Indonesian Free Press -- Seperti sudah diduga, serangan udara AS atas kelompok milisi PMU Irak dan Suriah berbuntut panjang. Ribuan massa pendukung PMU anggota PMU menyerbu Kedubes AS di Baghdad dan merusak sejumlah fasilitas.
Seperti dilaporkan Sputnik News dan media-media internasional, serangan massa terjadi tepat di akhir tahun, Selasa 31 Desember lalu. Massa menghancurkan dan membakar gerbang masuk dan ruangan penerimaan tamu Kedubes AS dan memaksa AS untuk menerjunkan tambahan pasukan dari Kuwait untuk memperkuat penjagaan Kedubes.
Untuk mencegah massa masuk lebih jauh ke dalam kompleks Kedubes, helikopter-helikopter Apache AS menembakkan gas api ke udara dan personil keamanan AS yang hampir seluruhnya adalah personil marinir, menembakkan gas air mata. Sementara sejumlah personil keamanan terlihat berada di atap Kedubes dengan senjata laras panjang dibidikkan ke arah massa. Terakhir, pesawat-pesawat Osprey pengangkut personil tampak mendarat di atap Kedubes mendaratkan tambahan pasukan dari negara tetangga, yaitu Kuwait.
Setelah puas dengan aksi perusakan, massa akhirnya mundur dari dalam kompleks Kedubes pada hari Rabu petang (1 Januari). Namun mereka bertekad akan terus menggelar aksi duduk di depan kompleks Kedubes AS hingga pasukan AS diusir dari Irak.
Sejumlah pejabat Irak yang tidak disebutkan identitasnya menyebutkan bahwa Dubes AS dan sejumlah staff penting telah dievakuasi dari kompleks Kedubes. Namun Kemenlu AS membantah kabar tersebut. Presiden AS Donald Trump langsung menuduh Iran bertanggungjawab atas insiden penyerangan tersebut.
"Iran harus bertanggungjawab penuh atas korban jiwa atau kerusakan yang terjadi pada fasilitas kami. Mereka (Iran dan pendukung2 PMU) harus membayar sangat mahal. Ini bukan peringatan melainkan ancaman," tulis Trump di Twitter-nya.
Iran tentu manolak tuduhan itu. Kemenlu Iran menyebut tuduhan aitu sebagai 'tuduhan kosong' dan 'kebijakan yang menghancurkan'.
"Jika Anda menggunakan akal, yang sayangnya tidak, Anda akan melihat kejahatan Anda di Iraq, Afghanistan... yang membuat banyak bangsa membenci Anda", kata Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menanggapi tuduhan AS.
Serangan atas Kedubes AS ini menimbulkan kritikan tajam dari kubu oposisi AS, Partai Demokrat. yang saat ini tengah mengupayakan pemakzulan terhadap Trump.
"Serangan atas Kedubes AS di Baghdad adalah mengerikan, namun sudah bisa ditebak sebelumnya,” kata Senator Chris Murphy di akun Twitternya.
“Trump telah membuat AS impoten di Timteng. Tidak ada lagi yang takut pada kita, tidak ada yang mendengar kita. AS telah dipaksa untuk bersembunyi di dalam ruangan, berharap penjahat untuk pergi. Betapa memamukan," tambahnya.
Sementara Ketua Congress Nancy Pelosi (D-Calif.) menulis kicauan: “Eskalasi dan kekerasan harus diakhiri.” Sedangkan Ketua Komisi Inteligen Congress Adam Schiff (D-Calif.) mengatakan, “Kita harus serius untuk meredakan ketegangan untuk masa depan.”
Di sisi lain Senator Tim Kaine berkicau “Kesalahan Trump mengakibatkan kita kurang aman di kawasan. Waktunya bagi Congress untuk menghentikan aksi gagabah yang mendorong ke arah perang.”
Serangan atas Kedubes AS dilakukan sebagai balasan atas serangan udara AS terhadap 5 pangkalan PMU yang didukung Iran di Irak dan Suriah, hari Ahad (29 Desember), menewaskan lebih dari 25 anggota PMU.(ca)
No comments:
Post a Comment