Thursday, 28 April 2016

STL, Konspirasi Lain Zionis Terhadap Hizbollah yang Gagal (4)

Indonesian Free Press -- Pernyataan keras Al Sayyed dan dukungan Hizbollah terhadapnya mendorong perselisihan semakin keras. Perang kata-kata pun dilancarkan kedua blok politik yang bermusuhan di Lebanon.

Anggota parlemen dari Al Mustaqbal Mohamad Kabbara bersuara keras, "Siapapun yang mengancam pemimpin Sunni sekaligus perdana menteri (Saad Hariri) dengan tangan sendiri atau tidak, orang-orang Sunni akan memberinya pelajaran tentang sopan santun. Musuh-musuh kebenaran dan keadilan, yaitu Hezbollah dan sekutu-sekutunya telah meruntuhkan negara Lebanon demi menghancurkan pengadilan internasional (STL). Siapapun musuh kebenaran dan keadilan adalah musuh kami."

Sebagai reaksi, ketua Faksi Kesetiaan dan Perlawanan sekutu Hizbollah, Mohamad Raad, membalas: "Kami merasa negara ini tengah memasuki fase baru kegilaan politik yang tidak kita ketahui akhirnya... jadi marilah kita sepakat pada satu standar yang sama, yaitu siapapun yang bersalah harus dihukum, namun tidak dibenarkan untuk menggunakan standar ganda." Ia merujuk pada kasus kesaksian palsu yang melibatkan perdana menteri Saad Hariri.

Di sisi lain, anggota parlemen dari Hizbollah, Ibrahim Moussawi, menuduh Al Mustaqbal tengah melakukan kudeta diam-diam, dengan melancarkan propaganda untuk memecah belah dan memicu ketegangan.

Pada saat bersamaan, putra al-Sayyed, Malek, menuduh PBB dan STL telah melakukan standar ganda dengan menolak Al Sayyed memperoleh dokumen-dokumen penyidikan yang dilakukan terhadapnya, agar ia mengetahui siapa yang bertanggungjawab atas penahanan illegal dirinya selama 4 tahun.

Perang kata-kata, saling hujat dan ancam antara tokoh-tokoh politik yang bertikai pun mewarnai keseharian Lebanon. Bahkan pemuka agama Kristen Maronit Nasrallah Sfeir, yang semestinya bersikap netral, menunjukkan keberpihakannya pada blok anti-Hizbollah, dengan tetap mendukung STL, meski terbukti pengadilan ini telah berjalan secara tidak fair. Meski demikian, masih ada juga tokoh-tokoh politik yang masih berfikir jernih dan berusaha meredam ketegangan.

Pemuka orang-orang Druze dan pemimpin Partai Sosialis Progressif Walid Jumblatt mengingatkan bahwa Lebanon tengah menuju ke arah kehancuran yang sistematik dan mendesak seluruh kelompok untuk menyatukan sikap terhadap STL.

"Tanpa itu, kita semua akan masuk ke dalam neraka," kata Jumblatt, yang kala itu secara resmi adalah anggota blok anti-Hizbollah.

Di sisi lain, pemimpin Kristen dan Ketua Partai Gerakan Patriot Merdeka (Free Patriotic Movement) sekutu Hizbollah, Michael Aoun, mendesak agar STL menghentikan kegiatannya sebelum masalah kesaksian palsu diselesaikan pemerintah.

Sementara itu, Hizbollah juga terlibat 'perang rahasia' dengan STL. Pada tanggal 28 Oktober 2010, satu tim penyidik STL yang dikawal polisi dan tentara Lebanon memasuki kawasan Dahieh, Beirut Selatan yang dikuasai Hizbollah. Mereka bermaksud menemui Dr. Iman Charara di kliniknya untuk mendapatkan data-data pasien-pasiennya yang umumnya adalah keluarga anggota atupun simpatisan Hizbollah. Data yang paling penting adalah nomor telepon.

Hizbollah tentu saja mengetahui rencana itu. Maka, ketika tim tersebut tiba, mereka hanya disambut oleh sekelompok ibu-ibu simpatisan Hizbollah. Sementara Dr. Imam Charara, diduga karena ancaman Hizbollah, tidak berada di tempat. Ia kemudian bahkan mengklaim bahwa dirinya telah membatalkan janji pertemuan dengan para penyidik STL sebelum mereka datang.

Yang terjadi dengan tim penyidik STL itu kemudian adalah sebuah pertunjukan yang 'lucu'. Mereka diserang oleh ibu-ibu tanpa senjata tersebut. Sementara polisi dan tentara yang mengawal hanya bisa kebingungan. Mereka tahu tengah berada di wilayah Hizbollah, milisi yang telah mengalahkan Israel. Sedangkan ibu-ibu itu tidak bersenjata. Mereka tidak beralasan untuk melakukan tindakan keras sehingga membiarkan para personil STL itu menjadi bulan-bulanan serangan ibu-ibu tersebut. Seorang penyidik wanita asal Perancis bahkan dijambak rambutnya. Pada akhirnya, misi itu pun gagal dengan memalukan.

Sebaliknya, STL juga melancarkan propaganda kotor dengan membocorkan informasi penyidikan yang menunjuk pada empat tersangka anggota Hizbollah. Meski berdasar informasi lainnya yang juga beredar, termasuk bankan pengakuan pejabat sTL Daniel Bellemare, sangkaan tersebut tidak berdasarkan pada bukti-bukti nyata, melainkan hanya berdasarkan 'asumsi' (circumstantional evident).

Bocornya informasi itu sontak menambah situasi yang sudah panas menjadi mendidih.(ca)


Bersambung.

1 comment:

kasamago said...

Perang asymetris mulai berkibar di Lebanon.. Smg Hizbullah & rakyat Lebanon dpt bertahan..