Saturday, 27 June 2015

Di Balik Samaran, Israel Ujicoba Bom Nuklir Mini

Indonesian Free Press -- Dengan dalih ingin mengetahui efek dari bom nuklir mini,  atau biasa disebut 'dirty bomb', Israel melakukan 20 peledakan ujicoba bom sejenis di sebuah padang pasir di selatan negara itu. Demikian media Israel Haaretz melaporkan, 8 Juni lalu.

Menurut Haaretz, penelitian tentang efek 'dirty bom' itu telah berlangsung selama 4 tahun dan darinya disimpulkan bahwa bom jenis ini menghasilkan tingkat radiasi yang rendah. Menurut para peneliti Israel, tingkat radiasi yang ditimbulkan tidak sampai tingkat membahayakan kesehatan manusia.

Perlu dicatat, laporan 'Haaretz' ini mengkonfirmasi sejumlah laporan media-media independen tentang penggunaan bom sejenis dalam sejumlah serangan Israel di negara-negara target, termasuk dalam sebuah serangan udara di Yaman baru-baru ini, serta sejumlah serangan udara Israel di Suriah.

Tentang serangan bom nuklir mini di Yaman silakan klik disini: http://www.veteranstoday.com/2015/05/29/how-israel-was-busted-nuking-yemen/. Tentang serangan serupa di Suriah klik di sini: http://www.presstv.ir/detail/2013/05/10/302772/was-syria-nuked/ 

Tidak hanya itu, mantan kepala BIN Jendral ZA Maulani juga mensinyalir serangan Bom Bali I juga menggunakan bom jenis ini. Apalagi dengan adanya sejumlah laporan mengenai keberadaan kapal perang Amerika di Bali, beberapa saat sebelum serangan tersebut terjadi.

“Hanya mikro nuklir yang memiliki efek ledakan seperti itu, bukan RDX apalagi TNT. Dan mikro nuklir yang ada di dunia ini hanya diproduksi di instalasi nuklir Dimona, milik Israel,” kata ZA Maulani seperti dikutip situs media tanah air.

Perlu dicatat juga bahwa Israel adalah negara pemilik senjata nuklir yang tidak menandatangani perjanjian nuklir internasional dan perjanjian internasional bagi pelarangan penggunaan senjata-senjata konvensional tertentu termasuk senjata biologi, senjata racun dan ranjau darat.

Hasil-hasil dari ujicoba yang dilakukan Israel tersebut, terangkum dalam proyek penelitian bernama “Green Field”, telah dipaparkan dalam sebuah forum pertemuan para ilmuan nuklir dan telah dimasukkan ke database ilmu nuklir.

Dikutip Haaretz, para peneliti mengklaim tujuan penelitian itu adalah murni untuk keperluan ilmiah dan bukan untuk tujuan perang.

Hingga saat ini senjata jenis ini belum pernah digunakana oleh para teroris, namun potensi penggunaannya cukup besar karena adanya bahan-bahan radioaktif yang di sektor-sektor industri dan medis.

Pada tahun 2013 lalu, Menhan Israel Moshe Ya’alon menuduh Iran berpotensi untuk membuat senjata jenis ini untuk digunakan terhadap sasaran-sasaran di negara-negara barat melalui serangan teroris. Situs resmi Departemen Pertahanan Dalam Negeri Israel pun merilis sejumlah petunjuk untuk merespon serangan senjata jenis ini.

Dalam ujicoba tersebut di atas, 20 ledakan dilakukan dimana tiap ledakan mengandung 250 gram hingga 25 kg bahan peledak yang dicampur dengan bahan radioaktif 99mTc yang digunakan di sektor medis. Sejumlah drone kecil dilibatkan untuk mengukur tingkat radiasi ledakan itu. Demikian Haaretz melaporkan.

Dalam sebuah ujicoba tambahan, yang disebut proyek “Red House”, diskenariokan adanya bahan radioaktif yang mencemari lingkungan perkotaan yang padat penduduk. Dalam ujicoba ini ditemukan bahwa sebagian besar radioaktif tersebut tertinggal di dalam filter pendingin ruangan (AC). Demikian tambah Haaretz.(ca)

No comments: