Indonesian Free Press -- Seperti sudah diduga oleh banyak pengamat Saudi akhirnya berusaha mengakhiri petualangannya yang gagal di Yaman tanpa harus kehilangan muka lebih banyak. Dan upaya itu adalah dengan mengadakan perundingan dengan pejuang Yaman.
"Saudi tengah menggelar perundingan dengan kelompok Houthi untuk pertama kalinya selama lebih dari dua tahun sebagai tanda keinginan Riyadh untuk meredakan pertikaian setelah serangan mematikan atas kilang minyaknya bulan lalu," demikian tulis Associated Press kemarin (13 Oktober).
Tidak dilaporkan secara lebih rinci tentang waktu dan tempat dilakukannya perundingan. Juga siapa saja yang terlibat dalam perundingan.
Menurut analisa Associated Press serangan drone pejuang Yaman terhadap kilang minyak Aramco-Saudi bulan lalu menjadi kunci dari perubahan langkah Saudi di Yaman. Faktor lainnya menurut
Associated Press adalah pecahnya koalisi Saudi dengan Uni Emirat Arab yang menjadi tulang punggung Saudi dalam perang Yaman. Namun serangan pejuang Yaman yang berhasil menduduki Najran bulan ini tidak bisa dipungkiri menjadi pukulan paling telak bagi Saudi yang mengubah 'arah permainan'.
Setelah serangan drone ke kilang minyak yang merontokkan produksi minyak Saudi hingga 50% lebih, Yaman menawarkan gencatan senjata. Saudi menyetujui gencatan senjata terbatas dengan janji menghentikan pemboman atas kota-kota yang dikuasai pejuang Yaman termasuk Sana'a. Dilanjutkan dengan pembebasan 300 tawanan perang oleh pejuang Yaman yang dibalas dengan pembukaan sebagian embargo laut oleh Saudi.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) bulan lalu mengatakan kepada CBS News bahwa 'kami terbuka untuk semua inisiatif solusi di Yaman. Kami melakukannya setiap hari. Namun kami mencoba untuk mengubah diskusi ini menjadi aksi nyata di lapangan, dan kelompok Houthis beberapa hari lalu mengumumkan gencatan senjata. Kami melihatnya sebagai langkah positif untuk bergerak lebih serius ke arah dialog politik.”
(ca)
No comments:
Post a Comment