bom yang terhadap kedubes Iran hari Selasa lalu (19/11) dilakukan dengan cara ini. Dan dengan cara itu pulalah para teroris kini mewujudkan ancamannya untuk menjadikan Lebanon sebagai arena "jihad" sembari menyalahkan Hizbollah dan Iran atas dukungannya terhadap regim Syria.
Dan ketika suara ledakan mulai meredup meninggalkan kerusakan dan puluhan orang tewas dan terluka (sebagian besar warga sipil Lebanon yang tak berdosa, karena serangan sebenarnya terjadi di luar kompleks kedubes Iran), publik dikejutkan dengan pengakuan Sirajuddin Zureiqat di Twitter, sebagai penanggungjawab serangan dengan mengatas-namakan kelompok Abdullah Azzam Brigades yang terafiliasi dengan gerakan Al Qaida.
Nama Abdullah Azzam Brigades sendiri sebenarnya tidak diketahui publik Lebanon, namun tidak dengan nama Sirajuddin. Aparat keamanan Lebanon dan kalangan politisi Lebanon telah mengenal nama Sirajuddin. Pada tahun 2011 ia bahkan sempat ditangkap oleh aparat keamanan Lebanon karena keterlibatannya dalam aksi-aksi terorisme. Namun karena tekanan politik yang kuat, aparat keamanan terpaksa melepaskan Sirajuddin. Berbagai sumber menyebutkan salah satu tekanan itu berasal dari Mufti Besar (pemimpin kaum Sunni) Lebanon yang menelpon panglima militer Lebanon Jendral Qahwaji untuk melepaskan Sirajuddin. Usai dilepas, Sirajuddin pun langsung menghilang hingga tiba-tiba saja menyatakan diri sebagai pelaku pemboman.
Dalam pengakuannya itu Sirajuddin menyebut aksi teroris tersebut sebagai "Serangan Kedubes Iran di Beirut" dan kedua pelaku serangan sebagai "2 pahlawan Sunni Lebanon". Dengan percaya diri ia bahkan mengklaim, "serangan-serangan di Lebanon akan berkelanjutan hingga 2 hal tercapai, yaitu penarikan Partai Iran (Hizbollah) dari Syria serta pembebasan kawan-kawan kami yang ditahan di penjara penindasan Lebanon".
Serangan terhadap Kedubes Iran ini sangat mengejutkan aparat keamanan Lebanon. Mereka mengira ancaman serangan teroris telah lewat setelah berlalunya peringatan Hari Asyura yang biasanya menjadi sasaran paling dicari oleh para teroris takfiri wahabi anti-Shiah.
Selama ini militer Lebanon dituduh sebagai kaki-tangan Iran-Hizbollah karena sikap tegasnya terhadap kelompok-kelompok ekstremis Sunni. Berkali-kali mereka terlibat bentrokan hebat dengan para ekstremis Sunni, termasuk ketika membersihkan kamp-kamp pengungsi Palestina dari unsur-unsur ekstremis dan saat mengusir para ekstremis pimpinan Sheikh Al Assir di Sidon beberapa waktu lalu. Militer yang secara tradisi dipimpin oleh Jendral Kristen memang serba salah. Sikap tegasnya terhadap para ekstremis wahabi justru dituduhkan sebagai sikap keberpihakan terhadap Hizbollah.
Sebaliknya para ekstremis Sunni sangat menyukai dinas inteligen Lebanon (Internal Security Forces Information Branch) yang dipimpin oleh perwira tinggi Sunni, yang dalam aksi-aksinya dianggap anti-Hizbollah.
Media Lebanon yang dekat dengan Hizbollah, Al Akhbar beberapa waktu lalu melaporkan bahwa kelompok pemberontak Syria yg dekat dengan Saudi Arabia dan Al Qaida, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), telah memutuskan untuk melakukan serangan-serangan bunuh diri terhadap "sasaan-sasaran Shiah" di Lebanon. Namun sasaran itu tidak melulu simbol-simbol Hizbollah, melainkan juga terhadap figur-figur publik Sunni yang mendukung Hizbollah.
Lebih jauh laporan itu menyebutkan bahwa ISIS, di tengah posisi militernya yang kurang menguntungkan di medan perang Syria, sangat serius untuk memindahkan medan perang melawan Hizbollah di wilayah Lebanon.
(bersambung)
2 comments:
manifestasi kekalahan beruntun pemberontak syria dan kemaaraan tentera syria di Qalamoun- pemberontak ingin menegaskan mereka masih ada, namun mereka mendedahkan jatidiri dan kebodohan mereka membuka medan baru perang yang telah dicabarkan oleh Nasrullah agar takfiris bertanding perang dengan hizzbullah di Syria saja,
Jelas-merekalah musuh kemanusiann dan sheik mereka dalam pelarian yang sangat membenci hizbullah mereka akan menerima hukumannya,,,
Cak yono tlng jngn sebut sunni untuk musuh hisbullah. . sebut saja wahabi pmbawa fitnah
Post a Comment