Indonesian Free Press -- Sebelum STL dibentuk, pembunuhan Rafiq Hariri ditangani oleh pengadilan sejenis, yaitu United Nations International Investigation Commission (UNIIIC). Namun kewenangan UNIIIC terbatas pada pengumpulan bukti-bukti dan membantu otoritas penegak hukum Lebanon dalam melakukan penyelidikan.
Sesuai dengan agenda politik zionis internasional dan dengan melalui penyelidikan sesat yang melibatkan saksi-saksi palsu, UNIIIC menyasar kepada Suriah dan para pejabat Lebanon sekutu Suriah. Hasilnya empat pejabat keamanan Lebanon ditangkap karena tuduhan keterlibatan pembunuhan Hariri.
Penyidikan UNIIIC, bersama-sama dengan kampanye anti Suriah yang dilakukan media massa dan pejabat-pejabat barat dan PBB, dan ditambah aksi-aksi massa anti-Suriah di Lebanon yang dilakukan kelompok-kelompok politik pro-Saudi Arabia/Amerika, berhasil memaksa Suriah untuk menarik seluruh pasukannya di Lebanon, yang berada di Lebanon sejak tahun 1980-an atas mandat Liga Arab untuk menjaga ketertiban dan integritas Lebanon setelah invasi Israel tahun 1982.
Penarikan pasukan Suriah membuka pintu bagi Israel untuk menyerang Lebanon tahun 2006 dengan tujuan menghancurkan infrastruktur Hizbollah. Gagal dengan serangan Israel, konspirasi zionis internasional kemudian memaksa pemerintahan Fuad Siniora yang pro-Saudi/Amerika untuk memprovokasi Hizbollah dengan menyita jaringan telekomunikasi milik Hizbollah, yang sangat vital untuk menghadapi Israel.
Namun skenario ini pun gagal setelah milisi-milisi pro Siniora menyerah dalam pertempuran kota melawan Hizbollah pada tahun 2008. Maka, konspirasi berikutnya untuk menghancurkan Hizbollah adalah dengan menggunakan STL.
Karena rencana pertama menyingkirkan Suriah dari Lebanon telah berhasil, Hizbollah kemudian menjadi sasaran penyidikan STL. Ini terbukti dengan beredarnya bocoran penyidikan STL yang sejak awal, yang menyebutkan Hizbollah lah yang bertanggungjawab atas pembunuhan Rafiq Hariri. Sementara, empat pejabat keamanan pro-Suriah yang tidak terbukti terlibat, dibebaskan, setelah diketahui bahwa mereka dituduh berdasarkan kesaksian palsu oleh saksi-saksi yang kemudian menghilang dari Lebanon.
Sebagian dari penyidik yang terlibat dalam penyidikan sesat UNIIC tetap dipertahankan di STL. Demikian juga dengan sebagian materi penyidikan UNIIC yang mengarah pada Hizbollah, tetap digunakan.
Selain kontroversi penyidikan sesat, STL juga dilanda masalah dengan banyaknya pejabatnya yang mengundurkan diri, karena tidak nyaman dengan penyidikan STL yang tidak 'fair'. Dua pucuk pimpinan STL pertama, Robin Vincent dan David Tolbert, mengundurkan diri tidak lama setelah ditunjuk oleh Sekjen PBB Ban Ki Moon. Demikian juga dengan kepala penyidik Naguib Kaldas. Antonio Cassese juga mengundurkan diri sebagai pimpinan STL tahun 2011.
Kecurigaan bahwa STL telah menjadi alat politik kelompok kepentingan internasional untuk menjalankan agendanya di Lebanon, untuk menghancurkan kelompok tertentu di Lebanon, mau tidak mau telah memicu ketegangan politik yang sangat serius di Lebanon. Hal itu tentu saja juga membuat khawatir negara-negara di kawasan yang akan berkepentingan dengan Lebanon, seperti Suriah, Saudi, Iran, Yordania.
Tuduhan Keterlibatan Suriah
Beberapa hari setelah serangan yang menewaskan Rafiq Hariri, Suriah menyebut warga Palestina bernama Ahmed Abu Addas, sebagai pelaku serangan. Sementara Jendral Michel Aoun, pemimpin Kristen Maronit yang pro-Hizbollah menyebut kelompok Palestina Fatah Al Islam, sebagai pelaku serangan.
Namun seperti telah disebutkan, tuduhan awalnya mengarah ke Suriah, sehingga empat perwira tinggi Lebanon yang diketahui menjadi sekutu Suriah, ditahan, meski dengan bukti-bukti yang lemah berdasarkan kesaksian palsu. Mereka adalah Mustafa Hamdan - kepala pasukan pengawal presiden, Jamil al Sayyed - Direktur Jendral Security General; Ali al Hajj - Direktur Jendral Internal Security Forces (polisi khusus), dan Raymond Azar - kepala inteligen militer.
Langkah pertama STL adalah membebaskan ke-empat perwira tinggi yang ditahan selama empat tahun tanpa proses pengadilan. Lebih tepatnya, mereka dibebaskan setelah tujuan pertama konspirasi internasional, yaitu menyingkirkan Suriah dari Lebanon, telah berhasil.
Tentang hal ini, Perdana Menteri Saad Hariri, yang juga putra mendiang Rafiq Hariri, membuat pernyataan yang sangat tepat. "Ini (tuduhan terhadap Suriah) adalah tuduhan yang bersifat politis, dan kini tuduhan itu telah berakhir."
Kemudian, seiring penyidikan STL yang sengaja diarahkan untuk mendiskreditkan Hizbollah, isyu 'saksi palsu' pun dihembuskan Hizbollah dan sekutu-sekutunya untuk mengimbangi tekanan kepada Hizbollah. Masalahnya adalah kasus kasaksian palsu ini, yang menjadi dasar penahanan empat perwira tinggi Lebanon, dan kemudian digunakan untuk menetapkan kesalahan Hizbollah, justru melibatkan Perdana Menteri Sa'ad Hariri yang dikenal sangat anti-Hizbollah.
Dalam kasus ini, dua orang saksi, Mohammad Zuheir Siddiq dan Husam Taher Husam, yang mengklaim sebagai mantan perwira inteligen Suriah yang memberikan kesaksian palsu atas bujukan Sa'ad Hariri, menghilang secara misterius. Kemudian pejabat penuntut STL, dengan santai mengatakan, "Mereka tidak lagi tertarik dengan pengadilan ini."
Mohammed Zaheer Al Sadiq yang selain menuduh Suriah, juga menuduh Hizbollah 'terlibat secara logistik', kemudian diketahui berada di Uni Emirat Arab, sebelum dideportasi ke Perancis.
Atas kesaksian palsu ini Hizbollah menuntut agar masalah ini diselesaikan secara politik dan hukum. Sekutu Hizbollah, Jendral Michael Aoun, bahkan telah mengajukan tuntutan agar masalah ini diselesaikan secara hukum, sembari menuduh pemerintahan Saad Hariri dan pengadilan Lebanon berusaha menutupi masalah ini.(ca)
(bersambung)
No comments:
Post a Comment