Monday, 25 October 2010

Sang Terpilih (6)


Keterangan gambar: Simbol-simbol penyembahan berhala di mata uang dollar


Oh ya, mengenai undang-undang informasi publik sebagaima telah disebutkan sebelum ini, orang mungkin tidak percaya kalau undang-undang itu adalah produk kepentingan "organisasi" mengingat kementrian yang mengurusi undang-undang itu dipimpin seorang tokoh organisasi dakwah. Masyarakat lupa bahwa organisasi ini pernah dipimpin oleh seorang idiolog wahabi salafi bentukan zionis. Dan sebenarnya belang mereka telah terbuka sejak mereka suka melakukan kegiatan-kegiatan di Hotel JW Marriot, salah satu ikon kebanggaan "organisasi".

Maka terjadilah apa yang direncanakan. Subagyo terpilih menjadi presiden Indungsia dalam pemilihan yang hanya berlansung satu putaran. Terima kasih pada alat penghitung suara buatan Israel, tim sukses Jackal Enterprise yang dipimpin mantan pejabat Mossad, serta lembaga-lembaga pooling yang merupakan satu paket dengan Jackal Enterprise.

Subagyo tahu, bahwa syarat mutlak agar Indungsia bisa maju adalah membangun infrastuktur besar-besaran terutama di pulau-pulau kaya sumber daya alam seperti Kalimantan dan Irian Jaya. Namun sejak awal ia sudah diwanti-wanti "organisasi" untuk tidak melakukan hal itu. Karena jika dilakukan, batubara di Kalimantan bisa dieksploitasi secara massif dan mengancam bisnis minyak milik "organisasi" yang masih bisa memberikan keuntungan besar selama puluhan tahun mendatang. Memang, "organisasi" telah mengkapling sumber energi batu bara di Kalimantang dan Borneo Jaya melalui kaki tangan "organisasi" yang merupakan seorang pengusaha pribumi. Tapi membiarkan minyak mubazir bukanlah keputusan bisnis yang tepat. Barubara baru akan dieksplorasi besar-besaran setelah cadangan minyak di Indungsia menipis.

Lagipula dengan membangun infrastuktur di Kalimantan dan Irian Jaya, maka sumber daya alam lainnya yang melimpah akan bisa diekploitasi sehingga bisa memberikan kemakmuran yang sangat besar bagi rakyat Indungsia. Tapi "organisasi" tidak ingin Indungsia terlalu maju. Terutama dengan mayoritas umat Islamnya yang masih belum bisa dijinakkan sebagaimana orang-orang kristen kulit putih di Eropa dan Amerika.

Untuk memberikan citra bahwa pemerintahannya peduli pada pembangunan infrastuktur, atas saran Jackal Enterprise tentunya, Subagyo menggelar event akbar "Infrastruktur Summit". Dalam event itu Subagyo mengumbar banyak wacana pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan Jembatan Selat Janda hingga jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Indungsia dengan Malesia. Namun tentu saja, semua itu hanya wacana yang bisa menaikkan citra Subagyo. Dalam praktiknya Subagyo hanya merencanakan membangun jalan tol di Pulau Jaya, itupun hanya sepanjang 50 km selama kepemimpinannya, atau hanya 10 km per-tahun. Untuk pembangunan jalan tol itu sendiri diserahkan kepada beberapa pengusaha yang menjadi kaki tangan "organisasi".

Tentu saja pembangunan infrastuktur seperti itu tidak banyak memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Dibandingkan misalnya dengan Malesia yang telah membangun jalan tol hingga 5.000 km, apalagi dibandingkan dengan Cina yang telah membangun jalan kereta api hingga puncak Himalaya.

Harus diakui, dalam hal tipu menipu dan pengalihan perhatian masyarakat, orang-orang yahudi itu sangat jago. Mereka telah belajar dari sejarah mereka yang hampir berumur 3.000 tahun yang telah banyak mengajarkan mereka bagaimana cara merebut kekuasaan dan mempertahankannya. Namun satu hal yang sangat membuat Subagyo kagum bercampur heran, dalam kasus Indungsia tentunya, adalah keberhasilan mereka menempatkan agennya menjadi tokoh ulama berkharisme yang setiap saat memelintir tasbih dan mulut komat-kamit berdzikir. Keberhasilan ini tidak kalah sukses dibandingkan saat mereka menempatkan Snouck Horgronje di tengah-tengah komunitas elit Islam di Indungsia hingga berhasil memikat beberapa ulama untuk mengawinkan putrinya dengan Snouck yang merupakan kakek biologis Subagyo. Ulama yang dimaksud Subagyo saat ini tengah menantikan perkawinan putra tunggalnya dengan seorang artis sinetron. Artis tersebut terhitung masih cucu dari mantan perdana menteri Israel, Ariel Sharon.

Namun tidak semuanya sesuai dengan apa yang diperkirakan Subagyo. Meski berhasil menang secara gemilang dalam pemilihan presiden, ia harus menghadapi berbagai permasalahan yang tidak kunjung berhenti. Dan ia tahu, "organisasi" turut berperan merekayasa permasalahan-permasalahan itu. Demo-demo para aktifis LSM misalnya. Ia tahu persis, dari laporan kepala inteligennya bahwa LSM-LSM itu adalah binaan George Soros. Namun yang sangat menyakitkannya adalah diungkit-ungkitnya kasus Bank Centurion oleh media massa dan para politisi dari partai-partai koalisi.

Memang akhirnya ia berhasil meredam kasus Bank Centurion dengan memerintahkan aparat penyidik untuk mem-pending perkara itu dan "mengamankan" Sri Mulyati, menteri keuangan yang turut bermain dalam skenario "perampokan" Bank Centurion, ke kantor pusat IMF yang merupakan lembaga bentukan "organisasi". Sebagaimana skenarionya, satu-satunya orang yang dihukum dalam kasus ini adalah direktur utama Bank Centurion sekaligus pemilik saham minoritas. Namun kasus ini tetap menjadi bara dalam sekam yang suatu saat bisa kembali meledak dan mengancam kedudukannya sebagai presiden. Ia bagai disandera oleh kasus ini.

Dan dalam keadaan tersandera itu ia terus mendapat tekanan dari "organisasi" untuk menjalankan misi mereka. Salah satunya menangkap tokoh Islam kharismatik, Abdullah Bawasyier dengan tuduhan terorisme. Misi lainnya adalah privatisasi bandara terbesar di Indungsia yang terletak di ibukota. Awalnya ia meminta privatisasi ini ditunda dulu demi mengamankan citra-nya yang tengah carut-marut karena kasus Bank Centurion. Menjual pengelolaan bandara yang sangat strategis nilainya semakin menyudutkan citranya sebagai antek kepentingan asing. Namun baru sehari ia menyampaikan keberatannya, esoknya bandara mengalami mati listrik selama beberapa jam. Ia telah memerintahkan menteri BUMN untuk menegur direktur-direktur BUMN yang bertanggungjawab atas hal itu. Tapi bukannya dituruti, tidak lama kemudian bandara kembali mati listrik. Maka ia sadar bahwa tuntutan "organisasi" harus segera dilaksanakan.

Subagyo tahu jelas bagaimana jika bandara itu jatuh ke tangan "organisasi": Bandara akan dipimpin oleh agen-agen inteligen Israel, Mossad. Semua peralatan keamanan juga akan diganti dengan peralatan buatan Israel. Maka Israel akan semakin mengukuhkan cengkeramannya di negara Islam terbesar di dunia ini. Meski sadar bahwa selama ini dirinya telah "mengabdi" kepada orang-orang yahudi, selain leluhurnya sendiri yang juga berdarah yahudi, Subagyo tidak pernah benar-benar menyukai orang-orang yahudi.

Subagyo juga kesal dengan tingkah laku sang wakil presiden Budiloyo. Sebagai "begawan ekonomi" setidaknya Subagyo ingin mendengar saran-saran yang jitu untuk memajukan perekonomian. Alih-alih Budiloyo justru semakin pelit ngomong soal pembangunan dan sebagainya. Kesibukannya kini hanya menjadi "Ketua Dharma Wanita", kesana kemari menggunting pita acara-acara seremonial.

Namun tidak ada yang lebih menjengkelkannya daripada ulah Sri Mulyati yang sudah membuat gerakan untuk mencalonkan diri menjadi presiden Indungsia tahun 2014 nanti. Itu berarti menentang rencananya yang akan mengajukan salah seorang putranya menjadi penggantinya. Subagyo tahu, Sri Mulyati adalah kandidat yang sangat kuat karena ia adalah kader "organisasi". Ia juga memenuhi salah satu program "kesetaraan gender" yang dijalankan "organisasi".


Bersambung ..........

No comments: