Monday, 21 October 2019

Jangan Berkhianat

Indonesian Free Press -- Bagi sebagian besar pendukung Prabowo dalam pilpres lalu, pilpres bukan sekedar memilih presiden. Khususnya bagi mereka yang beragama Islam, mendukung Prabowo adalah membela kebenaran dan menentang kejahatan sebagaimana ajaran agamanya. Karena mereka melihat dengan sangat jelas bahwa lawan Prabowo adalah kejahatan. Mereka tidak melihat latar belakang Prabowo, hanya melihat lawan Prabowo. Cukup bagi mereka Prabowo mengaku sebagai seorang Muslim yang sholat dan membayar zakat dan tidak memusuhi Islam.

Maka ketika Prabowo berbalik arah mendukung kubu lawan meski jelas-jelas telah terjadi kecurangan dan kezoliman, pendukung-pendukung Prabowo tersebut pun berbalik arah memusuhinya. Namun ada pendukung Prabowo, juga dari kalangan Muslim, yang selain mendukung karena prinsip kebenaran-kejahatan juga melihat faktor personal. Maka ketika Prabowo berbalik arah, mereka masih mencari apologi untuk tetap mendukungnya.


Saya tertarik dengan seorang relawan pro-Prabowo (Prabowois) yang cukup terkenal yang masuk dalam kategori ini. Dalam apologinya ia menyebutkan kisah Nabi Yunus yang lari dari tanggungjawab dan berkhianat terhadap amanah Allah. Namun karena kehendak Allah, Nabi Yunus pun menjadi manusia yang lurus. Kemudian ia (Prabowois itu) meminta untuk mempersepsikan Prabowo seperti Nabi Yunus dan memaafkan langkah politiknya mendukung lawan.

Tanpa sadar Prabowois itu telah melakukan dosa besar, yaitu telah memberhalakan Prabowo dengan membenarkan langkah politik Prabowo yang jelas-jelas keliru, kemudian membolak-balikkan logika kisah Nabi Yunus untuk membela junjungannya. Padahal pesan moral kisah Nabi Yunus sangat jelas. Sebuah larangan untuk tidak berkhianat dan meninggalkan amanah karena hal itu sangat dimurkai Allah. Dalam hal Nabi Yunus, Allah menghukumnya dengan melemparkannya ke tengah samudra dan kemudian ditelan hidup-hidup oleh ikan raksasa. Bila saja Nabi Yunus tidak bertaubat dengan doanya yang terkenal dan Allah bukan dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang maka Nabi Yunus sudah meninggal dalam kondisi celaka.

Pemilu yang baru lewat sangat tidak patut untuk dianggap sebagai permainan belaka sehingga bisa diselesaikan hanya dengan 'rekonsiliasi'. Ada ratusan nyawa petugas KPPS yang meninggal tanpa perlindungan hak-haknya, puluhan orang yang meninggal dan hilang saat mengekspresikan tuntutan pemilu yang jurdil, ulama-ulama yang dikriminalisasi, orang-orang yang dianiaya, dan di atas itu semua hilangnya hak-hak puluhan juta rakyat karena rejim dikuasai para maling (Prabowo pernah menyebut hal ini).

Prabowo cukuplah menjadi pecundang setelah gagal mengemban amanah para pendukungnya. Meminta ma'aF kepada para pendukung dan bertapa di tengah hutan jauh lebih baik. Tapi berkhianat dan gabung dengan para maling tentu tidak bisa diterima akal sehat, apalagi disamakan dengan Nabi Yunus.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Menyedihkan memang