Sunday, 27 March 2016

Jangan Mempersulit, Agama itu Mudah

Indonesian Free Press -- "Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)" (QS Thoha)

“Sesungguhnya agama Islam itu mudah.” (HR. Bukhari).

Seperti tertulis dalam Surat Al Baqarah, setelah Nabi Musa menghukum orang-orang yahudi yang mengkhianati ajaran tauhid dengan menyembah boneka sapi emas, Tuhan memerintahkan orang-orang yahudi itu untuk menyembelih seekor sapi betina.

Perintah itu adalah perintah yang jelas dan tegas serta mudah untuk dipahami maupun dilaksanakan. Namun bukan orang yahudi kalau tidak jahil, dengan mempermasalahkan perintah yang sebenarnya sederhana itu. Jika saja saat itu juga mereka menunaikan perintah tersebut, Tuhan tentu akan memberikan mereka pahala yang sangat besar. Mungkin saja Tuhan akan mengusir orang-orang Filistin dengan berbagai cara, sehingga orang-orang yahudi itu bisa dengan mudah mendapatkan 'negeri impian' yang dijanjikan Tuhan, setelah mereka terusir dari Mesir dan terlunta-lunta di padang pasir tandus.

Namun bukan orang yahudi kalau tidak jahil, suka membantah dan berdebat, dan menyepelekan perintah-perintah Tuhan. Maka, dengan kejahilannya itu mereka meminta Musa untuk menghadap Tuhan dan menanyakan 'hakikat' apa sapi betina yang dimaksud oleh Tuhan.

Maka Musa pun bermunajat kepada Tuhan dan menyampaikan apa yang diinginkan orang-orang yahudi. Setelah Tuhan memberikan petunjuk, Nabi Musa pun menemui orang-orang yahudi dan menyampaikan apa yang dikatan Tuhan. Namun kejahilan orang-orang yahudi belum hilang dan kembali meminta Musa untuk kembali menghadap Tuhan untuk mendapatkan petunjuk yang lebih terinci.

Berulang-ulang Nabi Musa menghadap Tuhan sehingga kemudian perintah Tuhan yang sederhana itu menjadi sangat kompleks. Orang-orang yahudi itu harus menyembelih seekor sapi betina yang memiliki ciri-ciri yang sangat sulit dipenuhi. Barulah mereka menyadari kajahilan mereka, setelah mereka kesulitan setengah mati untuk menemukan sapi betina yang sesuai ciri-ciri yang dikehendaki Tuhan.

Hanya setelah Nabi Musa memohonkan ampunan bagi kaumnya, maka Tuhan mengijinkan orang-orang yahudi itu untuk menemukan sapi betina yang dimaksud dan menunaikan perintah Tuhan. Namun, karena kejahilan-kejahilan itulah maka orang-orang yahudi itu gagal mendapatkan negeri yang dijanjikan Tuhan dan harus mengelandang berpuluh-puluh tahun setelah ditinggalkan Nabi Musa.

Seperti kutipan ayat al Qur'an dan hadits di atas, agama adalah sesuatu yang mudah dan sama sekali tidak diturunkan untuk menyusahkan manusia. Karenanya, perintah-perintah agama secara umum memiliki prinsip 'mudah difahami dan dilaksanakan'. Tuhan tidak menurunkan perintah yang membuat orang 'berkerut dahi' selama manusia tidak bersikap jahil seperti orang-orang yahudi di atas.

Bisa dibayangkan jika ketentuan-ketentuan agama bersifat 'rumit' dan 'sulit', manusia tentu akan meninggalkannya. Yang mudah saja banyak ditinggalkan, apalagi yang susah. Itulah prinsip universal agama yang baik.

Namun tentu saja ada sebagian ketentuan-ketentuan agama yang tidak mudah difahami dan memaksa orang untuk 'belajar'. Meski demikian, hal itu hanya kekecualian yang jumlahnya relatif kecil. Misalnya saja, ketetapan tentang makanan-makanan yang diharamkan sudah sangat jelas disebutkan di dalam Al Qur'an seperti babi, darah, bangkai, dan binatang yang dibunuh tidak atas nama Tuhan. Hanya satu jenis yang menimbulkan perdebatan, yaitu binatang yang hidup di dua alam. Apakah ini termasuk kodok, lobster, atau mamalia yang hidup di air seperti lumba-lumba dan ikan paus. Inilah yang menjadi 'domain' para ulama yang memiliki 'akses' ke 'sumber segala pengetahuan'.

Penjelasan ulama, atau para Imam dalam keyakinan Shiah, juga diperlukan untuk menerangkan 'teknis' dari perintah-perintah dalam Al Qur'an yang tidak disebutkan secara detil. Adapun perintah-perintah itu sendiri sudah sangat jelas dan tidak boleh dipertanyakan lagi hukumnya. Misalnya saja perintah tentang sholat, puasa, zakat, dan haji.

Sikap manusia terhadap ketentuan-ketentuan Tuhan adalah ta'at dan patuh tanpa syarat. Tidak usah lagi mempermasalahkan apakah darah sapi yang dibekukan kemudian diolah menjadi berbagai bentuk makanan di berbagai daerah itu haram atau tidak? Apakah selai darah manusia yang dioleskan ke roti pada peringatan hari raya Purim di kalangan orang-orang yahudi itu haram atau tidak? Karena darah adalah haram.

Demikian juga dengan larangan Allah untuk tidak mengangkat non-muslim menjadi pemimpin, seperti tertulis dalam Al Qur'an Surat Al Maidah 51:

Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

Perintah tersebut sudah sangat jelas redaksinya dan hanya orang-orang tidak berakal yang tidak mengetahui maksudnya. Namun, seperti orang-orang yahudi dalam Surat Al Baqarah, ada sebagian orang-orang yang mengaku beragama Islam, bahkan yang dikenal telah memiliki pengetahuan yang cukup baik, berani menafsirkan arti dari ayat tersebut demi menyesuaikannya dengan hawa nafsunya sendiri, sehingga menyimpang dari arti yang sebenarnya. Dengan penafsiran sendiri itu, perintah yang sudah sangat jelas itu menjadi berubah, yaitu: 'boleh memilih orang-orang non-Muslim sebagai pemimpin'.

Saya katakan mereka menafsirkan sesuai hawa nafsu sendiri, karena mereka memiliki misi untuk menggoalkan 'Ahok', seorang non-Muslim, untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Selama 14 abad berdirinya Islam, baru kali inilah (setidaknya menurut pengetahuan blogger), tafsir seperti itu muncul. Tidak ada seorang ulama pun yang berfikir untuk membolehkan kaum Muslim di negeri yang mayoritas Muslim, untuk mengangkat seorang non-Muslim menjadi pemimpin.

Kepada orang-orang itu, saya hanya ingin mengingatkan untuk tidak berani mempermainkan perintah Allah, seperti orang-orang yahudi dalam Surat Al Baqarah. Karena tidak ada lagi Nabi Musa A.S atau Nabi Muhammad S.A.W yang memohonkan pengampunan untuk Anda.(ca)

5 comments:

aji widagdo said...

Saya koreksi tulisan anda, ada link bagus sekali di kompasiana yang menerangkan secara jelas tentang QS Al-Maidah : 51, saya berharap kita hati hati memakai ayat. Kalau salah, bukannya malah fitnah jadinya? bukan artinya pemimpin tetapi orang orang memakai ayat yang salah terjemahan ini sebagai senjata menyakiti sesama anak bangsa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/reo/ahok-dan-surah-al-maidah-51_5516fff8813311ab64bc6358, silahkan pengikut setia blog ini membuka link tersebut

Blog anda dibaca luas, namun anda tidak bijaksana dalam tulisan kali ini, masyarakat bangsa Indonesia sedang butuh hal hal yang MUDAH MUDAH saja, demi terjaganya persatuan berbangsa bernegara NKRI, api fitnah sedang mengarah ke masyarakat bangsa Indonesia, ada hal hal yg lebih baik dan lebih penting untuk di jadikan tulisan, misalnya ada agenda besar proxy membenturkan komunitas syiah dan sunni di Indonesia saat ini, bingkai NKRI yang paling penting saat ini, kita lahir besar dan tumbuh di bumi Indonesia, tanah tumpah darah kita, salam anak bangsa dan MERDEKA, jayalah Indonesia

Anonymous said...

terlepas dari beda penafsiran ayat 51 surah al-maidah..kiranya perlu juga kita meneliti lbh lanjut pemimpin yg akan kita pilih, jangan hanya termakan oleh berita2 di media2 mainstream yg kebanyakan tidak objektif dan cenderung sangat memihak habis2an kepada salahsatu calon dan sebaliknya, membuly habis2an lawannya tanpa ampun..sudah banyak contoh, seperti pilpres jokowi vs prabowo yg berita2nya di media2 mainstream membuat kita sangat muak dgn berita2 penyanjungan habis2an terhadap jokowi dan membuly habis2an prabowo..sementara cacat2 jokowi disembunyikan rapat2 oleh media2 tsb..media2 mainstream ini bekerjasama dgn LSM (khususnya LSM yg selama ini kita kenal sebagai LSM anti korupsi) dan pengamat untuk menyanjung2 jokowi setinggi langit sekaligus menjadi pembela jokowi untuk kasus2 yg diduga melibatkan jokowi..untuk pilkada dki nanti, kita juga harus meneliti mengenai ahok, perlu kita teliti lbh lanjut mengenai keterlibatannya dlm kasuk Sumber Waras, jangan cuma percaya KPK atau media2 mainstream atau pengamat atau LSM2 anti korupsi

cahyono adi said...

Aji Widagdo. Terima kasih atas komentarnya.
Tulisan ini justru untuk mencegah 'hawa nafsu' sekelompok orang membakar seluruh negeri ini. Seperti Anda bilang, ada skenario proxy war, tapi bukan Sunni-Shiah. Orang Shiah terllau sedikit untuk dibentur-benturkan. Lebih tepatnya orang-orang Shiah itu hendak 'dikorbankan', seperti pengorbanan berdarah yang dilakukan para zionis. Bila terjadi pertumpahan darah dengan korbannya orang-orang Syiah, bukan Iran yang akan datang menyelamatkan mereka, tapi orang-orang Amerika, dengan dalih 'kemanusiaan'. Tapi pada dasarnya mereka hendak menguasai Indonesia, bukan menyelamatkan orang-orang Shiah. Orang-orang Shiah saja yang ke-geeran merasa mau dibentur-benturkan.

Seharusnya ini disadari teman-teman Shiah sehingga bertindak sesuai pesan Imam Ali: saat terjadi kekacauana, bersikaplah 'low profile' seperti unta betina muda yang terlalu kecil untuk ditunggangi maupun diperah susunya. Namun sebaliknya, sejak pilpres 2014 kemarin teman-teman Shiah justru bersikap provokatif, dengan mengusung-usung ke-Shiah-an mereka untuk mendukung salah satu capres. Dan itu semakin provokatif setelah mereka mendukung Ahok menjelang pilkada DKI.

Kasamago said...

Yap, intinya adalah menjalankan Perintah Tuhan dan Menjauhi Larangan Tuhan.
Tetap waspada, kritis dan bertaqwa. Lindungi Tanah Air dari berbagai upaya licik utk memecah belah..


Jayalah NKRI !!

Zamhari said...

Subhanallah, Allah memang tidak pernah membebani hambanya. Thanks artikelnya :)