Friday, 29 November 2013

TELAT SADAR, SAUDI BARU PERTIMBANGKAN CABUT LARANGAN WANITA MENGEMUDI

Malu diolok-olok sebagai negara terbelakang akibat peraturan yang melarang wanita mengemudi, Saudi akhirnya mempertimbangkan untuk mencabut larangan tersebut. Informasi tentang hal itu dikeluarkan oleh para aktifis pembela hak wanita mengemudi.

"Percayalah bahwa masalah itu tengah dipertimbangkan dan semoga hasilnya memuaskan," kata Aziza al-Yusef, aktifis pembela hak wanita setelah bertemu Mendagri Pangeran Mohammed bin Nayef bersama sesama aktifis Hala al-Dosari. Pernyataan tersebut disampaikan Aziza hari Rabu (27/11).

Menurut Aziza pertemuan diadakan di kantor Pangeran Nayef, namun komunikasi dilakukan melalui "video conference" karena adanya larangan pertemuan pria-wanita yang bukan muhrim di Saudi Arabia.

Meski demikian Pengeran Nayef mengatakan bahwa keputusan tentang dicabutnya larangan tersebut hanya bisa dilakukan oleh dewan legislatif. Lembaga yang bernama "Dewan Shura" ini berisi tokoh-tokoh yang ditunjuk raja, bukan melalui pemilu sebagaimana dewan ligislatif lain di negara-negara di dunia. Lembaga ini hanya bisa mengeluarkan "rekomendasi", sedang semua keputusan akhir berada di tangan raja.

"Kami berharap adanya dekrit raja yang akan memberikan kita hak itu (mengemudi)," kata Yusef.

Sebanyak 3 orang anggota wanita dari total 30 anggota wanita "Dewan Shura" yang berjumlah 150 orang, bulan lalu telah mengeluarkan rekomendasi pencabutan undang-undang larangan mengemudi bagi wanita. Namun rekomendasi itu ditolak sebagian besar anggota dewan lainnya dan tidak menyerahkannya kepada raja untuk disetujui.

Menurut para aktifis itu Pangeran Nayef menekankan bahwa kerajaan diatur oleh hukum syariah. Sebaliknya para aktifis juga meyakinkan bahwa mengemudi tidak melanggar syariah.

"Hukum Syariah tidak boleh ditentukan oleh pendapat para ekstremis," tulis Dosari dalama akun "Twitter"-nya.

Bulan lalu sebanyak 16 wanita ditangkap polisi dalam aksi mengemudi yang digelar sebagai protes menentang larangan mengemudi bagi wanita. Selain didenda, mereka juga dipaksa menandatangani surat pernyataan kepatuhan terhadap hukum kerajaan.

Selain larangan mengemudi, yang merupakan satu-satunya di dunia, para wanita Saudi juga mengalami banyak "penindasan", termasuk larangan beraktifitas di luar rumah kecuali ditemani oleh laki-laki yang menjadi muhrimnya. Selain itu mereka juga diwajibkan mengenakan penutup tubuh dari kepala hingga ujung kaki.

Pada hari RAbu lalu (27/11) sebuah aksi demonstrasi mendukung hak wanita Saudi untuk mengemudi digelar di depan Menara Eifel, Paris. Aksi tersebut dihadiri oleh mantan pembalap legendaris juara reli dunia dan reli Paris-Dakkar Ari Vatanen.


REF:
"Saudi Arabia says it is "reconsidering" ban on women drivers"; english.al-akhbar.com; 27 November 27, 2013

No comments: