Tuesday, 20 February 2018

Amerika Khawatirkan Kemajuan Senjata Hipersonik Cina

Indonesian Free Press -- Para pejabat militer Amerika merasa khawatir dengan perkembangan senjata hipersonik Cina yang jauh di depan Amerika.

Seperti laporan Sputnik News, 16 Februari, Panglima Komando Wilayah Pasifik Amerika Admiral Harry Harris mengungkapkan kekhawatirannya dengan perkembangan senjata hipersonik Cina yang kini menjadi ancaman nyata bagi Amerika.


“Perkembangan senjata-senjata hipersonik Cina jauh melampaui kemampuan kita," kata Admiral Harris di hadapan Congress, Rabu (14 Februari).

“Kita tertinggal di belakang," tambahnya lagi, menggemakan kembali apa yang dikatakan Panglima AU Amerika Paul Selva baru-baru ini. Selva mengatakan bahwa Amerika telah 'kehilangan keunggulan teknis dalam senjata hipersonik' dibanding Cina dan Rusia.

Selva menyebut kemajuan senjata-senjata hipersonik kedua negara saingan Amerika itu seperti 'kecepatan cahaya'.

Menurut Harris Amerika harus melakukan langkah agresif untuk mengejar ketertinggalan ini 'demi menjamin bahwa kita memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dari serangan senjata hipersonik Cina sekaligus membangun senjata hipersonik sendiri.”

Senjata hipersonik adalah senjata-senjata yang mampu terbang dengan kecepatan di atas 5 kali kecepatan suara atau sekitar dua kali kecepatan rata-rata pesawat-pesawat tempur yang ada. Dengan kecepatan itu, sistem pertahanan udara konvensional tidak akan mampu mencegatnya. Senjata hipersonik umumnya berupa senjata ballistik yang ditembakkan ke lapisan tertinggi atmosfir dan jatuh dengan kecepatan tinggi ke sasaran. Namun saat ini beberapa rudal jelajah, khususnya buatan Rusia, juga memiliki kemampuan terbang secara hipersonik. Sedangkan Amerika hanya memiliki rudal Boeing X-51 yang masih dalam tahap ujicoba.

Selain itu, senjata hipersonik juga berupa senjata kinetik, yaitu rudal yang ditempatkan di satelit di luar atmosfir bumi. Namun sampai saat ini senjata ini masih berupa konsep saja dan belum ada bukti keberadaannya.

Senjata-senjata konvensional bisa bisa diisi dengan hulu-ledak konvensional ataupun nuklir. Namun, energi kinetik yang dihasilnya, dari massa dan kecepatannya, sudah cukup untuk menimbulkan daya hancur tinggi sehingga efektif untuk menghancurkan kapal-kapal perang, pusat-pusat komando, pangkalan-pangkalan militer dan fasilitas-fasilitas vital lawan. 

Media Warrior Maven pada hari yang sama melaporkan  bahwa Amerika kini tengah berusaha untuk mengembankan radar-radar yang mampu mendeteksi kedatangan senjata-senjata hipersonik. Direktur Operasi US Missile Defense Agency (MDA) Gary Pennett mengatakan kepada wartawan bahwa ancaman senjata-senjata hipersonik ini telah mendesak untuk diadakannya sensor udara global yang mampu melacak aktifnya senjata itu sejak dini dan melumpuhkannya.

Pada tahun 2017 Deputi Menhan Rusia Yuriy Borisov mengatakan bahwa salah satu prioritas penting bagi angkatan bersenjata Rusia adalah mengembangkan senjata hipersonik pada tahun 2018 sampai 2025.

Dalam beberapa tahun terakhir Cina telah mengembangkan glider ballistik atau alat pembawa hulu-ledak berupa alat pelayang yang diluncurkan dengan roket dan kemudian melayang dengan kecepatan tinggi ke sasaran. Alat ini memungkinkan senjata-senjata ballistik, baik berupa nuklir maupun konvensional, memiliki tingkat keakurasian tinggi tanpa menghilangkan aspek kecepatan.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Satu2 nya cara menangkal serangan rudal hypersonic adalah dg mengembangkan senjata laser