Thursday 6 October 2011

KALAH DI AFGHANISTAN, AS DEKATI UZBEKISTAN


Pemerintah Amerika kini tengah berupaya mendapatkan ijin Congress untuk memberikan bantuan ekonomi dan militer kepada diktator Uzbekistan yang memiliki catatan hitam pelanggaran HAM, Presiden Karimov. Para pengamat percaya, langkah tersebut merupakan satu indikasi kuat Amerika berupaya mencari jalan aman penarikan pasukannya dari Afghanistan. Dengan kata lain, Amerika dan sekutunya telah kalah dalam Perang Afghanistan.

Bahkan presiden George "Dubya" Bush, Jr. menghentikan kerjasama dengan Karimov setelah ia membantai rakyatnya sendiri di Andijan tahun 2005. Karimov patut berterima kasih kepada nabi pujaan orang-orang liberal idiot, Barack Obama. Namun sayangnya dengan mempromosikan regim diktator semacam Karimov, Amerika dan sekutunya tidak mendapatkan apa yang menjadi tujuannya dalam jangka panjang. Seperti Mubarak dan diktator sekutu lainnya, ia hanya menunggu waktu untuk tumbang dan melahirkan ketidakstabilan baru di kawasan. Namun dengan mendesaknya keadaan, seluruh pertimbangan rasiona diabaikan.

Setelah menduduki Afghanistan selama 10 tahun dengan 180.000 pasukan kini berada di sana plus dana miliaran dollar yang dikucurkan setiap tahunnya, Amerika dan sekutunya bahkan tidak sanggup menguasai sepenuhnya ibukota Kabul. Serangan-serangan gerilyawan Afghanistan yang semakin sering terjadi di Kabul, terakhir serangan terhadap Kedubes Amerika dan Konsulat Inggris di Kabul, cukup membuktikan bahwa Amerika dan sekutunya telah kalah.

Menyadari kekalahan, kini satu-satunya pikiran Amerika dan sekutunya adalah menarik ribuan personil militer dan perlengkapannya yang luar biasa besar yang tidak mungkin diangkut melalui udara kecuali dengan jalan darat. Melalui Pakistan bukanlah ide yang baik, karena konvoi akan menjadi sasaran empuk gerilyawan di Celah Bolan dan Khaiber sebagaimana pasukan Inggris dan Sovyet yang mundur dari Afghanistan di masa lalu. Jadi mereka harus melalui Uzbekistan. Dan untuk itu Amerika harus menyuap Karimov.


Sumber:
"Losing Afghanistan, Losing Central Asia"; Craig Murray; craigmurray.org; 20 September 2011

No comments: