Wednesday, 7 February 2018

Iran Berhasil Curi Data Kapal Selam Israel

Indonesian Free Press -- Iran dituduh telah berhasil mencuri 'blueprints' dan data-data teknis kapal selam Israel yang dibuat Jerman. Seperti dilaporkan Times of Israel, 31 Januari, seorang mantan anggota parlemen Israel (Knesset) menyebutkan bahwa Iran telah mencuri data-data tersebut melalui serangan siber terhadap perusahaan pembuat kapal selam Jerman ThyssenKrupp. Hal ini seolah sebuah konfirmasi setelah pada bulan Desember 2016 lalu, ThyssenKrupp mengumumkan adanya upaya untuk mencuri data-data perusahaan melalui serangan siber. Namun, kala itu ThyssenKrupp tidak menyebutkan adanya data-data yang berhasil dicuri.


"Ketika Israel memesan kapal-kapal selam strategis dari Jerman, seorang 'hacker' menyerang ThyssenkKrupp dan bisa mencuri data-data rahasia dan blueprints dari kapal-kapal selam yang dibuat Jerman untuk Israel,” kata Erel Margalit yang juga seorang pengusaha high technology, dalam sebuah konperensi keamanan siber di Tel Aviv.

Margalit mengingatkan bahwa perusahaan Jerman yang memiliki galangan kapal di Kiel, Jerman itu sebagian sahamnya dimiliki oleh keluarga Samir Moqbel, mantan Menteri Pertahanan Lebanon. Sebagaimana diketahui, Israel memiliki sejumlah kapal selam Dolphin buatan Jerman, salah satu kapal selam bertenaga diesel paling canggih di dunia. Melalui kapal selam ini, Isral mempu meluncurkan rudal-rudal jarak jauhnya, bahkan yang berhulu ledak nuklir.

“Kami mengetahui bahwa kapal-kapal itu, korvet-korvet yang dibeli Israel untuk melindungi wilayah lautnya, dibeli dari sebuah galangan yang dimiliki oleh satu keluarga di Lebanon, yang salah satu anggotanya adalah Menteri Pertahanan, yang dekat dengan Iran,” katanya lagi.

Dalam pengumuman tentang serangan siber tahun 2016, juru bicara ThyssenKrupp mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan dari sebuah negara Asia Tenggara dengan sasaran “data-data teknologi dan hasil-hasil penelitian” milik konglomerat Jerman itu. Ia menambahkan saat itu bahwa serangan siber itu berhasil digagalkan.

ThyssenKrupp juga membuat kehebohan di Israel setelah mengumumkan bahwa perusahaan Iran Foreign Investment Company memiliki 4,5 persen saham di perusahaan Jerman itu.

Margalit mengatakan, sementara dunia mencoba untuk menghambat kemajuan teknologi nuklir Iran, negara ini telah menjadi kekuatan siber melawan kepentingan Israel, Amerika, Saudi Arabia dan lain-lain. Dalam konflik mendatang melawan Hezbollah, tambahnya, 

Israel harus melawan kemampuan Iran yang selama ini belum pernah diketahui di arena perang siber, khususnya berkaitan dengan keamanan infrastruktur sipil Israel.

Tahun lalu, Margalit yang masih menjadi anggota parlemen dari kelompok oposisi Zionist Union, mengirimkan petisi kepada Mahkamah Agung untuk menyelidiki keterlibatan PM Benjamin Netanyahu dengan praktik-praktik ilegal yang dilakukan ThyssenKrupp.

Saat ini polisi Israel tengah melakukan penyidikan atas kasus korupsi yang diduga melibatkan Netanyahu, yang dikenal dengan istilah 'Kasus 3000'. Dalam kasus ini diduga sejumlah pejabat tinggi Israel menerima suap untuk memuluskan pembelian empat kapal patroli dan tiga kapal selam Dolphin dengan nilai 2 miliar Euros dari perusahaan ThyssenKrupp, meski pembelian itu mendapat penolakan Kementrian Pertahanan.

Pada hari Jumat pekan lalu, Hadashot TV melaporkan bahwa Netanyahu akan dimintai keterangan oleh polisi dalam beberapa minggu mendatang. Kemungkinan, menurut laporan itu, Netanyahu bakal menjadi tersangka.

Saat ini polisi masih mencurigai bahwa Yitzchak Molcho, orang terdekat Netanyahu selama lebih dari 10 tahun terakhir, telah mencoba untuk memaksakan pembelian kapal-kapal selam itu melalui saluran diplomatik. Sementara itu Shimron, mitra legal Molcho, berusaha mempromosikan kepentingan ThyssenKrupp ke dalam pemerintahan Israel.(ca)

1 comment:

Kasamago said...

Sepertinya ThyssenKrupp bermain di dua sisi.