Sunday 16 October 2011

ISRAEL YANG AKHIRNYA MENUNDUKKAN DIRI


Karena kesombongan orang-orangnya (yahudi), Israel tidak pernah mau meminta ma'af kepada bangsa manapun yang dizaliminya. Tidak kepada Amerika yang kapal USS Liberty-nya dibom pada tahun 1967 hingga 40 penumpangnya tewas. Tidak kepada Turki yang 9 warga negaranya dibunuh secara keji di atas kapal Mavi Marmara yang tengah berlayar di perairan internasional tahun lalu. Tidak kepada bangsa Palestina yang tanah-airnya telah dirampok dan rakyatnya diusir dari kampung halamannya. Tidak kepada bangsa Lebanon yang selama puluhan tahun mengalami serangan barbar pasukan Israel.

Sebaliknya, betapa tinggi hatinya orang-orang yahudi Israel itu. Ketika PM Turki mengecam presiden Israel, Shimon Peres, karena kekejaman Israel atas penduduk Gaza pada sebuah diskusi di sela-sela pertemuan "World Economic Forum" di Davos Yunani tahun 2009, menlu Israel memanggil dubes Turki di Israel dan mendampratinya seperti orang tua mendamprat anak kecil, sembari duduk di kursi yang lebih tinggi dari tamu-nya itu.

Demikian juga terhadap bangsa Mesir, setelah mereka membunuh 6 polisi Mesir di perbatasan Gaza tgl 18 Agustus lalu. Namun tidak seperti penguasanya yang "penjilat pantat yahudi", rakyat Mesir cukup memiliki harga diri. Mereka marah, membakar kedubes Israel dan membuat dubes Israel lari tunggang-langgang kembali ke negeri asalnya. Maka Israel berfikir ulang. Menolak minta ma'af dan membuat hubungannya dengan Mesir terputus tentu bukan pilihan yang rasional. Mesir negara besar dengan puluhah juta penduduknya yang bisa menenggelamkan Israel.

Dalam sebuah pernyataan pers, Selasa (11/10), menhan Israel, Ehud Barak menyatakan bahwa Israel menyatakan permintaan ma'af atas kematian aparat keamanan Mesir Agustus lalu.

Dan seolah "tamparan" kepada Israel karena permintaan ma'af itu masih kurang keras, Israel juga "terpaksa" berkompromi dengan kelompok musuhnya, Hamas dengan membebaskan 1.000 warga Palestina yang ditawanannya untuk ditukar dengan seorang prajuritnya yang ditawan Hamas.

No comments: