Tanpa stuktur komando yang jelas, disiplin yang rendah, serta kalah kekuatan senjata membuat pemberontak Syria selalu kalah dalam pertempuran melawan tentara Syria. Kekalahan terakhir dialami pemberontak dalam pertempuran di kota Aleppo yang masih berkecamuk saat ini.
Sebagaimana dilaporkan media-media Syria, pemberontak mengalami kekalahan hebat dalam tertempuran di Aleppo dan kini mereka dalam posisi terdesak di beberapa kawasan di luar kota Aleppo.
Media-media Syria melaporkan pertempuran hebat terjadi hari Jum'at (10/8) dimana pasukan pemerintah Syria berhasil meghancurkan kantong-kantong perlawanan pemberontak di distrik al-Eda'a, Saif al-Dawla, Bustan al-Qasr, Halak, Bab al-Hadid dan Darat Azzeh. Pasukan pemerintah juga berhasil merebut gudang bersenjata milik pemberontak. Dalam pertempuran itu pasukan pemerintah mendapat dukungan dari beberapa suku yang tinggal di Aleppo dan sekitarnya.
Dilaporkan bahwa pasukan Syria berhasil menewaskan ratusan pemberontak dan menawan sejumlah besar lainnya. Sebagian besar tawanan tersebut adalah militan dari luar negeri. Di antaranya dilaporkan terdapat sejumlah personil militer dan perwira dari Turki dan negara-negara Arab.
Ofensif militer Syria dimulai sejak hari Rabu, dimulai dengan menyerang distrik Salahuddin yang menjadi basis utama pemberontak di Aleppo. Distrik inipun berhasil dibersihkan dari sisa-sisa pemberontak meski sebelum ofensif dimulai beredar kabar bahwa pemberontak dipersenjatai dengan senjata-senjata berat, rudal hingga senjata kimia.
Sementara itu dalam waktu yang hampir sama, tentara Syria juga terlibat dalam operasi pembersihan pemberontak di wilayah-wilayah lain di Syria: Homs, kawasan Manin di pinggir kota Damascus, juga di daerah perbatasan Syria dengan Jordania dan Irak. Sejumlah besar pemberontak dikabarkan tewas dalam operasti itu.
Presiden Syria Bashar al-Assad pada tgl 1 Agustus lalu mengumumkan negara berada dalam kondisi perang "krusial dan heroik" yang akan menentukan nasib bangsa Syria.
PENYELESAIAN KRISIS TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN KEDAULATAN SYRIA
Di sisi lain Iran berhasil menyelenggarakan konperensi internasional, tandingan even sejenis yang dilaksanakan negara-negara pendukung pemberontak bernama "Internationla Conference for Friends of Syria".
Dalam kesimpulannya, konperensi yang diberi nama "Consultative Meeting on Syria" itu menyatakan bahwa, "setiap solusi dalam krisis Syria harus berdasar pada penghormatan hukum internasional, tidak berupa campur tangan terhadap masalah internal Syria dan menghormati kedaulatan nasional dan integritas wilayah Syria."
Konperensi juga menyatakan perhatian mendalam terhadap pertikaian dan pelanggaran HAM yang terus terjadi di Syria yang telah mengakibatkan kehancuran dan menimbulkan masalah mendalam bagi Syria. Konperensi juga menyatakan simpatinya pada keluarga korban dari pertikaian bersenjata serta aksi-aksi terorisme. Selain itu konperensi menyebutkan bahwa satu-satunya solusi bagi krisis yang terjadi adalah melalui dialog antara pihak-pihak internal yang terlibat pertikaian di Syria serta mendukung dilakukannya reformasi demi terciptanya kehidupan demokrasi di Syria.
Konperensi ini diikuti oleh perwakilan dari 30 negara dan lembaga internasional. Di antara mereka adalah 5 orang menteri luar negeri atau pejabat menteri, 7 orang wakil menteri, 15 duta besar dan wakil PBB di Iran. Sebagian besar negara yang hadir berasal dari kawasan Asia, Afrika dan Amerika Latin, termasuk tentu saja sekutu Iran yaitu Rusia dan Cina.
Ref:
"Syrian insurgents suffer heavy losses as army continues mop-up ops.", Press TV; 10 Agustus 2012
"Tehran’s Syria Conference Stresses Need for Settlement"; almanar.com.lb; 10 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment