Sunday, 13 October 2019

Suriah Hadang Turki di Manbij

Indonesian Free Press -- Pasukan Suriah mengambil alih kota Manbij dari milisi Kurdi untuk mencegahnya jatuh ke tangan Turki. Langkah ini didukung oleh Amerika dan Rusia. Demikian laporan Sputnik News, Sabtu (12 Oktober). Sementara itu invasi Turki ke Suriah terus memakan korban di tengah-tengah kecaman internasional atas Turki. 

Sputnik News menyebutkan bahwa langkah tersebut diambil setelah terjadi kesepakatan antara Rusia dan Suriah di satu pihak dengan Amerika dan kelompok Syrian Democratic Forces (SDF) di pihak lainnya.

"Kesepakatan termasuk penempatan unit-unit militer bersenjata berat Suriah di Manbij, dimana mereka akan mengibarkan bendera nasional Suriah di bangunan-bangunan pemerintah sebagaimana pintu gerbang kota," tulis laporan itu.


Sebelum pasukan Suriah memasuki kota, unit militer terakhir Amerika meninggalkan kota tersebut pada hari Sabtu. 

Manbij dibebaskan dari pendudukan kelompok teroris ISIS pada tahun 2016. Sejak itu kota ini dikontrol oleh milisi SDF yang didukung AS dan dilindungi oleh kelompok Kurdi People's Protection Units (YPG).

Turki melancarkan operasi militer bernama 'Operation Peace Spring' di Suriah timur-laut sejak hari Rabu lalu, beberapa hari setelah Amerika menarik pasukannya di wilayah ini.

Ankara menyebut langkahnya ditujukan untuk memburu kelompok militan YPG yang dituduh berkaitan dengan kelompok Kurdistan Workers’ Party (PKK) yang dianggap teroris oleh Turki. Pada hari Sabtu pasukan Turki dan kelompok2 yang didukungnya merebut kota Ras al-Ayn di Provinsi Hasakah. Manbij sendiri berada di Provinsi Aleppo. Pada hari yang sama Turki mengklaim selama operasi telah berhasil melumpuhkan 480 pejuang Kurdi. Turki juga menangkap dan mengeksekusi sejumlah politisi Kurdi maupun yang berafiliasi dengan Kurdi, termasuk politisi wanita pemimpin partai Syrian Future Party.

Operasi militer Turki ini mendapat kecaman internasional, termasuk sekutu2 Turki di NATO. Jerman dan Perancis, misalnya, membatalkan penjualan senjata ke Turki sebagai protes. Negara-negara Arab dan Iran juga mengecam aksi ini.(ca)

No comments: