Thursday 5 May 2016

Menlu Rusia: Turki Takkan Berani Serang Suriah karena Ada Rusia

Indonesian Free Press -- Tidak ada yang berani melakukan serangan darat ke Suriah karena adanya angkatan udara dan sistem pertahanan udara Rusia di Suriah. Demikian pernyataan Menlu Rusia menanggapi ancaman Turki untuk menyerang Suriah.

"Saya tidak berfikir pihak tertentu akan memutuskan permainan berbahaya dan melakukan provokasi karena fakta keberadaan Angkatan Udara Rusia di Suriah," kata Menlu Rusia Sergei Lavrov, Rabu (4 Mei).

"Adalah perlu untuk memberi pelajaran siapapun yang mencoba mendorong intervensi militer, karena ini berarti adalah agresi langsung," tambahnya kepada media Rusia Sputnik News.

Sebelumnya pada hari yang sama Perdana Menteri Turki Ahmet Davotoglu mengatakan kepada Al Jazeera bahwa negaranya 'siap untuk mengirim pasukan ke Suriah jika diperlukan.... demi keamanan kami'.

Lavrov juga menuduh Turki telah mendorong Amerika untuk melindungi kelompok teroris Al Nusra karena kepentingan Turki dengan organisasi tersebut. Bahkan, meski kelompok ini telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh masyarakat internasional termasuk Amerika sendiri, dan PBB.

"Selama perundingan, mitra kami Amerika sebenarnya telah mencoba untuk memasukkan wilayah-wilayah yang dikuasai Al Nusra ke dalam 'zona gencatan senjata'. Kami menganggapnya sebagai tidak bisa diterima sama sekali," katanya.

"Ini mengindikasikan bahwa seseorang (Turki) telah memperalat Amerika untuk melindungai Al-Nusra,” tambahnya lagi.

Lavrov menunjuk pada bukti-bukti hubungan antara pemerintah Turki dengan ISIS dan Al-Nusra Front, yang disingkirkan dalam gencatan senjata yang difasilitasi Amerika dan Rusia pada Februari lalu. Rusia menuduh Turki telah melakukan perdagangan ilegal minyak dan benda-benda bersejarah dengan para teroris di Irak dan Suriah dengan imbalan senjata.

Lavrov juga menyalahkan Turki yang mendesak Uni Eropa untuk menerima ide “zona aman” bagi para pengungsi di perbatasan Turki-Suriah, meski hal ini telah ditolak Amerika.

“Mereka masih terus bicara tentang 'zona aman'. Sayangnya Uni Eropa juga mulai menerima konsep itu begitu saja di bawah ancaman Turki,” kata Lavrov.

Lebih jauh Lavrov kembali mengingatkan tindakan Turki yang telah menembak jatuh pesawat Rusia yang tengah menjalankan misi anti-terorisme di Suriah.

"Sikap kami sangat jelas: regim Turki telah melakukan kejahatan dan kesalahan," katanya sembari mengutip pernyataan Presiden Vladimir Putin yang menyebut aksi Turki sebagai 'pendukung teroris yang menikam dari belakang'.

Namun Lavrov berani memastikan bahwa Turki tidak akan lagi berani mengulangi tindakan tersebut.

Menurut Lavrov sikap Turki mendukung ide 'zona aman' dan 'Rencana B' (intervensi militer ke Suriah) menunjukkan ambisi ekspansionis Turki. Apalagi Turki juga telah mempertahankan kehadiran militernya di Irak utara meski telah ditolak pemerintah Irak. Lavrov juga menunjuk pada pelanggaran wilayah Yunani secara berulangkali oleh Turki.

"Ini adalah perilaku ekspansionis yang nyata, yang tidak akan membawa kebaikan apapun," kata Lavrov.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Siapa yg mendorong Turki berbuat sedemikian riskan, apa motif nya?? ini yg perlu publik dunia garis bawahi