Tuesday, 14 August 2012

SERANGAN "SENJATA MAKAN TEMAN" MENINGKAT DI AFGHANISTAN

Fenomena serangan bersenjata yang dilakukan oleh aparat keamanan Afghanistan terhadap tentara koalisi (green on blue attack) semakin meningkat akhir-akhir ini, sedemikian rupa hingga muncul ketidak percayaan yang sangat tinggi tentara koalisi terhadap mitranya itu.

Terakhir sebanyak 7 tentara koalisi tewas dalam insiden "senjata makan teman" yang terjadi selama 4 hari terakhir. Pada hari Jum'at (10/8) saja sebanyak 6 tentara koalisi, di antaranya 3 tentara Amerika, tewas ditembak oleh aparat keamanan Afghanistan yang mengundang tentara koalisi itu untuk makan-makan. Tiga korban lainnya ditembak oleh pegawai sipil Afghanistan di salah satu pangkalan militer NATO di Afghanistan.

Saat ini terdapat sekitar 130.000 tentara koalisi NATO di Afghanistan. Setelah gagal menundukkan Taliban dan kelompok-kelompok gerilyawan lainnya, keberadaan mereka kini lebih banyak sebagai pelatih yang membantu aparat keamanan Afghanistan menghadapi gerilyawan Taliban dan kelompok-kelompok Islam garis keras lainnya. Pada tahun 2014 mendatang seluruh tentara itu sudah akan ditarik dari Afghanistan. Namun dengan adanya serangan-serangan tersebut efektitifas keberadaan tentara koalisi itu diragukan.

"NATO harus menerapkan standar keamanan baru bagi tentaranya saat harus melatih aparat keamanan Afghanistan, yang akibatnya justru semakin menambah jarak antara keduanya," kata Ahmed Rashid, analis politik Afghanistan kepada kantor berita Perancis "AFP" baru-baru ini.
Sebagian dari serangan "senjata makan teman" itu dilandasi oleh kebencian pribadi aparat keamanan Afghanistan kepada tentara "kafir" yang telah menjajah negeri mereka dan membunuhi keluarga mereka. Namun sebagian lainnya merupakan aksi terorganisir yang dilakukan oleh Taliban yang diakui telah melakukan penyusupan mendalam ke dalam organisasi keamanan Afghanistan.

"Sejauh yang kami temukan, kebanyakan dari serangan-serangan itu disebabkan oleh kebencian pribadi dan situasi yang sangat menegangkan," kata jubir NATO Brigjen Gunter Katz, kepada AFP.

Namun Katz berusaha menyederhanakan persoalan dengan mengataan bahwa secara keseluruhan insiden-insiden itu tidak mengganggu keamanan dan moral tentara koalisi masih bisa terjaga.

Menurut Katz NATO mencatat sejauh ini telah terjadinya 26 kali insiden "senjata makan teman" dengan korban 34 tentara koalisi tewas.

"Perusuh mengetahui bahwa ini adalah cara yang efektif untuk melakukan serangan, maka mereka berusaha melakukannya sebanyak mungkin. Namun terlepas dari itu memang terdapat perasaan umum di masyarakat Afghanistan yang tidak menyukai kehadiran tentara asing," kata Katz.

Pada hari Selasa (7/8) seorang tentara Amerika tewas ditembak oleh berseragam tentara Afghanistan. Dua hari kemudian seorang tentara Afghanistan menembakkan senjatanya ke tentara NATO sebelum akhirnya tewas ditembak. Dan pada hari Jum'at (10/8) seorang perwira polisi Afghanistan menembak 4 tentara Amerika yang diundangnya untuk makan siang, menewaskan 3 orang di antaranya. Taliban mengaku berada di balik serangan itu dan menyebutkan polisi penembak telah melarikan diri dan bergabung dengan Taliban.

Juga para hari Jum'at (10/8) seorang pegawai sipil Afghanistan yang bekerja di markas NATO menembak mati 3 tentara koalisi.

Secara keseluruhan, dalam seminggu terakhir sebanyak 17 tentara koalisi asing tewas ditembak oleh aparat keamanan Afghanistan.



Sumber:
"Rise of ‘green-on-blue’ attacks in Afghanistan"; Lawrence Bartlett; AFP; 11 Agustus 2012

No comments: