Wednesday, 1 June 2011

IMBANGI CINA, AS KEMBANGKAN "DRONE" KAPAL INDUK


Keberhasilan Cina dalam mengembangkan rudal canggih "pembunuh kapal induk" membuat Amerika kini serius untuk mengembangkan "drone" alias pesawat tanpa awak yang bisa lepas landas dan mendarat di landasan kapal induk.

"Mereka akan memainkan peranan integral operasi militer kami di kawasan ini," kata Vice Admiral Scott Van Buskirk, komandan Armada VII AL Amerika yang wilayah operasionalnya mencakup kawasan Samudra Hindia dan Pasicik.

Meski tidak secara spesifik menyebutkan Cina sebagai sasaran operasi pesawat tak berawak yang tengah dikembangkan Amerika, para analis militer mempercayai pesawat-pesawat tersebut akan digunakan untuk mengatasi Cina yang telah mengembangkan rudal supersonik anti kapal DF 21D yang oleh para analis disebut sebagai senjata "pembunuh kapal induk".

DF 21D yang ditempatkan di darat memiliki daya jangkau hingga 1.500. Sedangkan daya jangkau pesawat tempur yang berpangkalan di kapal induk hanya 900 km, membuat kapal induk berada dalam jarak tembak DF 21D yang memiliki akurasi sangat tinggi.

"Drone" yang berpangkalan di darat sudah banyak digunakan di medan perang Afghanistan-Pakistan. Namun versi "drone" yang berpangkalan di atas kapal induk diperkirakan masih memerlukan waktu beberapa tahun lagi untuk bisa dioperasikan dalam operasi militer.

"Kemajuan militer Cina merupakan ancaman jangka panjang yang harus dihadapi Amerika di wilayah Asia Pasifik, namun keberadaan perlengkapan robot sangat krusial saat ini untuk mengatasi ancaman potensial," kata Patrick Cronin, a senior analyst dari Center for New American Security yang berkantor di Washington DC.

Cina memang masih tertinggal beberapa tahun dari Amerika, namun perkembangan persenjataan udara, laut dan rudalnya bisa menghalangi dominasi militer Amerika di kawasan Asia Pasifik yang selama ini menjadi jaminan kestabilan dan keamanan politik dan ekonomi Amerika dan sekutu-sekutunya di kawasan tersebut seperti Jepang, Korsel dan Thaiwan.

Selama ini Cina hanya mengembangkan persenjataan dengan orientasi pertahanan diri, termasuk untuk mengamankan jalur lautnya yang sangat vital untuk menjaga pertumbuhan ekonominya. Namun Cina juga terlibat dalam beberapa konflik perbatasan dengan negara-negara tetangganya di Laut Cina Selatan seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, selain tentunya dengan Taiwan. Hal ini dikhawatirkan akan membuat orientasi pertahanan Cina berubah menjadi offensif. Apalagi dengan armada kapal barangnya yang semakin banyak merambah berbagai sudut dunia, mau tidak mau akan memaksa Cina untuk mengembangkan armada laut yang jauh lebih besar.

Tahun 2009 dunia manyaksikan kapal selam bertenaga nuklir pertama Cina diluncurkan. Awal tahun ini Cina memperkenalkan pasawat tempur silumannya. Pada pertengahan tahun ini juga diperkirakan kapal induk pertama Cina akan siap beroperasi. Pada tahun 2020 mendatang diperkirakan Cina sudah memiliki 5 kapal induk, 2 di antaranya bertenaga nuklir.

Amerika sendiri saat ini memiliki 11 kapal induk. Namun kapal-kapal induk tersebut terpencar-pencar di seluruh penjuru dunia. Armada VII sendiri yang berpangkalan di Yokoshuka, Jepang, hanya diperkuat oleh 1 kapal induk USS George Washington dan 60 kapal perang lainnya serta jumlah personil militer termasuk marinir mencapai 40.000 orang.

"Pesawat tanpa awak yang berpangkalan di kapal induk sangat penting artinya, khususnya dalam hal peningkatan jarak dan keakurasian data inteligen sebagaimana kemampuan menyerang musuh dengan cepat," kata Van Buskirk.

"Drone" akan mampu terbang hingga jarak 1.500 mil atau 2.780 km antara 50-100 jam nonstop, dibanding pesawat terbang berawak yang hanya bisa terbang salama 10 jam. Jarak tersebut memungkikan kapal induk menghindari jarak tembak rudal-rudal Cina.

Perusahaan pembuat pesawat militer Amerika, Northrop Grumman telah memenangkan kontrak senilai $635.8 juta untuk mengembangkan dua jenis "drone" yang berpangkalan di kapal induk. Satu prototipnya, X-47B telah menjalani uji terbang selama 29 menit di Edwards Air Force Base di California, Februari lalu. Uji terbang pertama dari kapal induk direncanakan dilakukan tahun 2013.

Pesaing Grumman, Boeing dan Lockheed juga mendapat kontrak pengembangan pesawat sejenis. Sementara General Atomics Aeronautical Systems, Inc., pembuat "drone" Predator yang digunakan di Perang Afghanistan pun telah melakukan ujicoba pada Februari lalu. Namun semuanya menolak memberikan penjelasan mengenai perkembangan ujicoba mereka.

Uji coba pengembangan "drone" kapal induk telah dimulai sejak awal th 2000 oleh AU dan AL Amerika. Namun sejak tahun 2005, AU AS menarik diri sehingga tinggal AL AS saja yang terlibat dalam pengembangan peralatan militer ini.

Admiral Gary Roughhead, kepala komando operasi AL AS mengatakan pertengahan tahun lalu bahwa target operasional "drone" kapal induk pada tahun 2018 adalah terlalu lama.



IRAN TERUS MENYUSUL


Dalam Perang Lebanon II tahun 2006 lalu dunia militer dikejutkan dengan hancurnya sebuah kapal perang Israel oleh rudal anti-kapal yang ditembakkan gerilyawan Hizbollah. Hal ini adalah yang pertama terjadi selama konflik Arab-Israel tahun 1948. Rudal yang ditembakkan Hizbollah adalah rudal "Noor" buatan Iran.

Rudal "Noor" adalah rudal yang cukup canggih untuk kelasnya. Dengan daya jangkau 200 km, rudal ini mampu terbang dengan kecepatan 2x kecepatan suara, hanya beberapa yard dari permukaan laut yang memungkinkannya menghindari pantauan radar musuh. Keakurasian rudal ini mencapai 98%. Kini Iran telah memiliki rudal-rudal yang lebin canggih.

Baru-baru ini Iran meluncurkan rudal baru, "Qiam 1". Rudal ini memiliki keunggulan: lebih cepat karena keberhasilan Iran menghilangkan sirip dan digantikan dengan sistem navigasi yang lebih canggih. Rudal ini juga lebih sulit dideteksi radar.

"Keberhasilan produksi rudal Qiam menunjukkan Iran mampu memproduksi berbagai jenis rudal," kata Menhan Brigjen Ahmad Vahidi kepada kantor berita resmi Iran, IRNA dalam acara peluncuran rudal tersebut baru-baru ini.

Menurut kantor berita semi resmi, FARS, produksi massal rudal ini telah dimulai dan telah dikirim ke tentara Penjaga Revolusi bertepatan dengan peringatan pembebasan kota Khoramshahr dari pendudukan Irak, tgl 17 Mei lalu.

Sementara itu pada hari Kamis (26/5) lalu petugas keamanan Spanyol menggagalkan upaya pengiriman 9 helikopter Bell 212 ke Iran oleh 5 orang pebisnis Spanyol dan 3 mitranya dari Iran. Israel meyakini helikopter-helikopter tersebut akan digunakan Iran sebagai peluncur rudal penjelajah berkepala nuklir.

Ke 9 helikopter tersebut diamankan di Madrid dan Barcelona, memenuhi keputusan DK PBB soal embargo senjata atas Iran. Menurut laporan "Jerussalem Post", helikopter-helikopter tersebut pernah digunakan Israel sebagai peluncur rudal penjelajahnya hingga tahun 1990-an sebelum digantikan helikopter Sikorsky.

Israel mengkhawatirkan Iran juga akan menggunakan heli-heli tersebut sebagai peluncur rudal penjelajah berkepala nuklir yang akan digunakan sekutunya, Hizbollah.

Setahun lalu inteligen Israel menemukan bahwa Iran telah berhasil mengembangkan rudal penjelajah "KH-55" buatan Rusia yang disuplai dari Ukraina antara th 1999-2000 sebanyak 12 rudal. Rudal jelajah ini memiliki kemampuan mengangkut hulu ledak nuklir.

Tahun lalu televisi Al Jazeera melaporkan bahwa, "Iran telah menggunakan waktu 10 tahun untuk mengembangkan rudal KH-55. Pada tahun yang sama menhan Iran, Ahmad Vahidi mengumumkan produksi rudal anti-kapal "Nasr-1" yang lebih canggih dari pendahulunya, "Noor". Sementara pada tahun 2009 Iran berhasil menguji coba rudal darat ke darat "Sijl-2" berdaya jangkau hingga 1.200 km yang mampu menjangkau seluruh sudut wilayah Israel.

Menurut kementrian pertahanan Israel penjualan helikopter-helikopter Bell Spanyol tersebut dimaksudkan untuk keperluan pemadaman kebakaran. Namun setelah diketahui helikopter tersebut tidak sesuai dengan keperluan, para pebisnis Spanyol berusaha menjualnya ke Iran.



Ref:
"US Navy drones: Coming to a carrier near China?"; Eric Talmadge; Associated Press; 16 Mei 2011

"How long until a Chinese aircraft carrier sails up the Thames?"; Ian Morris; Daily Mail; 6 Maret 2011

"Iran’s Guards Get Qiam Missiles, Israel Claims are Bound to Hezbollah"; almanar.com.lb; 23 Mei 2011

"Iran Angling for Helicopters With Nuke Capability"; William Chedsey; Newsmax; 27 Mei 2011

No comments: