Indonesian Free Press -- "Cara terbaik untuk mengendalikan oposisi adalah dengan memimpin mereka," demikian perkataan terkenal dari pemimpin komunis Rusia Lenin.
Para 'pembela kebenaran' (truthers) di Amerika saat ini tengah terbuai oleh sosok politisi perempuan dari partai Demokrat yang tengah menapaki jalan untuk menjadi kandidat presiden AS mendatang, bernama Tulsi Gabbard.
Wartawan dan blogger senior Finian Cunningham, misalnya, menulis di blog Strategic Culture 18 Oktober lalu artikel berjudul 'Tulsi Nails it on National TV… US Regime-Change Wars'. Sementara Jonas E. Alexis sehari kemudian menulis di situs Veterans Today artikel serupa berjudul 'Tulsi Gabbard Takes Hillary Clinton'.
Mereka patut mengapresiasi Gabbard karena pandangan politiknya yang bertentangan dengan 'arus utama' politik luar negeri AS dan dianggap lebih membela kepentingan rakyat Amerika. Sikapnya yang keras menentang tokoh-tokoh zionis penyuka perang seperti Hillary Clinton, juga menjadi hiburan yang menyenangkan. Terutama saat ia 'berteriak' kepada Hillary : "Akhirnya kau keluar dari persembunyian Hillary Clinton, 'penabuh genderang perang' dan koruptor yang telah membuat sakit partai Demokrat selama bertahun-tahun!", setelah Hillary secara tidak langsung menuduhnya sebagai
'antek Rusia'.
Dalam acara debat TV antar para kandidat potensial partai Demokrat minggu lalu Gabbard menarik perhatian dengan pernyataannya: “Donald Trump berlumuran darah rakyat Kurdi, namun juga para politisi dari kedua partai (Demokrat dan Republik) yang telah mendukung perang yang tengah berkecamuk di Suriah sejak tahun 2011… bersama-sama dengan media-media massa yang telah mengkampanyekan dan mengompor-kompori perang ini.”
Namun sebagian 'pembela kebenaran' menahan diri untuk tidak memuja-muji Gabbard setelah beredarnya foto yang menunjukkannya tengah 'hang out' bersama tokoh-tokoh gerakan anarkhisme Antifa yang diketahui sebagai 'tangan kanan' dari tokoh kontroversi George Soros. Foto ini seolah telah membongkar jati diri Gabbard sebagai seorang 'oposisi terkendali' (controlled oposition).
'Oposisi terkendali' adalah suatu fenomena yang menarik perhatian sekaligus menakutkan bagi para 'pembela kebenaran'. Ini adalah tentang individu, parpol atau gerakan sosial yang tampak seolah-oleh membela kepentingan rakyat dalam menghadapi elit penguasa namun ternyata merupakan bagian dari elit penguasa.
Di era modern ini hampir samua partai hijau atau partai ultra nasionalis adalah 'Oposisi terkendali'. Juga gerakan-gerakan seperti 'Occupy Wall Street' dan 'Black Lives Matter' di Amerika serta gerakan anarkhisme 'Antifa'. Yang paling fenomenal adalah Partai Syriza yang sukses merebut kekuasaan di Yunani tahun 2015 dengan menipu rakyat Yunani. Dengan janji kampanye keluar dari kerjasama dengan IMF, partai ini justru memperpanjang kerjasama.
Fenomena seperti ini juga terjadi di Indonesia saat ini setelah Prabowo Subianto akhirnya membongkar jati dirinya sebagai pendukung elit penguasa.(ca)
No comments:
Post a Comment