Tuesday, 17 April 2012
VICTOR BOUT, MOSSAD DAN BOM BALI
Sudah sejak awal terjadinya bom Bali tahun 2002, saya curiga bahwa zionisme berada di belakang ini semua. Perlu diingat kembali bahwa paska serangan WTC 11 September 2001 di Indonesia tiba-tiba saja muncul perdebatan tentang keberadaan sel-sel terorisme di Indonesia. Kala itu wapres Hamzah Haz dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada terorisme di Indonesia, dan sampai saat itu keberadaan terorisme di Indonesia hanya masih sebatas "wacana" dan "kekhawatiran tak berdasar".
Namun keadaan berubah 180 derajat setelah terjadinya serangan bom Bali tahun 2002. "Wacana" itu langsung saja menjadi sebuah "fakta" dan tiba-tiba saja industri terorisme berkembang pesat di Indonesia dengan munculnya para pelaku dan jaringan-jaringan terorisme (bentukan Mossad-CIA yang dipasok dari luar negeri), pakar dan pengamat terorisme, Densus-88 dan lembaga-lembaga terkait terorisme. Semuanya difasilitasi oleh media massa dan pemerintah. Pemerintah yang pada awal tahun 2002 mengaku tidak ada terorisme di Indonesia, kini memiliki lembaga anti-terorisme setingkat departemen yang menghabiskan triliunan rupiah dana APBN setiap tahun. Energi bangsa dan negara tiba-tiba saja habis untuk mengurusi "wacana" dan "kekhawatiran tak berdasar".
Dan kecurigaan saya tentang keterlibatan Mossad dalam peristiwa Bom Bali terkonfirmasi oleh artikel Gordon Duff berjudul "Victor Bout Must Be Silenced!" yang dimuat di situs "Veterans Today" dan di-forward oleh situs "thetruthseeker.co.uk" tgl 13 April 2012.
"Kami memiliki konfirmasi langsung mengenai kasus Bout yang menjual rudal kepada Amerika tahun 2001 dan upayanya merekrut warga Rusia lainnya untuk membantu Israel mengeksekusi Bom Bali," tulis Gordon Duff dalam "Veterans Today".
Menurut Gordon, Victor "Lord of War" Bout, warga Rusia yang dijatuhi hukuman 25 tahun penjara oleh pengadilan Amerika karena tuduhan berupaya menjual rudal kepada 2 agen FBI, hanyalah seorang operator perdagangan senjata ilegal bentukan Mossad dan CIA. Ia sengaja dibungkam untuk mencegahnya membongkar kedok keterlibatan Mossad dan CIA dalam serangan WTC tahun 2001.
"Dengan bisnis senjata illegal global yang luar biasa besar, bahkan dengan keterlibatan pemerintah negara-negara barat yang membantu kelompok-kelompok dan regim "jahat", peranan Bout sangat kecil sehingga perhatian besar yang diberikan kepada kejahatannya membuat kami curiga," tulis Gordon.
Gordon menyebutkan beberapa contoh keterlibatan inteligen negara-negara besar dalam perdagangan senjata yang membuat Bout nampak hanya sebagai "operator kecil" atau ikan teri sebagaimana Gayus Tambunan dibanding atasan-atasannya dalam kasus penggelapan pajak di Indonesia. Salah satu contoh yang dikemukakannya adalah pengiriman ribuan senjata kepada geng-geng narkoba Mexico oleh badan anti-narkoba dan inteligen Amerika dengan alasan untuk menjebak dan melacak keberadaan geng-geng tersebut.
Kejahatan Bout sangat sederhana, ia menyuplai rudal yang digunakan oleh Mossad untuk menghancurkan gedung Pentagon dalam peristiwa Serangan WTC 2001. Adapun kantor Bout di Bangkok dimana ia ditangkap tidak lain adalah kantor operasional Mossad-CIA yang digunakan untuk mengatur serangan teror gedung Federal Oklahoma City tahun 1993 dan Bom Bali tahun 2002.
Perlu disampaikan lagi di sini bahwa di samping tidak adanya bukti-bukti kuat adanya pesawat jet yang menabrak gedung Pentagon dalam serangan tahun 2001, rekaman CCTV serta rekaman gambar satelit yang dibuat oleh komando pertahanan udara Amerika Utara (NORAD) yang sempat bocor ke publik menunjukkan adanya rudal jelajah, yang ukurannya jauh lebih kecil dari pesawat, yang telah menghancurkan gedung Pentagon.
Tuduhan kepalsuan kasus yang menimpa Bout juga disampaikan secara resmi oleh pemerintah Rusia, negara asal Bout. Kemenlu Rusia menuduh tuduhan terhadap Bout "tidak berdasar dan bias". Mereka juga menuduh tindakan aparat keamanan Amerika menangkap Bout di Thailand sebagai tindakan ilegal dengan tujuan politik. Menlu Rusia Sergei Lavrov lebih jauh menuduh Amerika menggunakan kekerasan fisik dan psikologis untuk mendapatkan pengakuan palsu Bout serta menggunakan pengaruh media massa untuk mempengaruhi keputusan juri.
Tuduhan Rusia ini tidak lain karena Rusia telah mengetahui bahwa pemerintah Amerika dan Israel lah yang bertanggungjawab atas Serangan WTC 2001. Bout hanya menyuplai rudal kepada intel-intel Amerika dan Israel sebagaimana biasanya, namun tidak sebagai pelaku apalagi sebagai perencana serangan.
Gordon Duff mengaku telah mendapat konfirmasi langsung bahwa Bout memang menjual rudal jelajah buatan Rusia ke Amerika tahun 2001 dan berusaha merekrut seorang warga Rusia lainnya untuk membantu proyek Bom Bali 2002.
Lebih jauh Gordon Duff juga menyatakan bahwa koresponden "Veterans Today" serta anggota Direktorat Soviet 12 Nuclear, Dimitri Khalezov, telah bertemu dengan pejabat Mossad Mike Hariri (namanya juga disebut dalam buku "By Way of Deception" karya Victor Ostrovsky) di Bangkok dalam sebuah "perayaan menyambut keberhasilan Serangan WTC 2001" yang diadakan tgl 12 September 2001 atau sehari setelah serangan.
Selain itu Bout sendiri juga mengaku menjual rudal "Granit" buatan Rusia kepada inteligen Amerika yang selanjutnya digunakan untuk menghancurkan Pentagon. Pernyataan yang terkonfirmasi oleh rekaman CCTV dan gambar satelit NORAD yang menunjukkan sebuah rudal yang menghantam Pentagon tahun 2001.
Ref:
"Victor Bout Must Be Silenced!"; Gordon Duff; Veterans Today; 6 April 2012
Catatan:
Setelah terorisme, kini muncul isu baru yang menghabiskan energi bangsa Indonesia, yaitu geng bermotor. Lagi-lagi keterlibatan inteligen pemerintah sangat kuat dalam isu terakhir ini karena memberantas gerombolan ABG ini sebenarnya semudah membalik telapak tangan, namun sengaja dipelihara untuk kepentingan tertentu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment