by Zeng Wei Jian
Jawa Timur medan laga. Dua political giants lokal dipastikan bertarung.
Gerindra punya 13 kursi. PKS 6 dan PAN 7 kursi. PKS sudah mengusung Gus Ipul dan komunikasi dengan para kyai. PDIP merapat usung Gus Ipul melawan Khofifah. La Nyalla Mattaliti dibisikin sekelompok makelar. Akhirnya dia setuju masuk arena. Lempar dadu, mencoba peruntungan, berjudi melawan the two giants.
Makelar senang. Proyek nih. Komunikasi dibuka. Lobby-lobby ke petinggi Gerindra dijalankan. Nama La Nyalla tidak pernah diusulkan PAC, DPC dan DPD Gerindra Jawa Timur.
Katanya, dana taktis 5 miliar sudah ngalir. Timses La Nyalla mulai kerja di medsos dan temui banyak tokoh.
Akhirnya, nama La Nyalla sampai ke Hambalang. Tanggal 9 Desember, dia diundang hadir di deklarasi Mayjen Sudrajat. Saat itu, La Nyalla diberi surat tugas. Isinya: cari mintra koalisi dan siapkan perlengkapan pemenangan.
La Nyalla ditanya soal kesanggupan suplai biaya logistik saksi. Besarannya 40 miliar. Dijawab: sanggup.
Tanggal 20 Desember 2017, surat tugas dikembalikan. La Nyalla gagal dapet dukungan dari partai koalisi. PAN dan Demokrat ngga mau usung La Nyalla.
DPP Gerindra rilis nama Moreno Suprapto. Timses La Nyalla ngamuk. Down grading dan caci-maki terhadap Moreno digelar. Berbagai meim dibikin seorang Cina Medan. Dia disebut-sebut sebagai Bandar Meme. Foto-foto La Nyalla dengan sejumlah figur ditebar. Sebagai klaim bukti endorsement. Padahal, dalam mekanisme pilkada, dukungan resmi ya harus dari partai politik.
Tanggal 10 Januari 2018, Gerindra dan PKS resmi merapat ke blok Gus Ipul. Sedangkan PAN ke Khofifah.
Faisal Assegaf mulai masuk ring 1 La Nyalla. Lalu digelar konferensi pers. Selain Faisal Asegaf, ada Ustad Aminuddin dan Ustad Al Khathath mendampingi La Nyalla.
Down grading terhadap Gerindra dan Prabowo Subianto dimulai. Cebong-cebong jingkrak girang.
Dana saksi 40 miliar dipelintir jadi mahar. Padahal ngga ada realisasinya. Baru bayangan. Musuh-musuh Partai Gerindra dan _Prabowo's haters_ bersorak-sorai. Nasdem bikin karikatur soal mahar politik.
Ada dua opsi respon soal serangan timses La Nyalla. Pertama, dibiarkan. Alasannya menolak menari dengan irama yang mereka tabuh.
Bila opsi pertama dipilih, Timses La Nyalla dan Faisal Asegaf plus cebong bakal pesta pora menjatuhkan Gerindra dan Prabowo Subianto.
Opsi kedua: *Gulung dan Gebuk.*
Semua kader, simpatisan dan loyalist 08 bukan tandingan Timses La Nyalla, para petualang dan makelar. Begitu semua turun, gelombang ini menggilas petualangan mereka.
Saya cuma mau bilang, siapa yang terima bila Pa Prabowo disebut tukang palak.
*THE END*
No comments:
Post a Comment