Sunday, 17 December 2017

Motif Lain di Balik Klaim Amerika atas Jerussalem (2)

Indonesian Free Press -- Dengan koalisi pendukung-pendukung Netanyahu seperti rabbi-rabbi yahudi di New Jersey dan New York serta Jared Kushner, pengaruh para pendukung garis keras Israel di pemerintahan Donald Trump sangatlah jelas.

FBI berhasil mengidentifikasi sejumlah rabbi yahudi New Jersey dan New York yang memanfaatkan sinagog-sinagog dan yeshivas yahudi sebagai alat pencucian uang penjualan barang-barang ilegal dari souvenir KW hingga organ manusia. Saksi yang digunakan dalam penyidikan bernama Solomon Dwek, adalah seorang pengembang (developer) besar dan pemilik kapal judi. Ia ditangkap tahun 2006 saat berusaha mencairkan chek palsu senilai $25 juta di PNC Bank. Dwek juga tokoh penting di kelompok gang rabbi kriminal dan berpengaruh di New Jersey dan New York, yang sering disebut-sebut sebagai 'SY Empire' dan  'Dwek Clan'. Kelompok ini diketahui juga berkaitan dengan Kushner Companies, perusahaan real estate milik Jared Kushner yang berbasis di New Jersey dan New York.


Saat ini Jared Kushner dan Trump Organization tengah dalam penyidikan yang dilakukan oleh Jaksa Khusus Robert Mueller terkait dengan dugaan kegiatan 'money laundering' yang dilakukan oleh keluarga Trump dan Kushner. Dugaan praktik kotor ini dilaporkan mencakup praktik pencucian uang melalui pembelian sejumlah real estate, termasuk kondominium milik Trump dan Kushner di Manhattan-New York dan New Jersey.

Kasus ini kini menjadi kasus utama setelah Mueller menjadi Direktur FBI. Berikut adalah cuplikan dari hasil penyidikan FBI atas praktik pencucian uang yang dilakukan orang-orang Shas di Amerika. Dalam satu tuduhan terhadap Rabbi Eliahu “Eli” Ben Haim dari Ohel Yaacob Congregation di Deal, New Jersey, seorang saksi warga Israel yang menjadi penyandang dana bagi Ben Haim, menyebutkan bahwa praktik pencucian uang tersebut melibatkan sejumlah besar negara.

“Dari seluruh dunia. Dari seluruh dunia. Dari Australia hingga New Zealand, Uganda. Maksud saya, seluruh negara yang bisa dibayangkan. Turki, anda tidak akan percaya. Swiss, Perancis, Spanyol… China, Jepang," kata CW, saksi dalam kasus tersebut.

Hal itu menunjukkan bahwa praktik pencucian uang bagi pembangunan pemukiman ilegal yahudi di Palestina melibatkan banyak negara. Pada bulan Juli 2009 koran Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Rabbi David Yosef, putra dari pemimpin spiritual Shas dan mantan Rabbi Besar Israel Ovadia Yosef, meninggalkan rumah Ben-Haim di Long Branch, New Jersey, hanya beberapa jam sebelum FBI menyerbu rumah itu dan menangkap Ben-Haim. Pada bulan Mei 2009, pemimpin Shas Aryeh Deri melakukan kunjungan penggalangan dana ke komunitas Yahudi-Suriah di New York dan New Jersey. Penggantinya, Eliyahu “Eli” Yishai, kemudian menjadi Menteri Dalam Negeri dan Deputi Perdana Menteri kabinet Netanyahu. Yishai memblokir upaya penyidik untuk menyelidiki propertinya di Jerusalem dan Tepi Barat.

Ovadia Yosef juga mengecam Presiden Obama yang terus mendesak Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman ilegal di Palestina. Tidak hanya itu, Yosef menyerukan pembanguna kembali Kuil Besar Yahudi di lokasi Masjidil Aqsa di Jerusalem. Ia bersikukuh bahwa 'tidak ada orang Arab' di tempat ini.

Dalam lingkungan zionis seperti inilah, Trump akhirnya membalikkan kebijakan luar negeri Amerika di Timur Tengah, dari penengah yang 'netral' menjadi pendukung garis keras Israel dengan mengakui Jerussalem sebagai ibukota Israel.(ca)

No comments: