Monday 21 December 2015

Kecut dengan Senjata Rusia di Suriah, Armada F-15 Amerika Tinggalkan Turki

Indonesian Free Press -- Sebanyak 12 pesawat F-15 Amerika yang ditempatkan di pangkalan udara Incirlik, Turki, meninggalkan pangkalan itu ke pangkalan udara Lakenheath, Inggris, Rabu lalu (17 Desember).

Komando Amerika di Eropa (EUCOM) mengatkan pemindahan itu tidak mempengaruhi kemampuan Amerika dan Turki dalam mempertahankan kedaulatan Turki sebagai anggota NATO, serta kampanye memerangi kelompok teroris ISIL.

Amerika menggelar pesawat-pesawat F-15 di Incirlik sejak November lalu atas permintaan Turki dengan alasan memperkuat pertahanan udara Turki dari ancaman Suriah sekaligus untuk melakukan misi udara melawan kelompok ISIS. Sejumlah pengamat inteligen menyebutkan pesawat-pesawat tempur itu terlibat memberikan pengawalan terhadap pesawat-pesawat F-16 Turki saat menembak jatuh pesawat SU-24 Rusia tanggal 24 November lalu.

"Selama penempatan pesawat-pesawat itu telah disepakati bahwa semua misi-misi patroli udara dilakukan oleh pilot-pilot Amerika dengan pesawat-pesawat Amerika," kata EUCOM tentang kerjasama itu.

"Penempatan ini tidak hanya untuk memenui permintaan negara sekutu, namun sekaligus menjadi 'latihan' bagi kemampuan Amerika untuk menggelar kekuatan udara dalam waktu singkat, ke Turki, jika dibutuhkan," tambah EUCOM.

Namun keberadaan sistem pertahanan udara S-400 dan S-300 di utara Suriah oleh Rusia membuat keberadaan pesawat-pesawat itu tidak lagi diperlukan. Dengan sistem pertahanan udara itu Rusia secara 'mutlak' menguasai wilayah udara di selatan Turki mencakup hampir seluruh perbatasan dengan Suriah, sehingga Amerika harus 'meminta ijin' Rusia setiap hendak menerbangkan pesawatnya agar tidak menjadi sasaran rudal-rudal S-400 dan S-300 Rusia. Apalagi Presiden Rusia Vladimir Putin sudah memberikan perintah tegas kepada seluruh kekuatan militer Rusia untuk menghancurkan setiap ancaman terhadap militer Rusia di Suriah.

Tentang penarikan tersebut, Bloomberg mengutip keterangan mantan analis Iran di US Central Command, yang mengatakan, "Rusia, dengan langkah-langkahnya telah mendikte pergerakan udara (di Suriah dan Turki). Amerika melihat Rusia berusaha membuat pesawat-pesawat mereka tidak berguna, dan Amerika menyetujuinya."(ca)

4 comments:

Anonymous said...

sikap talam dua muka turki menjadi masalah kepada us--turki mempunyai misi berbeza dari us dan nato - 3 negara eropah menolak turki sebagai anggota--menembak jet russia satu aksi berlebihan dalam tradisi nato

Unknown said...

Lha Wong Pesawat Generasi 5 F-22 Raptor Wae Tidak Berdaya Jika LOCK S-400 Triumf, Opo Maneh F-15 Pesawat Generasi 4+. Untuk Itu F-15 di Tarik Pulang.

Indonesia Sebagai Bangsa Besar dan Wilayahnya Luas Seharusnya Punya Pertahanan Udara Jarak Menengah Jauh S-300V4 Gladiator dan S-400 Triumf Untuk Menjaga Wilayah Udara Dari Sabang Sampai Merauke dan Memberikan Efek Gentar Tentunya.

kasamago.com said...

Pamor S400, S300, BUK lmyan terdongkrak naik.. sbentar lg versi terbarunya, S500 Prometheus dlm thp pengembangan..

Selain karena Kuncian SAM, diperkirakan SU35 SS jg ikut bermain di langit Suriah. Spt diketahui Su35 adlah Jet Generasi ke 5 nmn tk berfitur stealth ala F22


http://kasamago.com/

Anonymous said...

cyber attack di turki membantah sokongan kepada isil

Anonymous has claimed responsibility for a large-scale cyberattack on Turkish servers carried out as part of a campaign against the Turkish government over its support of Daesh.
The hacktivist group temporarily brought down as many as 40,000 websites, with the majority of them now back online.


Read more: http://sputniknews.com/world/20151222/1032153857/anonymous-cyberattacks-turkey-isis-oil.html#ixzz3v3u4gmRa

http://www.hurriyetdailynews.com/turkey-recovers-from-cyberattack-amid-criticism-of-solution.aspx?pageID=238&nID=92860&NewsCatID=374