Tuesday, 5 April 2016

STL, Konspirasi Lain Zionis Terhadap Hizbollah yang Gagal

Indonesian Free Press -- The Special Tribunal for Lebanon (STL), atau disebut juga sebagai 'Pengadilan Hariri', adalah pengadilan internasional khusus yang dibentuk untuk menangani kasus pembunuhan Rafik Hariri, mantan perdana menteri Lebanon yang tewas bersama 22 orang lain oleh serangan bom pada tanggal 14 Februari 2005.

Meski disebut sebagai 'Pengadilan Hariri', pengadilan ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai 'Pengadilan Hizbollah' karena motif politik di baliknya untuk menghancurkan kelompok perlawanan anti-Israel tersebut.

Untuk mengetahui hakikat pengadilan ini sebagai alat kepanjangan zionis internasional kita harus melihat latar belakang pembentukannya. Sebelum insiden bom yang menewaskan Hariri, Lebanon adalah sekutu sangat dekat dengan Suriah. Tidak hanya kedekatan politik sebagai sesama negara Arab yang terancam oleh keberadaan Israel, kedua negara memiliki hubungan kultural dan sosial yang erat. Saking dekatnya, ada partai politik cukup kuat di Lebanon yang menggunakan nama Suriah: Syrian Social Nationalist Party.

Secara politik, mayoritas kekuatan politik di Lebanon adalah sekutu Suriah. Pada saat itu pejabat Presiden, Ketua Parlemen, panglima angkatan bersenjata, kepala kepolisian, dan sebagian besar menteri adalah sekutu Suriah. Ditambah keberadaan Hizbollah sebagai sekutu militer Suriah melawan Israel, maka persekutuan Lebanon dan Suriah seakan menjadi 'batu karang' di hadapan zionis internasional.

Namun, untungnya bagi zionis, mereka juga memiliki sekutu di Lebanon, melalui kelompok-kelompok politik yang dekat dengan Saudi Arabia, Amerika dan Perancis sebagai negara bekas penjajah Lebanon yang secara kultural dan politik sangat berpengaruh di Lebanon, terutama di kalangan elit negara itu dan di kalangan orang-orang Kristen. Latar belakang inilah yang melahirkan STL.

STL secara resmi dibuka pada 1 Maret 2009 dengan kantor pusatnya berada di Leidschendam, Den Haag, Belanda, dengan kantor lapangan berada di Beirut ibukota Lebanon.

"Pengadilan ini unik dibandingkan pengadilan-pengadilan internasional lainnya karena memungkinkan dilakukannya sidang 'in absentia'. Lebih jauh pengadilan ini adalah yang pertama kali ditujukan untuk satu kasus kejahatan terorisme tertentu (pembunuhan Hariri)," tulis Wikipedia tentang pengadilan ini.

Tidak hanya itu, motif politik dalam pengadilan ini tampak jelas, karena belum pernah dalam sejarah dunia pembunuhan seseorang ditangani oleh pengadilan internasional. Terlebih lagi 'seseorang' itu hanyalah seorang mantan pejabat negara kecil berpenduduk kurang dari 5 juta orang sepeti Lebanon. Tidak ada pengadilan internasional untuk pembunuhan Presiden Amerika John F Kennedy, Perdana Menteri India Indhira Gandhi, maupun mantan perdana menteri Pakistan Benazhir Bhutto. Padahal mereka adalah pejabat-pejabat aktif dan mantan pejabat negara-negara besar.

Meski pengadilan internasional, dengan jaksa-jaksa dan penyidik serta hakimnya diangkat oleh Sekjen PBB, pembiayaan lembaga ini dibebankan kepada pemerintah Lebanon, dengan biaya operasional mencapai 600 miliar per-tahun, sangat memberatkan bagi negara kecil seperti Lebanon.

Pengadilan ini telah kehilangan kredibilitasnya sejak awal, karena mempekerjakan penyidik-penyidik yang terlibat dalam 'penyidikan palsu' terhadap 4 pejabat Lebanon pro-Suriah, dan bahkan masih menggunakan penyidikan palsu tersebut sebagai dasar penyidikan yang dilakukan STL. Kredibilitasnya semakin jatuh setelah parlemen Lebanon menolak keberadaan pengadilan ini dan setelah pemerintahan Saad Hariri tumbang akibat boikot Hizbollah dan partai-partai pendukung setelah Saad Hariri (putra kandung Rafiq Hariri) menolak membahas masalah kesaksian palsu yang melibatkan dirinya, dalam sidang kabinet.

Pembunuhan Rafiq Hariri menjadi 'berkah' besar zionis internasional, karena dengan adanya peristiwa ini pengaruh Suriah di Lebanon bisa dihancurkan sehingga memberi jalan bagi Israel untuk menyerang Lebanon setelah penarikan pasukan Suriah di Lebanon tahun 2006. Beruntung, Hizbollah kembali berhasil mengusir Israel sebagaimana tahun 2000.

Selanjutnya, setelah penarikan pasukan Suriah dari Lebanon, kekalahan Israel dalam perang melawan Hizbollah tahun 2006, dan kegagalan melumpuhkan Hizbollah dengan merampas jaringan telekomunikasi Hizbollah dengan menggunakan tangan pemerintahan Perdana Menteri Fuad Siniora tahun 2008, Hizbollah pun menjadi sasaran berikutnya plot zionis internasional untuk menghancurkan 'poros perlawanan' yang dibangun Hizbollah bersama Suriah, Iran dan Palestina. Dan STL diharapkan menjadi alat pemukul yang efektif untuk menghancurkan Hizbollah.

Rencananya adalah STL akan menetapkan Hizbollah sebagai pelaku pembunuhan Rafiq Hariri dan meminta pemerintah Lebanon untuk menangkap para pemimpin Hizbollah dengan bantuan pasukan keamanan PBB, dilanjutkan dengan pengumumkan pembubaran Hizbollah oleh pemerintah Lebanon.

Para konspirator zionis sangat percaya diri bahwa rencana itu akan berhasil menghancurkan Hizbollah, meski harus dibayar dengan perang sipil di Lebanon. Seorang diplomat Amerika, dalam satu e-mailnya yang bocor ke publik mengatakan, "Tidak peduli, meski STL hanya menetapkan seorang sopir Hizbollah sebagai pelaku, kami akan menghancurkan Hizbollah."(ca)


(Bersambung)

1 comment:

Kasamago said...

Slm ad perlawanan thd israel slm itu pula libanon akn trus d usik. Smg rakyat lebanon waspada & menyiapkan penawarnya..