Monday 28 May 2018

Media Israel Sebut Suriah Larang Iran Gunakan Pangkalan Udara Suriah

Indonesian Free Press -- Media terkemuka Israel Jerussalem Post (JP) melaporkan, hari ini (28 Mei) melaporkan bahwa Suriah telah melarang militer Iran menggunakan pangkalan udara Suriah sebagai pangkalannya.

"Panglima Angkatan Udara Suriah telah memutuskan untuk tidak lagi mengijinkan faksi-faksi Shiah dukungan Iran untuk menggunakan pangkalan-pangkalan udara Suriah sebagai gudang senjata dan asrama pasukan," tulis JP dengan mengutip laporan media media oposisi Zaman al-Wasl, Senin (28 Mei). 


Keputusan itu diambil setelah terjadinya sejumlah serangan militer Israel di Suriah dengan menyasar pangkalan-pangkalan yang menampung militer Iran. Demikian laporan tersebut menjelaskan dengan tambahan bahwa langkah ini merupakan langkah awal proses pengusiran pasukan Iran dari Suriah.

"Laporan tersebut (Zaman al-Wasl) dilanjutkan dengan klaim bahwa otoritas Suriah merasa panik oleh serangan-serangan udara Israel terhadap pangkalan-pangkalan militer Suriah yang menampung pasukan Iran," tambah JP.

Sebelumnya JP juga melaporkan terjadinya perselisihan antara Iran dan Rusia terkait keberadaan militer Iran di Suriah dimana Rusia juga menghendaki Iran untuk menarik pasukannya demi menghentikan konflik. Namun belum ada konfirmasi dari otoritas Suriah dan Iran, juga Rusia tentang kedua laporan JP ini.

Sementara itu media berbasis di London 'Asharq Al-Awsat' melaporkan, Sabtu (26 Mei) bahwa Israel telah mengirimkan 'daftar garis merah' kepada Rusia, berisi hal-hal yang tidak akan ditolerir Israel terhadap Iran. Israel tidak akan membiarkan Iran membangun basis militer, tidak saja di wilayah yang berdekatan dengan perbatasans Israel, namun juga di seluruh wilayah Suriah. 

Di antara 'garis merah' tersebut adalah pengiriman roket-roket Iran untuk milisi-milisi proksinya, termasuk Hezbollah. Daftar lainnya adalah pembangunan pabrik-pabrik roket Iran serta pembangunan pangkalan permanen di seluruh wilayah Suriah. 



Mampukan Iran Bertahan?
Israel telah berkali-kali melancarkan serangan terhadap posisi-posisi Iran di Suriah. Terakhir, hari Kamis (24 Mei), Israel menyerang pangkalan udara Dabaa di Suriah Tengah. Serangan ini, sebut media Lebanon Sky News, menewaskan 21 orang, termasuk prajurit Iran, Hizbollah dan milisi Shiah dukungan Iran.

"21 orang tewas, termasuk 9 warga Iran, dalam serangan terhadap pangkalan udara Dabaa di Suriah Tengah pada Kamis malam, Sky News melaporkan hari Sabtu (26 Mei)," tulis Jerussalem Post dalam laporannya pada hari Minggu (27 Mei).

Keberadaan militer Iran di Suriah, yang berarti kemampuan Iran untuk menyerang Israel semakin kuat jika konflik terjadi, kini menjadi isyu yang paling hangat dalam konflik Suriah setelah kalahnya ISIS dan pemberontak. Di sisi lain, Iran juga harus menghadapi tekanan kuat untuk menarik pasukannya itu, berupa serangan-serangan Israel yang setidaknya dibiarkan oleh Rusia, dan kini terdengar isyu Suriah juga menghendaki kepergian militer Iran.

Iran tentu tidak akan pergi begitu saja, setelah pengorbanan besar yang dilakukannya mendukung regim Bashar al Assad, dan lebih penting lagi posisi strategis yang didapatkan Iran saat ini. Maka kita hanya bisa melihat, sejauh mana Iran bisa bertahan di Suriah di masa mendatang. 

Kami, IFP, percaya bahwa Suriah tidak benar-benar menginginkan Iran pergi mengingat permusuhan Suriah dengan Israel tidak kalah keras daripada Iran melawan Israel. Mungkin, secara formal Suriah akan meminta Iran pergi setelah berakhirnya konflik. Namun, diam-diam Iran akan dibiarkan membangun basis militer di dekat perbatasan Israel, untuk digunakan menghantam Israel. Hal ini, setidaknya bisa menjadi daya tawar Suriah terhadap Israel dalam penentuan wilayah Golan, wilayah Suriah yang masih diduduki Israel. 
Mungkin ceritanya akan seperti Lebanon Selatan, yang akhirnya dikembalikan ke Lebanon setelah Hizbollah berhasil membangun basis militer di perbatasan Lebanon-Israel.(ca)

No comments: