Saturday, 13 January 2018

Pemerintahan Trump Pertempuran Yahudi Versus Non-Yahudi

Indonesian Free Press -- Pemerintahan Donald Trump merupakan ajang pertempuran seru antara kubu pro-yahudi melawan anti-yahudi. Demikian pernyataan tokoh yahudi, mantan menteri luar negeri dan penasihat presiden Amerika, Henry Kissinger.

"Ini adalah perang antara yahudi melawan non-yahudi," kata Kissinger kepada Michael Wolff dalam bukunya, ‘Fire and Fury: Inside the Trump White House’, seperti dilaporkan Daily Mail, 6 Januari.

Pernyataan Kissinger itu disampaikan berkaitan dengan adanya perselisihan antara mantan penasihat Donald Trump, Steve Bannon di satu sisi melawan menantu Trump yang diketahui berdarah yahudi dan sangat pro-Israel, Jared Kushner.


Menurut Wolff, Trump sengaja memasang Kushner untuk menjadi 'pelindung besar Israel’. Namun, Bannon tidak menyukai hal itu. Untuk memperkuat posisi, Kushner kemudian mendorong mantan Presiden Goldman Sachs, Gary Cohn, menjadi penasihat ekonomi Donald Trump dan sekaligus menyingkirkan Bannon.

Bannon bertahan dengan mengangkat mantan anchor dan komentator televisi terkenal dari CNBC, Larry Kudlow. Namun, upaya Bannon tampak tidak membawa hasil. Perannya termarginalisasi setelah Gary Cohn menyatakan kebijakan ekonomi Amerika akan mengarah dari 'kanan-tengah' ke 'moderat'.

Jonathan Sarna, profesor sejarah Yahudi di Brandeis University, mengatakan kepada majalah Yahudi Forward bahwa Kissinger sebenarnya melihat pertempuran antara 'sayap moderat yang dipengaruhi Yahudi' (Jewish-inflected moderate wing) dengan sayap anti-yahudi (culturally non-Jewish hardcore).

"Yahudi-yahudi Partai Republik berbeda dengan orang-orang Republikan paleo-konservatif, dan pertempuran itu telah berlangsung lama," kata Sarna.

"Yang tidak kita ketahui adalah apakah 'neoconservatives' akan kembali menguasai Partai Republik jika ada orang yang berbeda berada di puncak kekuasaan," tambahnya.

Kedua kubu tersebut terus bersaing hingga Bannon tersingkir dari lingkaran kekuasaan pada Agustus 2017 lalu setelah ia dituduh berbohong kepada penyidik FBI soal keterlibatan Rusia dalam lingkar kekuasaan Trump.(ca)

No comments: