Monday 2 May 2011

Sai Baba: Manusia Suci atau Manusia Busuk?


Sekitar dua tahun lalu saya ditunjukkan oleh seorang teman gambar Sei Baba. Teman saya itu, seorang WNI keturunan pengagum Sei Baba, kemudian menjelaskan kepada saya panjang lebar berbagai keajaiban dan kebajikan yang telah dilakukan Sei Baba. Namun bagi saya saat itu hanya ada satu kesimpulan: manusia tidak waras yang memamerkan kekayaannya di tengah-tengah masyarakat miskin.

Gambar yang ditunjukkan teman saya itu menunjukkan Sei Baba tengah duduk di tengh-tengah pengagumnya masyarakat India yang rata-rata adalah penduduk miskin. Kedua kaki Sei Baba mengenakan sendal emas bertahtakan berlian.

Sejak menjadi peminat "teori konspirasi" saya selalu berusaha berfikiran terbalik dibanding penilaian masyarakat umum, khususnya terhadap berbagai "peristiwa besar" atau sosok "manusia besar". Bagi saya sebagian besar "peristiwa besar" dan "manusia besar" yang ditetapkan oleh sejarahwan maupun media massa "mapan" adalah sebuah penipuan. Dan di balik itu semua, lagi-lagi ada yahudi di belakangnya, untuk memperbodoh dan mengeksploitasi orang-orang non-yahudi agar lebih mudah dikuasai.

Saya telah mengetahui bahwa Mahatma Gandhi adalah seorang pengidap kelainan seks yang berhubungan dengan seorang atlet laki-laki Jerman keturunan yahudi, juga dengan seorang keponakannya sendiri yang masih kecil selama bertahun-tahun. Saya telah mengetahui bahwa Marthin Luther King adalah seorang maniak seks, plagiator, dan penganut komunisme yang fanatik. Saya juga mengetahui bahwa Nelson Mandela hanyalah boneka dari orang-orang komunis yahudi Afrika Selatan. Saya pun tahu, Sei Baba adalah seorang manusia busuk.

"Sai Baba tidak lain adalah seorang mafia, menipu masyarakat dan menjadikan dirinya kaya raya," kata Basava Premanand, seorang intelektual yang selama bertahun-tahun berusaha membuktikan bahwa berbagai keajaiban yang dilakukan Sei Baba tidak lain hanyalah tipuan sulap murahan. Untuk membuktikan klaimnya itu Basava mendirikan
Federation of Indian Rationalist Associations (FIRA) dan menjadi editor jurnal ilmiah bulanan bernama "The Indian Sceptic".

Sebagai seorang intelektual rasionalis ia menganggap berbagai keajaiban "manusia dewa" Sei Baba adalah tipuan yang membuat bodoh masyarakat India dan tidak bisa melepaskan kemiskinan mereka. Alih-alih demikian, Basava menginginkan India, bangsa yang kaya dengan SDM unggul itu sebagaia bangsa yang cerdas.

Sejak tahun 1976 ia telah terlibat dalam "perang" yang hebat dengan Sei Baba, orang yang pengikutnya jutaan orang, termasuk orang asing dan kalangan atas India. Oleh para pengikutnya Sei Baba dianggap sebagai "Sang Messiah", "Avatar" dan "Manusia Suci", pendek kata: penjelmaan dewa di muka bumi.

Namun alih-alih mengentaskan masyarakat India dari kebodohan dan kemiskinan, sang "Avatar" justru memperkaya diri sendiri. Ia tinggal di kompleks perumahan super mewah di tengah masyarakat miskin India. Sebagaimana telah disebutkan, ia juga sangat "lebai" dalam menunjukkan kekayaannya, termasuk mengenakan sandal emas bertahtakan berlian. Semuanya didapat dari sumbangan para pengikutnya yang sebagian besar adalah warga miskin India yang na'if.

Sei Baba yang tidak menikah dan tidak mempunyai anak, juga dikenal sebagai pengidap kelainan seks dan pelaku kejahatan seksual. Tidak hanya itu, ia diduga kuat terlibat dalam kasus pembunuhan yang terjadi di kompleks kediamannya.

Pada tahun 1976 seorang mantan pengikut Sei Baba dari Amerika, Tel Brooke, menulis buku yang membongkar kejahatan-kejahatan Sei Baba terutama kejahatan seksualnya, berjudul "Avatar of the Night: The Hidden Side of Sai Baba." Namun buku tersebut menghilang dari peredaran selain adanya berbagai kampanye menyerang kredibilitas buku tersebut oleh para pendukung Sei Baba. Dan tentu saja pendukung utama Sei Baba adalah yahudi.

Adalah Michael Goldstein, seorang yahudi yang menjadi pimpinan Sai Baba International Organisation. Dengan gigih ia membela Sei Baba dengan mengatakan, "hati dan kesadaran saya mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan itu adalah mustahil," katanya perihal isi buku Tel Brooke.

Pengaruh Sei Baba yang kuat di India menjadikannya orang yang "kebal hukum", meski berbagai kasus kriminal melibatkannya. Media massa global, yang pada dasarnya juga telah menjadi alat kekuasaan yahudi internasional, tentu saja juga "membela" Sei Baba. Saya pernah membaca beberapa artikel Sei Baba di media massa Indonesia di masa lalu, semuanya "mendukung" Sei Baba, minimal tidak mengupas sisi gelap kehidupannya. Namun di masa kini, dimana internet dan media massa independen tumbuh subur, sisi gelap Sei Baba mulai banyak terkuak dan menjadi perhatian masyarakat.

Mantan pengikut Sai Baba, Alaya Rahm dan Mark Roche, misalnya, pada tahun 2004 lalu telah membuat film dokumenter tentang Sei Baba berjudul "Secret Swami" yang telah diputar di BBC, mengekspos eksploitasi seks yang dilakukan Sei Baba terhadap para pengikutnya. Film tersebut sangat kredibel karena kedua pembuatnya adalah pengikut Sai Baba yang juga mengalami eksploitasi seksual dari gurunya.

Sebagian nara sumber dalam film tersebut adalah para pengikut Sei Baba dari negara-negara barat yang relatif lebih terbuka. Namun para korban masyarakat India lebih memilih diam membisu, terutama takut dengan akibat yang bakal mereka alami. Mereka memiliki alasan kuat untuk itu. Pengikut Sei Baba termasuk para mantan presiden, perdana menteri, hakim dan jendral.

Mantan perdana menteri India, Atal Vajpayee, bahkan pernah membuat pernyataan resmi yang menyerang para pengkritik Sei Baba.

Namun hal itu tidak menggoyahkan Premanand yang selama bertahun-tahun berupaya "menghancurkan" kredibilitas Sei Baba melalui karya-karyanya, termasuk beberapa tuntutan hukum terhadap Sei Baba. Sei Baba tentu saja tidak berdiam diri. Melalui pengikut-pengikut fanatiknya beberapa aksi kekerasan hingga percobaan pembunuhan pun dilakukan terhadap Premanand.

Pada tahun 1986 Premanand melakukan aksi demo menentang Sei Baba yang diikuti oleh sekitar 500 sukarelawan yang berujung pada penangkapan polisi terhadapnya. Pada tahun yang sama ia menuntut Sei Baba ke pengadilan dengan tuduhan pelanggaran UU pengendalian emas, namun kasusnya ditolak pengadilan.

Pada tahun 1993 terjadi aksi kekerasan di kompleks pemukiman Sei BAba yang menelan jiwa. Empat orang pengikut Sei Baba menyerang sang guru di ruang pribadinya dengan pisau. Aksi mereka digagalkan para pengukut Sai Baba lainnya melalui aksi kekerasan yang brutal. Dua penyerang meninggal dunia dan 2 lainnya luka-luka berat. Sei Baba sendiri selamat.

Motif penyerangan tersebut masih simpang siur karena tidak ada pengadilan yang fair yang digelar atas peristiwa tersebut. Beberapa sumber menyebut para penyerang berusaha memperingatkan sang guru tentang korupsi di kalangan pengikut tertinggi Sei Baba. Beberapa lainnya menyebut motif balas dendam sebagai dasar penyerangan terhadap Sei Baba.

Premanand berpendapat lain tentang peristiwa tersebut. "Pemerintah menghentikan penyidikan atas kasus ini karena akan membongkar banyak kejahatan lain terutama kajahatan ekonomi dan kejahatan seksual." Ia mempertanyakan mengapa Sei Baba, saksi utama dalam peristiwa itu, tidak pernah diperiksa polisi.

Selama tiga tahun setelah peristiwa tersebut Premanand mengajukan tuntutan hukum atas peristiwa itu hingga ke mahkamah agung, namun upayanya kandas.

Kini Sai Baba, manusia dewa itu, telah meninggal. Namun perjuangan Premanand belum usai sebelum "pengaruh Sei Baba benar-benar hilang". Ia masih terus melakukan berbagai kajian, mengumpulkan dan mengolah informasi dan data terkait ajaran Sei Baba.

"Ini akan menjadi perjuangan terbesar saya," katanya.

No comments: