Thursday, 10 November 2016

Pemilu Amerika, Perang Antar Penyembah Dajjal

Indonesian Free Press -- Para pengamat teori konspirasi pemula menyangka bahwa Hillary Clinton bakal memenangkan pemilu Amerika kemarin (9 November 2016). Mereka mengetahui pasti bahwa Hillary didukung oleh media-media massa utama dunia, para pejabat pemerintahan Amerika termasuk Presiden Obama, filantropis dan 'bapak aktifis global' George Soros dan para aktifis sosialis seperti Amy Goodman dan Michael Moore.

Dengan kekuatannya itu, selama masa kampanye kemarin, lawan Hillary, Donald Trump, praktis nyaris tidak bisa muncul muncul di ruang publik dengan persepsi yang baik. George Soros bahkan dikabarkan telah menyiapkan mesin penghitung suara yang sudah diprogram untuk memenangkan Hillary.


Para pengamat konspirasi hanya mengetahui bahwa Trump didukung oleh media hitam Wikileaks yang gencar merilis email-email rahasia Hillary, serta para mafia dunia hiburan dan judi. Mereka baru terkejut-kejut ketika kepolisian New York dan kepolisian federal FBI mengumumkan penyidikan email-email rahasia Hillary yang membongkar 'bisnis gelap' Hillary dengan dunia hitam di Amerika, termasuk jaringan pedhopilia dan prostitusi yang melingkupi para pejabat Amerika.

Atas tekanan kubu pendukung Hillary, FBI akhirnya membatalkan penyidikan, namun 'bocornya' dunia gelap Hillary Clinton itu bagaimanapun turut berperan menjerumuskan popularitasnya di kalangan warga Amerika yang sudah bosan dengan retorika 'perang melawan terorisme' yang terbukti dipenuhi kepalsuan dan hanya menjerumuskan ekonomi Amerika ke jurang kehancuran.

Seperti sudah ditulis di blog ini (IFP), Trump sama sekali bukan seorang 'pahlawan pembela kebenaran'. Ia juga seorang kriminal seperti halnya Hillary. Namun, setidaknya sampai saat ini tangannya masih bersih dari pembantaian jutaan ummat muslim di seluruh dunia selama kampanye 'perang melawan terorisme' dimana Hillary turut berperan besar di dalamnya.

Mengenai persaingan antara Hillary dan Trump selama kampanye pilpres Amerika kemarin, Walter Benjamin menulis artikel menarik di blog Dr. Henry Makow tentang persaingan antara faksi 'patriot' melawan faksi 'zionis' dalam organisasi rahasia Freemasons. Trump mewakili faksi 'patriot', sementara Hillary mewakili faksi 'zionis'. Tanpa disebutkan oleh Benjamin, Freemasons adalah organisasi rahasia yang dikendalikan oleh 'penguasa kegelapan' penyembah dajjal (anti-Christ) yang menguasai keuangan dunia dan segala aspek kehidupan yang bisa dipengaruhinya.

"Ada perang saudara yang serius yang tengah terjadi di dalam 'Deep State' (kekusaan di belakang layar) Amerika, namun kecuali Anda menjadi bagian darinya atau sudah memahami masalah ini, semuanya tampak seperti kekacauan dan 'cacophony'," tulis Benjamin.

"Di antara kekuasaan 'Illuminati Freemasonic' itu, elemen-elemen 'Zionist Cabalistic' berperang melawan faksi 'America-First' untuk menguasai Tatanan Dunia Baru (NWO)," tambah Benjamin.

Menurut Benjamin faksi dimana Hillary bergabung, yaitu 'zionist cabalistic', adalah turunan dari komunisme yang didirikan oleh keluarga Rothschild, dimana mereka adalah penyembah dewa Ba'al (atau Moloch atau Magog). Sedangkan 'America-Firsters' dimana Trump bergabung di dalamnya, adalah turunan langsung dari aliran 'divine providence' yang dibentuk oleh para pendiri Amerika George Washington, Thomas Jefferson, Andrew Jackson. Aliran ini awalnya adalah penyembah Tuhan yang Esa seperti ajaran Kristen, namun terinfiltrasi oleh 'zionis cabalistic' sejak tahun 1789, setelah diadakannya Konperensi Wilhelmsbad tahun 1782.

Beberapa tokoh 'patriot' seperti Ron Paul, Philip Giraldi, Ray McGovern, Michael Flynn, Justin Raimondo, dan Daniel McAdams, selain Donald Trump, adalah pengikut aliran kedua ini.

Upaya FBI untuk membongkar kasus Hillary dengan membuka file-file rahasia sekutu dekat Hillary, Anthony Weiner, sejalan dengan upaya walikota New York Michael Bloomberg utuk menggagalkan upaya Weiner untuk merebut posisi Walikota New York.

Weiner, mantan senator Amerika, adalah mantan suami Huma Abedin, sekretaris dan anak angkat Hillary Clinton yang tidak lain adalah putri dari pasangan aktifis Ikhwanul Muslimin. Keluarga Abedin adalah agen zionis di dalam organisasi Ikhwan ini. Weiner sendiri, secara terbuka telah diketahui sebagai pelaku pedhopilia.

Tentang Hillary Clinton, Benjamin menyebutnya sebagai orang yang digadang-gadang akan meletupkan Perang Dunia III demi mewujudkan ambisi kuno para yahudi penyembah dajjal menguasai dunia dengan ibukotanya Jerusalem. Adapun tentang sisi gelap Donald Trump, silakan lihat tulisan ini.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

I believe, whoever US president, penguasa sejati masih sama...