Friday 7 October 2011

TIKUS-TIKUS YAHUDI DI BALIK TRAGEDI WTC-911 (2)


Richard Perle

Dijuluki sebagai mata-mata kecil Israel yang cerdik, Perle menulis artikel: "A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm", yang mendorong pemusnahan etnis Palestina di wilayah pendudukan serta penggulingan penguasa Irak, IRan dan Syria (Irak sudah terwujud, Syria tengah dalam perjuangan, Iran mengalami kegagalan).

Pada tahun 1970-an ia dipecat sebagai staff Senator Henry Jackson’s setelah ketahuan menyelundupkan dokumen-dokumen rahasia Amerika ke Israel. Ia memiliki dua kewarganegaraan, Israel dan Amerika.


Paul Wolfowitz

Tokoh favorit orang-orang liberal idiot Indonesia, terutama saat masih menjabat sebagai dubes Amerika di Jakarta.

Ia adalah deputi menhan pada saat terjadi serangan WTC-911 dan tokoh utama kaum neocons yang berupaya mendorong dominasi militer Amerika untuk mendukung kepentingan Israel sembari menghancurkan negara-negara muslim yang "mbalelo". Ia menjadi arsitek utama invasi atas Irak tahun 2003.

Pada tahun 2004 menjadi terduga kasus mata-mata untuk Israel setelah salah seorang staff-nya, Larry Franklin, tertangkap menyerahkan data-data tentang Iran kepada Israel.

Terakhir ia terlibat skandal moral dengan menjalin hubungan istimewa dengan staff perempuannya saat menjabat sebagai Presiden Bank Dunia. Sebagaimana para zionis Amerika, ia memiliki 2 passport, Amerika dan Israel.


Douglas Feith
Sebagai deputi menhan bidang kebijakan, Feith membawahi 2 badan rahasia di bawah kementrian pertahanan, yaitu Counter Terrorism Evaluation Group serta Office of Special Plans. Misi utama kedua lembaga itu adalah mengkampanyekan informasi palsu tentang program senjata pemunah massal Irak untuk menjadi alasan Amerika menyerbu Irak, negara Arab terkuat yang berani melawan Israel.

Pada tahun 1997 ia mempublikasikan sebuah artikel panjang berjudul "A Strategy for Israel.” Pada tahun 1998, menjadi salah seorang pejabat publik Amerika yang menyurati presiden Clinton untuk menumbangkan Saddam Hussein. Saddam "diincar" kaum zionis terutama karena keberaniannya menembakkan rudal-rudalnya ke Israel dalam Perang Teluk I tahun 1990.

Feith menjadi salah seorang dari 18 pendiri organisasi "Satu Jerussalem" yang misinya menggagalkan Perjanjian Oslo yang ditandatangani Israel, Palestina dan Amerika. Perjanjian ini sebenarnya memberikan harapan bagi masyarakat seluruh dunia bahwa konflik Palestina-Israel akan berakhir. Dalam perjanjian itu Israel setuju meninggalkan seluruh wilayah Palestina yang diduduki, menghentikan pembangunan pemukiman yahudi di wilayah pendudukan, termasuk merundingkan status kota Jerussalem, kemungkinan dibagi dua masing-masing untuk Palestina dan Israel. Namun tidak lama setelah ditandatanginya perjanjian itu PM Israel Yitzak Rabin, yang dianggap bertindak di luar keinginan para elit yahudi internasional yang berkuasa di balik layar, tewas dibunuh. Sejak itu para pemimpin Israel membuang perjanjian Oslo ke "tong sampah".

Kembali ke Douglas Feith, ia juga menjadi direktur Foundation for Jewish Studies. Sama seperti teman-temannya sesama penganut aliran neo konservatif (neocons), Feith pernah terlibat skandal mata-mata untuk kepentingan Israel. Pada tahun 1976 ia dipecat dari jabatannya di Dewan Keamanan Nasional karena skandal itu. Ia juga memiliki kewarganegaraan ganda, Israel dan Amerika.


Phillip Zelikow

Zionis yahudi Amerika ini diangkat menjadi Direktur Eksekutif Komisi 9/11. Ia-lah yang paling bertanggungjawab atas pembuatan laporan penyidikan tragedi WTC yang dipenuhi dengan kebohongan yang luar biasa, termasuk tidak disebutkannya keruntuhan gedung WTC 7 yang tanpa ada sebab akibat jelas.

Zelikow adalah "orang dalam" pemerintahan presiden George "Dubya" Bush, Jr. yang menjadi anggota tim persiapan pemerintahan George Bush, Jr pada awal tahun 2000. Antara tahun 1989-91 Zelikow bergabung bersama Condaleeza Rice dalam Dewan Keamanan Nasional (lembaga inskonstitusional yang memiliki pengaruh sangat besar) dan pada tahun 1995 mereka berdua menulis buku bersama. Antara tahun 1996-98 Zelikow menjadi Direktur Aspen Strategy Group, sebuah lembaga think tank, yang anggotanya antara lain adalah Condaleeza Rice (sebagaimana para zionis wanita lainnya, ia seorang lesbian), Dick Cheney dan Paul Wolfowitz.

Berdasarkan catatan wikipedia, Zelikow menyebut dirinya sebagai ahli dalam bidang pembuatan mitos-mitos publik atau "public presumptions":

“Prof. Zelikow’s area of academic expertise is the creation and maintenance of, in his words, ‘public myths’ or ‘public presumptions’ which he defines as ‘beliefs (1) thought to be true (although not necessarily known with certainty) and (2) shared in common within the relevant political community.’ In his academic work and elsewhere he has taken a special interest in what he has called ‘searing’ or ‘molding’ events (that) take on ‘transcendent’ importance and therefore retain their power even as the experiencing generation passes from the scene. . . . He has noted that ‘a history’s narrative power is typically linked to how readers relate to the actions of individuals in the history; if readers cannot make the connection to their own lives, then a history may fail to engage them at all.”

Pada tahun 1998 Zelikow menulis sebuah paper bersama mantan direktur CIA yang juga seorang yahudi, John M. Deutch berjudul “Catastrophic Terrorism” dimana mereka menyampaikan sebuah visi tentang sebuah "peristiwa yang membawa perubahan", "mirip seperti tragedi Pearl Harbour yang akan membagi masa lalu dan masa depan menjadi sebelum dan sesudah" serta "membuat perspektif baru dalam kebijakan politik Amerika". Ia menulis:

“…akibat dari horor dan kekacauan yang melampaui kemampuan kita untuk mendeskripsikannya. Seperti bencana terorisme yang mengubah sejarah Amerika. Ini mencakup korban nyawa dan harta benda yang tidak pernah terjadi dalam sejarah, yang menghancurkan perasaan aman warga Amerika, seperti percobaan nuklir Uni Sovyet tahun 1949. Sebagaimana Pearl Harbor, kejadian itu akan membagi masa lalu dan masa depan kita menjadi sebelum dan sesudah. Pemerintah akan meresponsnya dengan menerapkan kebijakan "draconian" mencabut kebebasan sipil, mengijinkan dilakukannya kegiatan mata-mata kepada seluruh warga negara, penahanan para tersangka dan penggunaan kekuatan bersenjata yang mematikan."

Dan kini, secara "ajaib" segalanya berjalan sebagaimana diharapkan Zelikow. Setelah tragedi WTC, pemerintah dan Congress setuju menerapkan UU Patriot Act yang sangat facsis. Tidak hanya itu, Amerika juga telah merencanakan menerapkan UU Real ID Act yang mewajibkan seluruh warganegara dipasangi chip yang memungkinkan aparat keamanan mengontrol keberadaan seluruh warga negara, setiap saat.

Tidak hanya itu, sebagai "ahli rekayasa persepsi publik" yang menjabat sebagai Direktur Komisi Penydik Tragedi WTC, ia berhasil memoles tragedi WTC dari sebuah operasi inteligen biadab antara pemerintah Amerika dan Israel, menjadi kejahatan Al Qaida dan teroris muslim.

Kebusukan Zelikow kemudian terungkap saat ia mengaku dengan jujur bahwa invasi Amerika dan sekutunya ke Irak adalah untuk melindungi keamanan Israel.



CATATAN BLOGGER: Banyaknya para zionis Amerika yang tertangkap karena menjadi mata-mata Israel, meski kemudian dilepas kembali kecuali Jonathan Pollard, menunjukkan masih adanya "perlawanan" dari sebagian aparat inteligen Amerika non-zionis, terhadap dominasi yahudi.

(Berambung)

No comments: