Thursday, 22 October 2015

Jokower yang Gagal Move On

Indonesian Free Press -- Sebagian besar jokower dalam pilpres 2014 lalu telah sadar bahwa pilihan mereka keliru. Ada sebagian yang dengan jujur mengakui kekeliruannya itu. Ada yang malu-malu dengan mengatakan 'saya tidak menyesal, toh kalau Prabowo yang menang belum tentu lebih baik', seperti wartawan senior SA serta komedian P. Sebagian besar lainnya berusaha menghilangkan jejak mereka sebagai mantan jokower.

Namun masih ada para 'die-harder' yang tidak pernah mau jujur dengan hati nuraninya sendiri, atau karena ke-idiotan mereka. Namun tentu saja salah satu motif para 'die-harder' itu adalah faktor ekonomi.

Selama setahun tidak membawa kebaikan apapun dan justru membuat negara semakin amburadul. Bahkan asap yang telah 'membunuh' jutaan warga Pulau Sumatera dan Kalimantan pun tidak bisa ditanganinya. Lalu alasan apa yang membuat para 'die-harder' itu membela Jokowi selain alasan ekonomi dan 'kebodohan'?.

Salah satu kebodohan mereka yang dengan vulgar ditunjukkan mereka adalah kebiasaan mereka 'mengolok-olok' Pak Prabowo Subianto. Atas alasan apa mereka melakukan itu? Pak Prabowo tidak melakukan kesalahan apapun selama pemerintahan Jokowi ini berjalan. Akal sehat tidak akan pernah bisa mendukung tindakan mereka itu. Mungkin mereka ingin mengalihkan kemerosotan popularitas Jokowi dari perhatian publik, namun apapun itu tetap tidak bisa dijadikan alasan untuk mengolok-olok Pak Prabowo.

Kalau ada banyak orang mengolok-olok Jokowi, tentu masih masuk akal karena Jokowi dianggap tidak bisa memenuhi janji-janjinya sehingga membuat orang kecewa kepadanya. Namun Pak Prabowo yang telah menunjukkan sikap kenegarawanan dengan menerima kekalahan sama sekali tidak memiliki alasan untuk diolok-olok.

Salah seorang 'die harder' yang saya tahu adalah Denny Siregar. Dia bekas 'teman' Facebook saya, namun sudah saya 'remove' setelah saya melihat mentalnya yang buruk. Setelah ia di-'remove' dari pertemanan oleh sahabat saya Agus Nizami (bloger dan pendakwah), dengan kekanak-kanakan ia mengabarkan tindakan Agus Nizami itu kepada semua teman di media sosial, disertai komentar-komentar sinis yang mendiskreditkan Agus Nizami.

Urusan 'remove' me-'remove' pertemanan itu soal biasa di dunia maya. Jadi kalau kita di-'remove' oleh seseorang, semestinya diterima dengan baik-baik saja. Dari situlah saya menilai Denny Siregar sebagai pribadi yang kurang baik. Maka tidak heran jika di tengah-tengah popularitas Jokowi yang hancur karena ketidakbecusan, justru sibuk mengolok-olok Pak Prabowo.

Gagal move on dah, jokower satu ini.(ca)

No comments: