Monday, 23 April 2012
SAAT SAYA LEMAH, SAYA KUAT
“Apa yang tidak bisa menghancurkan saya, membuat saya kuat.” (Friedrich Nietzsche)
Sebagaimana manusia biasa, seringkali saya berputus asa melihat ketidak adilan di dunia ini hingga sampai pada batas "berprasangka buruk" kepada kekuasaan Allah. Saya sudah melihat bagaimana orang-orang "yahudi penyembah setan", keturunan orang-orang yang telah mengabaikan perintah-perintah Tuhan dan membunuhi para utusan-Nya, kini menguasai dunia. Menebarkan kerusakan di mana-mana, namun mereka justru mendapatkan kekuasaan, kekuatan dan kekayaan yang tidak pernah dimiliki oleh umat manusia sepanjang sejarah.
Saya bukannya tidak percaya dengan perintah Allah dalam Qur'an untuk "tidak berputus asa pada rahmat Allah". Mungkin karena saya sudah terlalu sering membacanya hingga mengabaikannya. Namun sebuah tulisan kembali menguatkan harapan saya dengan caranya sendiri.
"When I am weak, I am strong." Demikian kutipan perkataan St. Paul yang menjadi dasar tulisan berdujul "Who is the Real Enemy?" oleh E. Michael Jones yang diposting dalam blog milik DR. Lasha Darkmoon, tokoh "revisionis" dan "pencari kebenaran" yang cukup terkenal di dunia maya.
Yang menggugah dalam tulisan tersebut adalah kesimpulannya bahwa peperangan menusia melawan kejahatan "yahudi penyembah setan" telah sampai pada titik di mana "yahudi penyembah setan" berada pada titik terkuat dan manusia berada di titik terlemah. Namun inilah titik kritis yang akan membalikkan keadaan. Karena justru di titik terlemah ini manusia mendapatkan kekuatan dan "yahudi penyembah setan" mulai mengalami kehancurannya.
Namun yang lebih menarik lagi adalah tulisan tersebut juga terinspirasi pada perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel, sebuah contoh paling riel pertempuran manusia melawan "yahudi penyembah setan". Rakyat Palestina masih bertahan dan tidak hancur meski penindasan yang mereka alami telah sampai pada tahap yang tidak tertahankan. Lihatlah gambar ibu dan anaknya di atas. Mereka hidup di tengah-tengah tembok penghalang raksasa di negeri mereka yang diduduki Israel. Untuk keluar mencari sumber kehidupan mereka harus mendapatkan ijin pasukan Israel di pos-pos penjaga. Setiap hari para pemukim yahudi mengganggu dan menganiaya mereka. Sesekali para pemukim yahudi itu mencuri dan merampoki mereka dan tentara Israel menembaki dan menghancurkan rumah-rumah mereka. Mereka tanpa penolong. Bahkan negara-negara Arab saudara mereka sendiri mengkhianati mereka. Orang-orang Mesir turut memblokade mereka. Yang menyakitkan lagi para ulama Salafi dari negeri Saudi justru meminta mereka menyerahkan tanah air dan harta benda mereka dan memilih menjadi pengungsi. Membayangkan cara hidup mereka saja bisa membuat orang gila.
Namun mereka bertahan dan tidak hancur. Dan sebagaimana kata Nietzsche, apa yang tidak bisa menghancurkan mereka justru membuat mereka kuat. Atau sebagaimana kata St. Paul, "Saat saya lemah, saya kuat." Jika dibalik, "Saat saya kuat, saya lemah."
Yang terakhir ini ada pada "orang-orang yahudi penyembah setan". Dan tanda-tandanya sangat jelas yang mana hal itu selalu diingatkan oleh para pemimpin Hizbollah dan Iran, yaitu bahwa tidak ada lagi masa depan Israel kecuali kehancuran.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment