Friday, 22 December 2017

Kemenangan Teori Konspirasi, Newsweek Adanya False Flag

Indonesian Free Press -- Selama bertahun-tahun media-media 'mapan' dan para liberal idiot mengolok-olok orang-orang yang percaya dengan teori konspirasi sebagai orang-orang bodoh dan tidak berakal. Saat ini pun satu televisi swasta nasional juga tengah menayangkan sinetron populer (Dunia Terbalik) yang menggambarkan adanya sekelompok orang bodoh yang terobsesi dengan teori konspirasi.

Namun, kejahatan tidak akan bisa disembunyikan selamanya. Sudah terlalu banyak fakta-fakta yang membuktikan kebenaran teori konspirasi. Seperti dalam kasus ini. Media paling 'mapan' di dunia, Newsweek, akhirnya mengakui bahwa pemerintah Amerika merancang operasi-operasi 'bendera palsu' untuk memulai peperangan-peperangan.


Operasi 'bendera palsu' atau 'false flag' adalah melakukan suatu tindakan yang disembunyikan dan dikesankan dilakukan oleh pihak lain, untuk memberi justifikasi bagi pelaku menghancurkan musuh.

Bila seseorang menjadi seorang penguasa, terlebih bila ia berasal dari dunia politik, tentu menjadi kebiasaan untuk merancang hal-hal yang bisa memperkuat kekuasaan dan mengeliminir kekuatan lawan. Dalam konteks ini, pembicaraan tentang 'rencana cemerlang' yang sebenarnya adalah 'rencana jahat', menjadi biasa. Kitab 'Mahabharata' misalnya, yang ditulis ribuan tahun lalu, telah banyak menggambarkan banyaknya operasi 'bendera palsu' yang dilakukan keluarga Kurawa terhadap keluarga Pandawa.

Maka, justru sangat mengherankan, apabila ada orang yang mengingatkan tentang bahaya 'kejahatan konspirasi' justru diolok-olok sebagai 'tukang ngimpi' dan 'paranoid'. Mereka, para pengolok-olok itulah yang sebenarnya 'tukang ngimpi', menyangka hidup di negeri utopia seperti nyanyian John Lennon di lagunya, 'Imagine'.

Bulan November lalu Newsweek menulis artikel berjudul 'U.S. GOVERNMENT PLANNED FALSE FLAG ATTACKS TO START WAR WITH SOVIET UNION, JFK DOCUMENTS SHOW'. Setelah berpuluh-puluh tahun menyembunyikan adanya kejahatan-kejahatan konspirasi, akhirnya Newsweek mengakui kebenaran. Mengapa demikian? Karena kalau publik mengetahui kebenaran, agenda-agenda jahat para perancang konspirasi tidak akan berjalan mulus.

Bagaiman jika sejak awal rakyat Amerika mengetahui bahwa tuduhan 'senjata pemusnah massal Irak' di era Saddam Hussein adalah bohong? Tentu rencana untuk menyerbu Irak dan merampok kekayaan negara itu terancam gagal. Atau bagaimana jika rakyat Amerika mengetahui bahwa serangan WTC tahun 2001 adalah operasi 'bendera palsu'? Tentu kampanye 'perang melawan terorisme' yang diusung Amerika untuk menyerbu Afghanistan dan menjaga produktifitas opium, sekaligus menghancurkan sebuah negara Islam, akan ditentang rakyat Amerika sendiri.

Meski demikian, Newsweek tetap menyembunyikan kejahatan-kejahatan konspirasi jaman 'now' dan hanya mengungkapkan kejahatan konspirasi jaman 'old'. Hal ini, sekali lagi, untuk tetap menjaga agenda-agenda kejahatan yang tengah berjalan, tidak tersentuh.

Seperti dilaporkan oleh Newsweek bulan lalu, pemerintah Amerika di bawah Presiden John F Kennedy, telah merancang operasi 'bendera palsu' untuk memicu perang melawan Uni Sovyet.

"Pemerintah Amerika pernah menginginkan dilakukannya serangan 'bendera palsu' terhadap pesawat Uni Sovyet untuk membenarkan perang melawan Uni Sovyet, sejumlah dokumen lama yang baru dibuka ke publik yang berkaitan dengan pembunuhan John F Kennedy, menyebutkan hal itu," demikian tulis Newsweek.(ca)

No comments: