Sunday, 18 December 2016

"Tragedi" Aleppo yang Tidak Diberitakan Media-Media Utama

Indonesian Free Press -- Sebelum api fitnah yang dihembuskan zionis internasional ke Suriah pada tahun 2011, Suriah adalah salah satu negara Arab yang paling maju dan sejahtera. Meski tidak sekaya Arab Saudi, Libya dan negara-negara Teluk, pemerintah Suriah di bawah kepemimpinan Bashar al Assad mengalokasikan sebagian besar pendapatan negaranya untuk kesejahteraan rakyatnya.

Di Suriah, segala biaya pengobatan dan pendidikan rakyat ditanggung pemerintah. Pemerintah membangun pabrik-pabrik roti di berbagai kota agar rakyat mendapatkan jaminan makanan sehat dan murah. Dan tidak hanya itu, pemerintah juga membagikan 'rezeki'nya untuk saudara-saudara sesama Muslim di sekeliling suriah. Suriah adalah pendukung utama perjuangan rakyat Palestina dan Lebanon melawan Israel. Ketika negara-negara Arab, karena desakan Amerika dan Israel mengucilkan kelompok Hamas Palestina, Suriah justru menerimanya dengan hangat sehingga organisasi itu bisa memiliki kantor perwakilan yang representatif di Damaskus. Dan di Suriah-lah, para pengungsi Palestina mendapatkan hak-hak yang tidak bisa diperoleh di negara-negara lain, yaitu hak untuk mendapatkan pekerjaan dan memiliki properti.

Ketika jutaan warga Irak mengungsi ke luar negeri karena invasi Amerika, Suriah menerima 2 juta di antara mereka untuk tinggal di kamp-kamp penampungan yang relatif nyaman dibandingkan kamp-kamp pengungsi di negara-negara lain.
Namun, yang paling berharga di Suriah adalah bahwa di negara itu kestabilan sosial politik dan kerukunan hidup warganya benar-benar terjaga, meski rakyat Suriah terdiri dari berbagai agama dan mazhab. Selain Islam Sunni dan Shiah juga terdapat orang-orang Katholik, Kristen Orthodok, Yahudi, Druze, Kurdi dan Alawi. Kerukukan itu bisa ditegakkan karena pemerintah Suriah menganut faham sekuler-nasionalis-religius. Pemerintah tidak campur tangan urusan agama, namun melindungi semua agama secara adil.

Presiden Bashar al Assad sendiri diketahui berasal dari sekte Alawi, yaitu bagian dari Sunni namun memiliki kedekatan dengan Shiah dalam hal penghormatan kepada sahabat dan menantu Nabi MUhammad S.A.W, Ali bin Abi Thalib.

Selama bertahun-tahun, sejak tahun 2012, sebagian kota Aleppo dikuasai oleh para pemberontak. Berbagai aksi keji telah dilakukan di kota itu oleh para pemberontak, yang sebagian besar dari mereka adalah para teroris binaan zionis dari kelompok Al Nusra dan ISIS. Media-media massa 'mainstream' dunia (MSM) tidak pernah meributkan kejatuhan Aleppo ke tangan para teroris itu. Namun, ketika kota ini berhasil dibebaskan dari cengkeraman mereka oleh pasukan Suriah dan koalisinya, MSM secara serentak berteriak-teriak tentang 'pembantaian massal' oleh Suriah.

Meski demikian, kebenaran tidak bisa dibungkam. Sejumlah media dan penulis independen, termasuk blog ini, terus memberitakan kebenaran tentang Suriah. Bahwa yang terjadi di Suriah adalah sebuah konspirasi jahat zionis internasional untuk menghancurkan salah satu musuh utama Israel.

Tentang pembebasan Aleppo oleh pasukan Suriah saat ini Andrew Ashdown, seorang pendeta Church of England, memberikan laporannya yang menarik di laman Facebook 15 Desember lalu. Ia tengah belajar tentang hubungan antara Islam dan Kristen di Suriah dan pada tanggal 14 Desember masih berada di Aleppo.

"Pagi ini kami mengunjungi IDP Registration Centre di Jibrin, untuk para pengungsi dari Aleppo Timur. Mereka mendaftarkan diri disini untuk alasan kemanusiaan dan akses-akses layanan sebelum mereka pergi ke rumah kerabat mereka di wilayah lain atau ke pusat layanan lainnya dimana mereka akan mendapatkan akomodasi, makanan dan layanan lainnya," demikian laporan awal Andrew Ashdown di media sosial.

Menurut Ashdown, dalam dua minggu pusat pendaftaran pengungsi itu telah mendaftarkan 95.000 pengungsi dan diperkirakan masih ada 10.000 pengungsi lainnya yang idak terdaftar. Fasilitas ini terorganisir dengan baik.

"Bulan Sabit Merah Suriah menyediakan puluhan tenda yang menyediakan segala informasi tentang fasilitas-fasilitas umum yang tersedia dan menyediakan layanan pengobatan gratis. Dalam kondisi darurat, ambulan-ambulan siap mengantar pengungsi ke rumah sakit terdekat. Makanan cuma-cuma disediakan oleh Bulan Sabit Merah dan Tentara Suriah, dan kami melihat konvoi truk bantuan dari Rusia. Ada juga rumah sakit lapangan Rusia di tempat itu yang menyediakan pengobatan darurat," tambahnya.

Menurut penuturannya, seluruh pengungsi yang ditemuinya merasa sangat gembira setelah penderitaan mereka selama ini bersama para teroris, berakhir.

"Mereka mengatakan bahwa para militan mengatakan kepada semua orang bahwa Tentara Suriah akan membunuh setiap warga yang akan pergi ke Aleppo barat. Namun, kenyataannya para pemberontaklah yang banyak membunuhi warga yang hendak pergi ke barat, tidak peduli laki-laki, perempuan atau bahkan anak-anak. Seorang wanita menangis ketika bercerita bahwa anak-anaknya tewas dibunuh para pemberontak, seorang anak lainnya diculik. Para pemberontak itu juga membunuhi siapa saja yang menunjukkan simpati kepada pemerintah. Para pengungsi itu mengungkapkan bahwa para pemberontak mengatakan bahwa para pendukung pemberontaklah yang benar-benar muslim, yang lainnya adalah para kafir dan layak dibunuh."

Para pengungsi juga mengatakan bahwa para pemberontak telah merampas bantuan makanan untuk warga dan kemudian menjualnya dengan harga mahal. Warga juga tidak bisa mendapatkan pengobatan karena obat-obatan untuk warga juga dirampas pemberontak. Hampir semua pengungsi mengatakan telah kehilangan anggota keluarganya karena dibunuh pemberontak, dan para mereka semua melaporkan banyaknya aksi-aksi pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan pemerkosaan oleh pemberontak. Dan jika warga (pengungsi) pergi dari rumahnya tanpa penjagaan, maka rumah dan seisinya akan dirampas.

"Semua pengungsi tanpa kecuali tampak sangat gembira karena telah berhasil diselamatkan dan bebas. Seorang wanita mengatakan, apa yang dialami sekarang bagaikan surga, dibandingkan dengan apa yang dialaminya selama beberapa tahun bersama pemberontak."

"Terima kasih Tuhan. Kini kami bebas, mendapatkan makanan, bisa menjalani hidup. Tuhan memberkahi Tentara Suriah," kata seorang pengungsi yang selalu duduk di atas kursi roda, yang selama ini tidak bisa mendapatkan perawatas medis yang dibutuhkan.

Tentang perlakukan Tentara Suriah, yang oleh media-media massa disebut kejam, seorang pengungsi wanita berteriak, "Tidak. Mereka telah membantu kami melarikan diri dan mereka memberikan kami makanan dan bantuan!"

Tentang kondisi terkini di Alappo, Andrew Ashdown memberikan dua catatan penting:

1. Hanya ada Bulan Sabit Merah Suriah, Tentara Suriah dan Rusia yang memberikan bantuan kepada para pengungsi Aleppo. Tidak ada satupun organisasi internasional yang memberikan bantuan.

2. Tidak ada wartawan media-media utama (MSM) yang berada di pusat penanganan pengungsi untuk melaporkan kegembiraan yang dialami warga setelah kotanya dibebaskan dari para teroris.

"Runtuhnya segala bentuk jurnalisme investigatif yang terpercaya dalam konteks global adalah sangat mengherankan," tulis Andrew Ashdown.

Hal itu sama persis dengan tulisan Patrick Cockburn di The Independent kemarin (16 Desember), yaitu bahwa tentang kondisi Aleppo saat ini lebih banyak propaganda daripada beritanya.(ca)

4 comments:

Kasamago said...

Kebenaran pasti menang.. Sebuah keniscayaan

imanfajar82 said...

Pak Adi saya menyukai tulisan bapak.. Bolehkah saya share artikel ini...??

Unknown said...

Alhamdulillah, semoga suriah kembali damai

zhk said...

nampaknya analisis anda sangat bertolakbelakang dengan media islam indonesia seperti hidayatullah, eramuslim, muhammadiyah, dan beberapa orang indonesia yang tinggal langsung di suriah yang menceritakan pengalaman mereka, juga puluhan negara arab yang sudah memutuskan hubungan diplomatik. saya sungguh jauh lebih percaya data yang ada pada mereka dibanding tulisan ini. anda hanya menulis tanpa hadir bersama mereka. jangan asal mengutip, kutipan tanpa penelusuran akan merugikan anda sendiri di akhirat kelak.