Wednesday, 14 October 2015

Amerika Hanya Menggertak Sambal Cina di Laut Cina Selatan

Indonesian Free Press -- Amerika tidak akan berani menentang klaim Cina atas pulau-pulau di Laut Cina Selatan, dan ancaman-ancaman yang dilakukannya terhadap Cina terkait dengan masalah itu hanyalah 'gertak sambal'. Demikian setidaknya anggapan analis politik Amerika Dennis Etler sebagaimana dikatakannya kepada kantor berita Iran Press TV, Rabu (14 Oktober) lalu.

"Amerika tidak akan berani melanggar teritorial laut Cina di sekitar pos terluar Cina karena takut akan konsekuensinya," kata Etler terkait dengan pernyataan Menhan AS Ashton Carter bahwa kapal-kapal Amerika akan berlayar di Laut Cina Selatan seperti wilayah-wilayah internasional lainnya.

The Wall Street Journal, hari Selasa (13 Oktober) melaporkan bahwa Amerika tengah mempertimbangkan untuk mengirimkan pesawat dan dan kapal-kapal perang ke wilayah yang diklaim Cina di Laut Cina Selatan. Laporan itu bahkan menyebutkan bahwa Menhan Ashton Carter mempertimbangkan untuk memerintahkan pesawat-pesawat pengintai menembus wilayah 12 mil laut dari Kepulauan Spatley yang diklaim Cina.

"Jangan salah, Amerika akan terbang, berlayar dan beroperasi di perairan internasional di seluruh dunia, dan Laut Cina Selatan bukanlah pengecualian," kata Carter dalam pernyataanya hari Selasa (13 Oktober) terkait dengan perkembangan terbaru dimana Cina telah membangun pangkalan laut di Kepulauan Spratley di perairan Laut Cina Selatan, yang juga diklaim oleh sejumlah negara Asia Tenggara.

Menurut Etler Cina tidak pernah mengancam akan memblokir atau mengganggu jalur pelayaran di Laut Cina Selatan.
"Para pemimpin Cina berulangkali mengatakan bahwa mereka menghormati hukum laut internasional dan ingin menjamin bahwa jalur pelayaran akan terbuka bagi semua negara. Cina juga tidak pernah menentang secara langsung negara-negara lain yang mengklaim sebagian wilayah Laut Cina Selatan, meski mereka terlibat dalam perselisihan. Mereka telah menjamin untuk tidak menggunakan militer untuk menyelesaikan perselisihan, melainkan dengan jalan negosiasi yang disetujui bersama," kata Etler lagi.

Menurut Etler, justru Amerika lah yang sengaja memperkeruh suasana di kawasan dengan tuduhan-tuduhan palsu kepada Cina. Menurutnya selama Amerika tidak benar-benar melanggar kedaulatan Cina di wilayah yang diklaimnya, Cina tidak akan menggunakan kekuatan militer. Namun ketika kedaulatan Cina dilanggar Amerika, maka Cina tidak akan diam begitu saja.

"Krisis potensial di Laut Cina Selatan adalah disebabkan oleh Amerika, yang ditujukan untuk mengganggu status quo kawasan itu sehingga Amerika bisa 'memancing di air keruh' dan berusaha membuat Cina untuk menebak-nebak kemauan Amerika," kata Etler.

“Jangan salah, Cina tidak pernah melanggar janji-janjinya dan tidak akan mundur dari posisinya. Jadi, perkataan Carter hanyalah gertak sambal," tambah Etler lagi.

Pada posisi saat ini, Cina tidak akan melakukan tindakan militer sejauh kapal-kapal perang Amerika tidak melanggar batas wilayah 12 mil dari garis pantai Cina, termasuk di sekitar Kepulauan Spratley. Cina sendiri mengklaim seluruh kawasan Laut Cina Selatan adalah wilayahnya, meski berjanji tidak akan mengganggu jalur pelayaran internasional di kawasana itu. Sementara sejumlah negara Asia Tenggara juga mengklaim sebagian wilayah yang diketahui kaya dengan sumber alam itu.

Menurut para pangamat militer, Cina memiliki kekuatan untuk menjamin klaimnya tersebut dituruti oleh Amerika. Selain memiliki angkatan laut yang cukup handal yang diperkuat dengan sebuah kapal induk, Cina juga memiliki rudal-rudal ballistik anti-kapal yang akurat dan dengan jarak jangkau yang tinggi, yaitu Dong Feng-21. Rudal yang telah dipamerkan pada pawai kemerdekaan Cina Agustus lalu diyakini mampu menenggelamkan kapal induk Amerika pada jarak 1.500 km.(ca)

No comments: