Sunday, 8 May 2016

13 Pasukan Elit Iran dan Puluhan Pemberontak Suriah Tewas dalam Pertempuran Sengit

Indonesian Free Press -- 13 anggota pasukan elit Iran dan puluhan pemberontak tewas dalam pertempuran sengit di Suriah utara, minggu ini. Demikian kantor berita Associated Press melaporkan hari ini (8 Mei).

Mengklaim mengutip laporan kantor berita setengah resmi Iran, FARS, laporan itu menyebutkan kabar tentang kematian pasukan-pasukan elit Iran itu disebutkan oleh Hossein Ali Rezaei, pejabat Tentara Pengawal Revolusi (IRGC) di Mazandaran. Menurutnya, 13 personil IRGC tewas dan 21 lainnya terluka dalam pertempuran sengit di Suriah.

Kantor berita Iran lainnya, Tasnim, disebut Associated Press, melaporkan bahwa pertempuran yang menewaskan ke-13 personil IRGC dan puluhan militan itu terjadi di kota Khan Touman, yang pada hari Jumat (6 Mei) direbut para pemberontak dari tangan pasukan pemerintah Suriah yang didukung Iran dan Rusia. Para pemberontak yang terlibat dalam pertempuran itu berasal koalisi yang menamakan diri Jaish al-Fatah. Koalisi ini beranggotakan kelompok al Nusra Front, Jund al-Aqsa dan Ahrar al-Sham.

Kabar ini muncul pada saat mantan Menlu yang kini menjabat penasihat pemimpin tertinggi Iran, Ali Akbar Velayati, bertemu Presiden Suriah Bashar al Assad di Damaskus. Kepada wartawan usai pertemuan, Velayati mengatakan bahwa Iran akan berdiri di samping Suriah karena 'terorisme tidak hanya mengincar Suriah, namun juga seluruh negara di kawasan Timur Tengah'.

Iran dan Russia serta milisi Shiah Lebanon, Hizbollah, memberikan dukungan penuh kepada pemerintah Suriah dengan menuduh para pemberontak Suriah sebagai teroris.

Sementara itu pada hari Sabtu (7 Mei) diumumkan perpanjangan gencatan senjata di sekitar kota Aleppo, pada saat faksi-faksi pemberontak terlibat pertikaian. Demikian Associated Press melaporkan. Kemenhan Rusia menyebutkan bahwa perpanjangan gencatan senjata dibuat atas inisiatif Rusia, yang bersama Amerika menjadi penjamin gencatan senjata tersebut.

Minggu lalu Rusia dan Amerika sepakat menggelar gencatan senjata di Aleppo hingga wilayah Latakia. Namun gencatan senjat tidak berlaku bagi kelompok teroris al Nusa Front dan ISIS. Walau demikian, pertempuran justru semakin sengit setelah gencatan senjata diumumkan. Kelompok monitor SOHR yang didukung barat menyebutkan sebanyak 286 warga sipil tewas, termasuk 57 anak-anak dalam pertempuran.

Rusia menuduh kelompok al Nusra dan ISIS berusaha menggagalkan gencatan senjata dan memblokade Aleppo dari wilayah selatan yang dikuasai pemerintah.

SOHR juga menyebutkan terjadinya pertempuran sengit antar kelompok pemberontak di utara Aleppo. Menurut laporan itu kelompok ISIS merebut 2 desa di utara Aleppo yang berdekatan dengan perbatasan Turki, setelah menewaskan 12 anggota kelompok lainnya. Kini pertempuran antar pemberontak itu berlangsung di desa-desa Dalha, Harjaleh dan Hiwar Kilis.(ca)

No comments: