Sunday, 17 October 2010

Yang Masih Terpendam di Chili


Chili adalah salah satu negeri yang paling ingin saya kunjungi jika ada kesempatan. Memang alasannya agak terkesan sentimentil: saya menyukai dua lagunya Sting yang berkaitan dengan negeri ini, yaitu "They Dance Alone" dan "Valparaiso". Alasan sentimentil lainnya adalah karena saya terkesan dengan integritas mantan presiden Salvador Allende dengan pengorbanannya menentang pengaruh dominasi Amerika di negerinya hingga nyawanya direnggut oleh kaki tangan Amerika melalui kudeta militer pada tahun 1973. Masih ada hal lain yang membuat saya menyukai Chile: alam negerinya yang indah yang diapit oleh Pegunungan Andes di sebelah timur dan Samudra Pasifik di sebelah barat, iklim sub artiknya, serta penduduknya yang ramah dan cantik-tampan.

Saya sering membayangkan betapa indahnya berkendaraan dari Tanjung Horn di ujung selatan benua Amerika yang merupakan wilayah Chile, hingga ibukota Santiago di sebelah utara. Sepanjang jalan sejauh lebih dari 1.000 km ini didominasi oleh pemandangan Pegunungan Andes dan Samudra Pasifik. Dan Valparaiso, tempat indah di tepi Samudra Pasifik kota kelahiran sang pemimpin idola, Salvador Allende, tempat di mana Sting terinspirasi menulis salah satu lagunya yang enak didengar: ".... run the Cape Horn to Valparaiso".

Dan rasa sentimentil saya terhadap Chili kembali membuncah setelah akhir-akhir ini media massa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, gencar memberitakan drama penyelamatan 33 penambang Chili yang terjebak di bawah tanah sedalam 700 meter selama 69 hari. Apalagi setelah media massa juga memberi apresiasi tinggi terhadap presiden Sebastian Pinera hingga sosok yang sebelumnya tidak terlalu dikenal di dunia ini menjelma sebagai salah seorang pemimpin dunia "terbesar". Pada tgl 18 Oktober ini misalnya, ia diundang untuk berpidato mengenai berbagai isu dunia di London School of Economics yang termasyur.

Namun sejak memahami bahwa media massa dunia dikuasi oleh "sekelompok kepentingan jahat" yang mengendalikan dunia, saya adalah orang yang sangat kritis terhadap berbagai berita maupun isu yang diusung oleh media massa. Dan berita tentang penambang Chili itu adalah salah satunya. Apalagi saya merasa heran dengan keadaan orang-orang yang terjebak di dalam tanah selama 69 hari yang masih bisa keluar dalam keadaan sehat wal'afit seakan tidak pernah terjadi apapun. Saya langsung mencari informasi tentang berita itu di situs-situs internet independen yang terbebas dari "kepentingan jahat". Dari satu situs internet saya mendapatkan beberapa fakta terkait dengan "teori konspirasi", di antaranya makna angka 33, makna hari penyelamatan para penambang yang jatuh pada tgl 13 Oktober 2010 yang sama dengan 33 (13+10+10), makna 69 serta nama kapsul penyelamat (Fenix) yang maknanya sama dengan burung Phoenix dalam mitologi kuno.

Para ahli okultisme (hal-hal tentang mistisme dan kepercayaan-kepercayaan kuno) percaya bahwa beberapa sekte kuno penyembah berhala dan setan masih hidup sampai sekarang. Para ahli teori konspirasi percaya dunia dikendalikan para penyembah setan yang bekerja di "belakang layar". Mahathir Mohammad percaya orang-orang yahudi yang berjumlah sedikit telah menguasai dunia dengan menggunakan proxy (kaki tangan)-nya. Namun saya tidak ingin membahas masalah ini.

Jauh dari kesan media massa yang menggambarkannya sebagai seorang santo, Presiden Pinera adalah seorang opportunis sejati yang tidak begitu peduli dengan kemanusiaan. Setidaknya, saat terjadinya drama terjebaknya para penambang, sebanyak 38 penduduk asli Indian Mapuche melakukan mogok makan selama 90 hari non-stop menuntut Pinera menghentikan aksi-aksi kontra-teorisme aparat pemerintah yang banyak mengorbankan penduduk Indian Mapuche sekaligus lebih memperhatikan nasib mereka yang tertinggal dari warga negara lainnya. Namun sampai 33 penambang berhasil diselamatkan, tak satupun tuntutan 38 penduduk asli tersebut dipenuhi Pinera.

Keluarga Pinera adalah orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari kedekatannya dengan Agusto Pinochet, diktator militer kejam yang telah membunuh Salvador Allende tahun 1973. Saudara kandung Pinera, Jose Pinera, adalah menteri perburuhan regim Pinochet yang mengobral aset-aset pertambangan nasional dan dana pensiun buruh ke investor asing ditambah membubarkan organisasi-organisasi buruh. Kebijakan model neo-liberal yang dirancang Mafia Chicago (para birokrat korup alumnus Universitas Chicago, padanan Mafia Barkeley di Indonesia) ini dipuji-puji setengah mati oleh Amerika dan lembaga-lembaga keuangan internasional sebagai "keajaiban ekonomi". Maksudnya adalah model ekonomi yang memberikan menjamin dominasi asing terhadap kekayaan alam Chicago.

Adapun Sebastian PiƱera adalah jutawan yang menguasai berbagai hak konsesi penambangan yang didapatkan berkat bantuan saudaranya. Dari sanalah kemudian ia membangun jaringan bisnis lainnya seperti bisnis minyak, retail dan komunikasi. Setelah Pinochet lengser, anak didik, Jaime Guzmannya mendirikan partai Koalisi Perubahan yang kemudian mengantarkan Pinera ke kursi kekuasaan.

Naiknya Pinera ke kursi kekuasaan seakan mengembalikan Chili ke masa kediktatoran Pinochet. Selain kesenjangan ekonomi yang tinggi, terutama antara penduduk kulit putih dan indo campuran (mestizo) dengan penduduk asli Indian, pemerintah menggunakan tangan besi dalam menangani kaum oposan (penduduk asli). Tidak hanya diusir dari tanah dan ladangnya, kini, seiring dengan demam "terorisme" yang dipopulerkan oleh Amerika, penduduk indian Mapuche dikejar-kejar sebagai teroris sebagaimana Densus 88 mengejar orang-orang Islam "radikal".

Dan kalau saja Pinera benar-benar tulus mencintai para pekerja tambang yang merupakan profesi sebagian besar rakyat Chili, ia tentu telah melakukan banyak perbaikan di sektor pertambangan yang bisa mencegah terjadinya peristiwa kecelakaan yang menimpa 33 pekerja tersebut di atas. Kecelakaan di pertambangan adalah hal biasa di Chili, rata-rata 39 kecelakaan setiap tahun. Di pertambangan San Jose, tempat kecelakaan 33 penambang tersebut terjadi, misalnya, pada tahun 2007 ditutup karena dianggap terlalu berbahaya. Namun karena "tekanan" pengusaha, tambang tersebut dibuka kembali meski tidak ada perbaikan sistem keamanan. Pada bulan Juli, sebulan sebelum kecelakaan, laporan departemen pertambangan memperingatkan bahaya yang mengancam karena "sistem keamanan yang kurang baik". Namun pemerintah tidak melakukan apapun hingga terjadilah bencana.

No comments: