Sunday, 25 October 2009
Gila, Obama Menangi Hadiah Nobel
Beberapa bulan lalu saya pernah terlibat dalam sebuah polemik dengan seorang dubes Indonesia di Eropa di sebuah media massa Medan mengenai sosok Barack Obama. Sang dubes, dengan semangat 45 memuji-muji setengah mati Barack Obama. Di antaranya ia menyebut Obama sebagai seorang diplomat ulung, meski Obama baru satu bulan menjabat sebagai presiden dan sepanjang hidupnya tidak pernah menjadi seorang diplomat. Selain menolak pendapat sang dubes, saya menulis tentang sisi negatif Obama sebagai seorang narsis berdasar penelitian seorang ahli psikologi terkenal.
Sang Dubes, di mata saya tidak lebih dari seoran na'if yang tidak meneliti asal-usul Barack dan mengkaji semua tindakannya dengan lebih mendalam. Ia tidak beda dengan orang awam yang silau dengan gemerlap citra Obama yang dibangun oleh media massa yang penuh dengan motif politik ekonomi tertentu.
Yah, Obama adalah figur "idol" yang lahir dari sebuah konspirasi tingkat tinggi dengan agenda tersembunyi yang tidak akan saya jelaskan panjang lebar karena memakan waktu dan tempat. Konspirasi ini tampak semakin kentara dengan terpilihnya Obama sebagai pemenang hadiah nobel perdamaian.
Saya tidak akan mengulang kembali masa lalunya yang kelam yang membentuk kepribadian Obama menjadi seorang narsis, tapi saya akan menganalisis tindakan-tindakannya saat berkampanye dan setelah terpilih sebagai presiden Amerika. Semuanya menunjukkan ia sama sekali tidak tepat untuk menerima hadiah nobel perdamaian (saya sengaja menulis nobel dengan huruf kecil karena melihat lembaga ini tidak lagi sakral).
1. Obama telah mengorbankan perang yang lebih hebat di Afghanistan dengan mengirimkan tambahan pasukan sejumlah 20.000 personil ke negeri itu. Kini ia bahkan tengah mempertimbangkan untuk menambah lagi 40.000 personil pasukan ke Afghanistan setelah tambahan pasukan tersebut gagal mengakhiri perang dan justru semakin menambah banyak korban terutama korban sipil.
2. Saat menjadi senator, Obama telah menjadi pendukung Perang Irak dengan menyetujui tambahan dana perang di Irak. Tambahan dana tersebut menyebabkan ribuan rakyat Irak tewas dan luka-luka serta hancurnya infrastuktur Irak. Belum lagi ribuan pasukan Amerika dan sekutunya yang tewas dan luka-luka akibat dukungan Obama tersebut.
3. Dalam masa kampanye, Obama berjanji akan mengakhiri Perang Irak dan menarik seluruh pasukan Amerika dari Irak. Hingga kini janji itu tidak jelas kapan terealisasi. Sebaliknya Obama dengan kukuh bertekad mempertahankan keberadaan 50.000 pasukan Amerika di Irak.
4. Obama pernah berjanji akan menutup penjara Guantanamo, fasilitas penjara Amerika yang melanggar hukum internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Hingga kini Guantanamo tetap beroperasi tanpa sedikitpun mengalami perubahan.
5. Pemerintahan Amerika di bawah Obama melalui dinas intelegennya, CIA, masih mempraktikkan penyiksaan dan masih mengoperasikan penjara-penjara rahasia di berbagai belahan dunia.
6. Obama dan tim suksesnya (dipimpin veteran tentara Israel yang menjadi kepala staff Gedung Putih, Rahm Emmanuel) mempraktikkan show politik (anehnya presiden SBY yang sama-sama dari parti Demokrat suka meniru-nirunya) dengan "pura-pura" menentang perluasan pembangunan perumahan yahudi di wilayah pendudukan Israel di wilayah Palestina. Tapi saat Israel ngotot meneruskan pembangunan, Obama pura-pura lupa dengan retorikanya sendiri yang keras menentang kebijakan Israel tersebut. Sebaliknya ia mengatakan: kebijakan Israel tersebut tidak berpengaruh pada kebijakan bantuan ekonomi dan militer Amerika kepada Israel serta dukungan Amerika kepada Israel di forum-forum internasional. Alih-alih mendukung perdamaian sebagaimana dikatakan panitia hadiah nobel, Obama justru mendorong konflik timur tengah semakin jauh dari perdamaian.
7. Obama tetap mengancam Iran dengan serangan militer termasuk dengan menggunakan senjata nuklir dengan mengatakan: semua pilihan tindakan terhadap Iran tetap terbuka.
Semua poin tersebut di atas menunjukkan bahwa Obama sama sekali tidak memiliki kualifikasi sebagai pejuang perdamaian dunia. Sebaliknya pemilihan Obama sebagai peraih hadiah nobel perdamaian justru semakin menguak fenomena keberadaan "penguasa global belakang layar" yang menjadikan dunia sebagai permainan demi tujuan atau sekedar kepuasan mereka.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment