Tuesday, 22 November 2011

KAPAL PERANG RUSIA PERTAHANKAN SYRIA


Rusia mengirimkan beberapa kapal perang ke perairan Syria sebagai sebuah langkah agresif untuk mengingatkan Amerika dan sekutunya untuk tidak menyerang Syria di tengah spekulasi kuat Amerika dan NATO berencana akan menyerang Syria untuk menumbangkan pemerintahan Bahar al Assad yang anti-Israel.

Berita tentang kapal-kapal perang tersebut dirilis oleh media massa Syria, minggu lalu.

"Kapal-kapal perang Rusia telah tiba di perairan Syria, sebuah media massa Syria melaporkan Kamis lalu (17/11), mengindikasikan langkah itu sebagai pesan nyata kepada Amerika dan sekutunya bahwa Rusia akan melawan setiap intervensi asing terhadap negeri yang dilanda kerusuhan itu," tulis koran Israel, Haaretz.

Dalam beberapa hari terakhir Rusia telah menunjukkan langkah serius untuk membela Syria terhadap tekanan barat, termasuk ancaman serangan militer sebagaimana dilakukan terhadap Libya. Misalnya saja menlu Rusia, Sergei Lavrov, lebih memilih kondisi kerusuhan Syria sebagai "perang saudara", berbeda dengan pemerintahan barat yang menuduh pemerintah Syria melakukan tindakan represi terhadap demonstran. Lavrov lebih jauh bahkan menuduh Amerika dan sekutunya telah melakukan tindakan provokasi terhadap Syria.

Sebagaimana dilakukan terhadap pemerintahan Libya dengan menuduh pemimpin Libya melakukan tindakan kekerasan terhadap rakyatnya untuk menjadi alasan penyerbuan terhadap Libya, Amerika dan sekutunya juga menuduh regim Bashar Al Assad melakukan hal yang sama. Pemerintahan dan media massa barat seolah tutup mata bahwa para perusuh Syria bukan lagi para pendemo sipil tanpa senjata, sebagaimana terjadi dalam kasus penyerbuan terhadap markas inteligen dan kantor partai berkuasa Syria baru-baru ini. Beberapa waktu lalu bahkan ditemukan puluhan mayat aparat keamanan Syria yang dibunuh secara keji dengan cara mutilasi. Hal yang tidak mungkin dilakukan oleh rakyat Syria sendiri kecuali oleh aparat inteligen atau tentara bayaran asing.

Jubir deplu Amerika, Mark Toner, menolak klaim Rusia bahwa kerusuhan di Syria sebagai "perang sipil". "Kami percaya dengan sangat bahwa regim Assad melakukan aksi-aksi kekerasan intimidasi dan represi terhadap para demonstran," katanya.

Tentu saja retorika itu sama dengan kasus Libya, bahkan meskipun banyak saksi yang menyaksikan gerlyawan Al Qaida-Wahabi Salafiyun dengan senjata Amerika, melakukan serangan militer terhadap tentara Libya. Orang-orang yang sama kini juga beraksi di Syria.

Tanpa dukungan Rusia, Syria akan tidak berdaya menghadapi kekuatan militer Amerika dan NATO.

"saya tidak melihat adanya kesulitan untuk melakukan operasi militer terhdap Syria. Syria tidak memiliki sistem pertahanan udara yang canggih. Namun Syria lebih berbahaya dibanding Libya. Akan dibutuhkan operasi militer besar-besaran di sana," kata mantan Kastaf AU Perancis, Jean Rannou.


SYRIA: KAMI SIAP PERANG

Menanggapi kondisi yang semakin serius yang dihadapi pemerintahan Syria, menlu Syria baru-baru ini menegaskan bahwa Syria siap berperang jika dipaksa.

"Kami tidak ingin perang. Namun jika harus menghadapinya, kami siap," kata menlu Syria, Muallem dalam acara konperensi pers di Damaskus, Minggu (20/11).

"Kami ingin perang tidak terjadi di Syria. Masalah di Syria hanya bisa diselesaikan oleh rakyat Syria sendiri. Namun jika perang dilakukan terhadap kami, kami akan berperang," kata Muallem menirukan pernyataan presiden Bashar al Assad yang menyatakan kesiapannya untuk mati demi membela Syria.

Muallem juga mengecam Liga Arab yang ingin segera menyerahkan persoalan Syria ke PBB. Selain itu Muallem mengabaikan tenggat waktu yang diberikan Liga Arab kepada Syria untuk menyelesaikan masalahnya, sebelum menyerahkan masalah ini ke PBB.

"Tidak ada ruang untuk tindakan yang dilakukan tergesa-gesa. ...Kami tidak menganggap tenggat waktu sebagai masalah krusial. Yang paling penting adalah esensi penyelesaian masalah."



Sumber:

"Muallem: We Don’t Want Battle, But “If It’s Imposed, We’ll Fight”; almanar.com.lb; 20 November 2011.

"Russian Warships Enter Syrian Waters To Prevent NATO Attack"; Paul Joseph Watson; propagandamatrix; 18 2011

No comments: