Tuesday, 5 December 2017

Demokrasi yang Dibawa Amerika ke Libya: Pasar Budak

Indonesian Free Press -- Siapa bilang perbudakan sudah hilang di muka bumi? Di Libya kini, perbudakan adalah sebuah realitas sehari-hari. Inilah hasil dari demokrasi yang dipaksakan kepada rakyat Libya oleh zionis internasional bekerjasama dengan sekelompok Islam idiot di bawah payung 'Arab Springs'.

Sebelum tumbangnya regim Moammar Khadaffi, Libya adalah salah satu negara paling makmur di dunia, karena Khadaffi menggunakan seluruh pendapatan negara, yang sebagian besar dari minyak, untuk membangun negara dan mensejahterakan rakyatnya. Sekedar contoh, seluruh rakyat dibebaskan dari biaya pengobatan dan pendidikan sampai tingkat tertinggi. Rakyat juga dilimpahi dengan berbagai subsidi, sejak kelahiran sampai kematiannya.


Namun kini paska 'Arab Springs' yang sukses menggulingkan Khadafi, Libya berubah menjadi negara paling terbelakang di dunia. Dan salah satu bentuk keterbelakangan itu adalah adanya perbudakan dan pasar budak.

INi sangat kontras dengan apa yang dijanjikan para pemimpin negara-negara yang berkomplot menggulingkan Khadafi. Ketika Perdana Menteri Inggris David Cameron datang ke Benghazi, Libya timur, setelah tewasnya Khadaffi oleh aksi barbar pemberontak, ia berteriak bangga kepada warga:

“Kota ini telah menjadi inspirasi bagi dunia karena telah mendepak seorang diktator dan memilih kebebasan."

Bersamaan dengan hancurnya infrastuktur Libya karena pemboman pesawat-pesawat pembom koalisi UNi Eropa-Arab, hancur pula struktur sosial-ekonomi-politik Libya. Kalangan intelek Libya bermigrasi ke luar negeri setelah keluarganya dibantai para teroris. Seorang ahli perminyakan bergelar PhD (di Libya sebelum Arab Springs, sekitar 50% warganya bergelar sarjana karena pendidikan gratis dan bahkan mendapat subsidi) harus menjadi supir taksi di Inggris atau Perancis, yang bekerja 10 jam sehari di tengah musim dingin.

Seperti dilaporkan Reuters, 24 November, pemerintah Libya tengah melakukan penyelidikan atas keberadaan perbudakan dan pasar budak di negara itu. Hal ini setelah munculnya banyak laporan tentang masalah ini.

"Video yang diunggah oleh CNN yang memperlihatkan imigran-imigran dari Afrika yang diperdagangkan di (pasar budak) Libya mengundang kemarahan di Eropa dan Afrika," tulis Reuters.

Dalam laporan tersebut CNN menyebutkan sebuah acara pelelangan budak-budak yang ditawarkan seharga $400. Ini memperkuat sejumlah laporan sebelumnya tentang keberadaan pasar budak di Libya.(ca)

No comments: