Indonesian Free Press -- Israel mengancam akan menyerang semua pasukan Iran yang bePrada di wilayah Suriah dalam jarak 40 km dari perbatasan Golan. Pada saat yang sama Israel dan Suriah terlibat dalam perundingan rahasia yang dimediasi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sebagaimana dilaporkan oleh media Israel Jerussalem Post, dan media Arab Al Jarida, baru-baru ini, konflik Suriah tengah berada di titik kritis yang bisa mengantarkan pada penyelesaian atau justru perang yang lebih besar. Hal ini setelah Israel menegaskan akan segera menyerang Iran di Suriah jika Iran tidak menarik pasukannya di Suriah, khususnya di dekat perbatasan Israel.
"Media Kuwait Al Jarida mengungkapkan pada hari Minggu (26 November) bahwa seorang pejabat Israel membocorkan ketetapan pemerintah Israel untuk menghancurkan semua fasilitas militer Iran dalam jarak 40 kilometer dari perbatasan Israel di dataran Golan," tulis Tyler Durden di situs Zero Hedge, 27 November.
Hal ini setelah berbulan-bulan Perdana Menteri Israel Benjamin dan pejabat-pejabat Israel mengungkapkan kekhawatirannya atas kehadiran pasukan Iran di Suriah, terutama di dekat perbatasan Israel di Golan.
“Kami tidak akan mengabaikan satu menitpun bahwa Iran mengancam setiap hari untuk menghancurkan Israel. Kami menentang kehadiran Iran di Suriah. Kami pasti akan mempertahankan diri kami dengan segala kemampuan dari segala ancaman," kata Benjamin Netanyahu kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan keduanya di Moskow, Agustus lalu.
Al Jarida dan Jerussalem Post juga menyebutkan bahwa Putin tengah aktif memediasi perundingan rahasia antara Suriah dan Israel untuk menyelesaikan konflik di Suriah. Disebutkan bahwa Presiden Suriah Bashar al Assad telah setuju untuk menarik pasukan Iran dari dekat perbasan Israel dengan imbalan Israel tidak akan lagi berbicara tentang perubahan regim di Suriah.
Menurut sumber-sumber Israel, seperti dilaporkan media Israel dan Arab itu, Israel melihat Bashar al Assad adalah Presiden Suriah terakhir dari kelompok minoritas Alawi yang dekat dengan Shiah-Iran. Pada akhirnya, menurut Isreal, Suriah akan dipimpin oleh orang yang tidak terlalu dekat dengan Iran, dan hal itu akan lebih menguntungkan Israel.
Di sisi lain, Israel masih merasa tidak nyaman dengan keberhasilan militer Suriah, dengan bantuan Iran dan Hizbollah, yang berhasil membebaskan Deir Ezzor dan Abu Kamal dari ISIS. Dengan demikian maka poros perlawanan anti-Israel yang dipimpin Iran berada dalam posisi lebih kuat dengan pengaruh Iran yang meliputi Irak, Suriah hingga Lebanon. Karena itu Israel menginginkan peperangan terus berlanjut.
Baru-baru ini Benjamin Netanyahu menuduh Iran telah membangun basis militer permanen di Suriah yang akan digunakan untuk menyerang Israel.(ca)
No comments:
Post a Comment