Sunday, 5 January 2014

PEMBOMAN VOLGOGRAD, TITIK BALIK PERANG TERORISME?

Apa arti Volgograd (dahulu bernama Stalingrad, diambil dari nama pemimpin Uni Sovyet, Joseph Stalin) bagi bangsa Rusia?

Volgograd merupakan pusat dari wilayah penghasil pangan terbesar bagi Rusia, dataran sungai Volga. Volga juga pintu masuk wilayah Kaukasus yang kaya mineral dan energi selain juga pusat jaringan komunikasi dan transportasi di wilayah selatan Rusia. Namun lebih dari itu Volgograd bagi rakyat Rusia memiliki makna sejarah yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun.

Di sinilah tempat terjadinya titik balik Perang Dunia II setelah tentara dan rakyat Rusia berhasil memukul mundur serangan besar-besaran tentara Nazi Jerman dan sekutu-sekutunya. Kala itu, ratusan ribu tentara Jerman dan sekutu-sekutunya (Rumania, Hongaria dan Italia) yang didukung ribuan tank Jerman yang tidak pernah kalah dalam berbagai pertempuran, terjebak dalam perang kota yang meletihkan sebelum akhirnya menyerah setelah terkepung beberapa bulan dan pasukan penyelamat yang dikirim Hitler gagal membebaskan mereka.

Mungkin karena itulah musuh-musuh Rusia menjadikan Volgograd sebagai serangan teroris, untuk memberikan pukulan psikologis yang sangat keras bagi Rusia dan akhirnya membuat Rusia mengikuti keinginan mereka. Namun mereka tentu tidak menduga bahwa serangan terhadap Volgograd justru akan membangunkan beruang tidur. Karena sebagaimana kakek-kakek mereka yang bangkit melawan agresor Jerman, rakyat dan para pemimpin Rusia pun akan bangkit untuk memburu para teroris dan dalangnya.

2 ledakan bom menghantam Volgograd pada hari Minggu (29/12) dan Senin (30/12), menewaskan lebih dari 30 orang dan melukai puluhan orang. Serangan ini terjadi hanya beberapa minggu setelah kedatangan kepala inteligen Saudi, Bandar bin Sultan yang menemui Presiden Vladimir Putin untuk membujuknya menghentikan dukungan bagi pemerintahan Bashar al Assad di Syria. Itu adalah kedatangan kedua Bandar setelah sebelumnya pada bulan Agustus. Dalam kedua kesempatan tersebut Bandar menawarkan konsesi menarik kepada Putin untuk menghentikan dukungan pada Bashar al Assad, sekaligus ancaman berupa serangan teroris oleh kelompok-kelompok teroris Chencnya yang berada di bawah kendali Saudi jika Putin menolak. Namun pada kedua kesempatan itu Putin menolak tawaran Bandar dan mengancam balik: Rusia akan menyerang pangkalan-pangkalan teroris yang sebagiannya berada di Saudi.

Setelah serangan itu Putin pun memerintahkan pengetatan keamanan di seluruh negara termasuk pengerahan polisi yang lebih besar di Volgograd.

"Kekejaman kejahatan yang terjadi di Volgograd tidak perlu lagi dikomentari. Apapaun alasan yang diberikan para penjahat itu, tidak ada pembenaran apapun bagi tindakan mereka, terutama yang mereka lakukan terhadap wanita dan anak-anak," kata Putin mengomentari serangan tersebut.

Putin adalah seorang pemimpin yang sangat tegas dan sangat determinan dalam upayanya menegakkan kebijakannya. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari sikapnya dalam menghadapi berbagai ancaman yang dihadapi negara Rusia ketika ia berkuasa: serangan-serangan teroris dan gerakan separatis, serta sikapnya terhadap para oligarkh yahudi.

Terhadap para oligarkh yahudi yang telah merampas asset-asset strategis nasional ketika Putin baru berkuasa, Putin memberikan mereka satu pilihan: menjauh dari politik dan menjalankan bisnis mereka dengan bersih, atau ditangkap. Dan ancaman Putin itu benar-benar dilaksanakan terhadap para oligarkh, sebagian ditangkap dan dipenjara dan sebagian lainnya melarikan diri ke luar negeri. Terhadap gerakan separatis Chenchnya yang sempat mendirikan negara merdeka, Putin mengerahkan pasukan untuk menumpasnya. Putin juga menyerbu negara tetangganya Georgia yang mencoba menganeksasi wilayah protektorat Rusia, Ossetia Utara pada tahun 2008. Sedangkan terhadap aksi-aksi terorisme, Putin sama sekali tidak pernah menunjukkan komprominya. Bahkan ketika para teroris menyandera ratusan anak-anak sekolah, Putin tidak ragu untuk memerintahkan pasukan anti-terorisnya untuk beraksi.

Putin memang belum menunjukkan reaksi nyata atas aksi pemboman ganda yang terjadi di Volgograd baru-baru ini. Namun, berdasarkan "legacy" yang telah disandangnya, Putin tidak perlu diragukan akan melakukan tindakan balasan yang keras, untuk menunjukkan bahwa bangsa Rusia dan dirinya sebagai pemimpin, tidak pernah berkompromi terhadap para teroris. Dan hal itu akan membawa konsekuensi yang sangat serius. Ia bisa saja memerintahkan militernya menyerang kamp-kamp latihan teroris dan fasilitas-fasilitas militer negara perekrut mereka seperti Saudi. Ia juga bisa menerjunkan pasukannya ke medan perang Syria untuk menumpas para teroris di Syria yang ia ketahui memiliki kaitan dengan para pelaku pemboman di Volgograd.

2 comments:

Unknown said...

bandar tdk bertndak ats kpntingan Islam, ttp lbh kpd nafsu politik monarkhi pro yahudi. kl rusia memblasi itu bagian pembelaan thd warganya. Kita bharap ada kelmpk islam yg menggntkan monarkhi pnghianat Islam itu, amien

Unknown said...

Bunuh dan serang zionis wahabi.