Tuesday, 6 October 2015

Perang Laut Iran - Amerika Tahun 1988 (Operation Praying Mantis)

Indonesian Free Press -- Tulisan ini adalah untuk mereka yang masih terus dilanda ilusi bahwa Iran hanya berpura-pura bermusuhan dengan Amerika dan Israel.

Perang Laut Iran - Amerika atau disebut sebagai Operation Praying Mantis tahun 1988 merupakan perang laut terbesar Amerika setelah Perang Dunia II yang melibatkan Armada ke-7 Amerika yang dipimpin oleh kapal induk bertenaga nuklir USS Enterprise dan didukung oleh 2 kapal jelajah, 4 destroyer, 3 frigat, kapal-kapal meriam, pasukan komando angkatan laut, sejumlah pesawat tempur, helikopter dan kapal-kapal pendukung lainnya.

Perang ini berlangsung singkat pada tanggal 18 April 1988, namun memiliki arti sangat mendalam, terutama bagi Iran. Setelah menyadari bahwa mereka belum siap untuk menghadapi kekuatan laut Amerika, Iran pun akhirnya menerima tawaran gencatan senjata Perang Iran-Irak yang diprakarsai PBB, beberapa bulan kemudian. Selain itu, belajar dari perang itu, Iran akhirnya berhasil mengembangkan kekuatan lautnya sendiri untuk menghadapi kemungkinan perang laut di masa depan yang lebih besar.

Perlu diketahui bahwa selain berhasil membangun kapal-kapal perang sendiri, Iran juga telah berhasil membangun senjata-senjata baru yang dianggap sebagai senjata paling canggih dalam perang laut modern seperti rudal ballistik anti-kapal "Khalij Fars" dan torpedo berkecepatan tinggi Hout yang mampu melaju di bawah air dengan kecepatan 360 km per-jam. Iran juga mampu membuat ranjau-ranjau anti-kapal paling canggih, seperti ranjau yang bisa bergerak sendiri mencari kapal musuh.

Perang ini dipicu oleh sebuah insiden yang menimpa kapal frigat peluru kendali USS Samuel B. Roberts yang rusak berat dan nyaris tenggelam setelah menabrak ranjau yang dipasang Iran untuk memblokade Selat Hormuz dari kapal-kapal pengangkut minyak negara-negara Arab yang mendukung Irak dalam Perang Iran-Irak 1980-1988.


Pada saat itu Amerika, yang mendukung Irak dan negara-negara Arab (kecuali Suriah) memerangi Iran, menggelar operasi pengawalan terhadap kapal-kapal tanker Kuwait dan negara-negara Arab Teluk lainnya melintasi Selat Hormuz yang ditutup Iran. Pada tanggal 14 April 1988 USS Samuel B. Roberts menabrak ranjau Iran. Ledakan yang timbul akibat ranjau itu membuat kapal Amerika itu rusak berat dengan lubang selebar 5 meter di badan kapal tersebut.

Meski tidak sampai tenggelam, kapal tersebut tidak bisa beroperasi dan harus ditarik ke Dubai untuk diperbaiki. Atas terjadinya insiden ini, Amerika pun merancang operasi militer balas dendam yang diberi kode Operation Praying Mantis.

Pada tanggal 18 April Amerika pun melancarkan serangan terhadap beberapa anjungan minyak Iran di sekitar Selat Hormuz. Operasi serangan itu dibagi ke dalam 3 group kapal perang yang didukung oleh pesawat-pesawat tempur dari kapal induk USS Enterprise dan kapal jelajah USS Truxtun.

Serangan dimulai oleh dua group kapal perang yang melakukan serangan secara terorganisir. Group pertama terdiri dari kapal destroyer USS Merrill (yang mengangkut detasemen helikopter) dan destroyer USS Lynde McCormick, ditambah kapal amfibi USS Trenton yang mengangkut pasukan komando. Sasaran group ini adalah anjungan minyak Sassan.

Pada pukul 08.00 komandan group yang juga komandan Skuadron Destroyer ke-9, memerintahkan kepada USS Merrill untuk memberikan peringatan kepada orang-orang yang berada di anjungan itu untuk pergi sebelum diserang. Dua puluh menit kemudian tembakan pun dimuntahan kapal-kapal Amerika.

Anjungan minyak itu menyerang balik dengan tembakan senapan kaliber 23 mm ZU-23, namun kalah kuat dibandingkan senjata-senjata Amerika dan dalam waktu tidak terlalu lama sebagian senjata-senjata di anjungan itu hancur. Sempat diselingi gencatan senjata untuk menyelamatkan warga sipil di anjungan itu, pertempuran tidak seimbang kembali dilanjutkan. Setelah meriam-meriam dan rudal-rudal kapal ditembakkan, helikopter-helikopter Cobra diluncurkan untuk memberikan pukulan tambahan dan kemudian diakhiri dengan pasukan khusus yang didaratkan ke anjungan itu. Mereka hanya menemukan seorang tentara Iran yang terluka, yang lain tewas. Anjungan itu kemudian diledakkan dengan bom.

Selanjutnya group tersebut berpindah ke anjungan Rakhsh. Saat kapal-kapal itu meninggalkan anjungan Sassan, 2 pesawat F-4 Phantom Iran muncul dan melakukan serangan tembak dan lari, namun senjata elektronik kapal Lynde McCormick memacetkan sistem persenjataan pesawat-pesawat itu.

Sementara itu group lainnya yang terdiri penjelajah rudal USS Wainwright serta fregat USS Simpson dan USS Bagley menyerang anjungan Sirri. Pasukan khusus Navy SEALs direncanakan akan melakukan pendaratan di anjungana itu, namun karena kondisi anjungan sudah hancur oleh senjata kapal-kapal Amerika, rencana itu dibatalkan.

Iran merespon dengan mengirim speedboat-speedboat 'Boghammar'. (bersambung)

2 comments:

gogo said...

AL iran ckp lmyan berkmbang & berbenah diri. Meski blm stangguh armada AL AS, plg tidak IRIN tlh memilik antidot utk mengimbangi ketangguhan US Navy.

abu bakar said...

iran kalah dalam perang ini, namun sekarang ini kekuatan telah berubah peluang telah menjadi 50-50