Monday, 17 October 2011

Khamenei: Iran Tetap Jadi Pemenang


Pemimpin spiritual sekaligus pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Sayyed Ali Khamenei pada hari Rabu (12/10), menyatakan bahwa Iran mampu mengubah berbagai tekanan dan sanksi internasional dengan kesempatan yang mampu memberikan berbagai kemajuan di berbagai bidang yang menjadi contoh kemajuan di kawasan sekitarnya. Kemajuan-kemajuan tersebut bahkan lebih pesat daripada yang telah dicapai selama puluhan tahun.

Demikian isi pidato Khamenei di hadapan puluhan ribu massa di kota Kermansyah, Iran Barat. Massa tersebut mengikuti pidato Khamenei dengan sangat antusias. Mereka bahkan telah berkumpul sejak malam hari sebelumnya di jalan-jalan sekitar Lapangan Azadi, tempat dimana Khamenei berpidato.

Selain memuji kemajuan yang telah dicapai Iran, Khamenei juga menyinggung berbagai aksi kerusuhan menentang kapitalisme dan pemerintahan korup yang terjadi di dunia barat, khususnya di Amerika, yang kini telah memasuki minggu ketiga. Menurut Khamenei pemerintah Amerika telah melakukan tindakan kekerasan terhadap para demonstran yang "lebih keras dibandingkan aksi kekerasan yang dilakukan regim-regim diktator di dunia yang terbelakang." Namun semua itu tidak juga berhasil menghentikan aksi.

Khamenei juga menyinggung slogan-slogan yang digunakan para demonstran: "Kami adalah 99% mayoritas". Menurutnya 1% dari warga elit Amerika, para kapitalis dan birokrat, adalah yang kini melakukan peperangan di Irak dan mendukung negara Israel untuk menjadikan "tumor kanker Israel" tetap hidup di kawasan Timur Tengah.

Khamenei juga memuji peranan rakyat Iran yang telah mendukung sistem Islami yang menjadikan Revolusi Iran berbeda dengan revolusi-revolusi lainnya di seluruh dunia.

Menyinggung pemilu parlementer yang akan diselenggarakan Iran Maret 2012 mendatang, Khamenei menghimbau seluruh masyarakat turut berpartisipasi meski ada berbagai provokasi untuk menggagalkan pelaksanaannya. Khamenei menghimbau rakyat untuk memilih kandidat yang terpercaya yang "tidak terkait dengan kekuasaan uang".



AS ISYARATKAN LAMPU HIJAU SERANG IRAN

Sementara itu menyusul tuduhan Amerika terhadap keterlibatan Iran dalam sebuah rencana pembunuhan dubes Arab Saudi di Amerika, para pengamat politik memandangnya sebagai sebuah sinyal bahwa Amerika mengijinkan Israel untuk menyerang Iran.

"Tuduhan rekayasa pemerintahan Obama terhadap Iran menunjukkan tanda "ok" bagi dilakukannya serangan militer Israel atas Iran yang akan dilakukan Israel dalam waktu 2 bulan ke depan. Demikian menurut informasi rahasia seorang pejabat militer," tulis Paul Joseph Watson dalam situs Propagandamatrix tgl 13 Oktober lalu.

Menurut analisis Paul, Israel khawatir dengan kampanye "serang Iran" yang mengendur akhir-akhirnya, terutama dengan tawaran "damai" yang diberikan Iran serta respons positif dari beberapa sekutu barat seperti Jerman. Menurut Paul tenggat waktu 2 bulan bagi dilakukannya serangan adalah menyesuaikan dengan kedatangan iklim musim dingin yang kurang mendukung untuk dilakukan serangan.

Tanda lampu hijau itu tampak semakin jelas mengingat tuduhan rencana pembunuhan dubes Saudi itu hanya berselang 10 hari setelah pertemuan antara menhan Amerika, Leon Panetta dengan menhan Israel Ehud Barak tgl 3 Oktober lalu di Israel yang agenda utamanya adalah membahas keinginan Israel untuk menyerang Iran.

"Dalam beberapa minggu terakhir telah terjadi diskusi intensif di kalangan militer dan inteligen Israel mengenai perlu tidaknya dilakukan serangan terhadap Iran. Tampak yang mengemuka adalah tentang bagaimana untuk meyakinkan Amerika turut serta dalam penyerangan, atau, paling tidak mendukung Israel jika serangan itu kemudian memicu perang yang lebih luas," tulis Patrick Seale dalam koran Gulf News baru-baru ini.

Dan sementara aparat inteligen Amerika mempersiapkan bukti-bukti yang akan digunakan untuk menyalahkan Iran dalam tuduhan pembunuhan dubes Saudi, Time Magazine melaporkan bahwa pemerintahan Barack Obama mempersiapkan diri untuk menggunakan tuduhan itu sebagai alasan melakukan tindakan keras terhadap Iran, jauh di luar sekedar sanksi dan pengucilan.

"Jika pemerintah gagal mendapat dukungan bagi dilakukannya sanksi lebih keras terhadap Iran setelah menyampaikan bukti-bukti, bola panas akan kembali ke presiden Obama," tulis Tony Karon dalam Time Magazine.

“Setelah menyampaikan tuduhan bahwa Iran telah melampaui "garis merah", ia akan mandapat tekanan untuk bertindak, atau menghadapi resiko dicap sebagai "orang yang lemah terhadap Iran" dalam pemilihan presiden mendatang," tambahnya.

Para ahli politik internasional secara konsisten telah memberi peringatan tentang rencana serangan Israel terhadap Iran tahun ini. Pada bulan Juli lalu, misalnya, seorang mantan pejabat CIA Robert Baer memberi informasi kepada sebuah media independen Los Angeles bahwa Israel akan menyerang Iran pada bulan September untuk menggagalkan permintaan Palestina untuk diakui sebagai anggota definitif PBB.

Sementara mantan diplomat senior Amerika,Steve Pieczenik, dalam wawancara dalam Alex Jones Show minggu lalu mengatakan dengan tegas bahwa tuduhan pembunuhan dubes Saudi adalah sebuah rekayasa yang sangaja dibuat untuk menjustifikasi serangan terhadap Iran. Pieczenik juga mengingatkan bahwa Israel baru saja mendapat kiriman sejumlah besar rudal penghancur bunker bawah tanah dari Amerika.

Di lain sisi Kolonel (Purn) US Army Anthony Shaffer mengungkapkan kepada Paul Watson bahwa tidak ada catatan apapun mengenai rencana pembunuhan dubes Saudi itu dalam arsip FBI, menunjukkan rencana itu sebagai suatu "fantasi" belaka.

Selain itu kini telah menjadi pengetahuan sebagian orang bahwa orang yang dituduh menjadi perancang rencana pembunuhan itu adalah seorang pemabuk dan pengunjung setia rumah bordil yang oleh teman-teman dekatnya disebut dengan panggilan "joke".



Sumber:
1. "Sayyed Khamenei: Islamic Iran Remained Victorious despite Seige, Sanctions"; almanar.com.lb; 12 Oktober 2011
2. "Sources: US Gives Israel Green Light For Iran Strike"; Paul Joseph Watson; Propagandamatrix; 13 Oktober 2011

No comments: