Tentara Syria, hari Rabu (1/8), menyerbu dan berhasil merebut markas komando pemberontak yang terletak di distrik Salahuddin, Utara Aleppo, yang selama ini menjadi jantung pertahanan pemberontakan di kota terbesar di Syria ini.
Menurut laporan resmi pemerintah Syria, tentara berhasil merebut komplek sekolah yang selama ini dijadikan sebagai markas komando pemberontak dan menewaskan tidak kurang dari 150 pemberontak. Koresponden media Iran, "Press TV" melaporkan bahwa situasi di Aleppo kini mulai tenang menyusul direbutnya markas komando tersebut di atas. Namun pertempuran masih terjadi di pinggiran kota.
Sementara itu klaim media-media dan pejabat barat tentang penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh tentara pemerintah Syria terhadap pemberontak, terbantahkan sudah. Menurut jubir tim pengawas PBB di Syria, Sausan Ghosheh, pemberontak juga memiliki persenjataan berat yang membuat tentara pemerintah berhak menggunakan persenjataan beratnya. Menurut Ghosheh pemberontak memiliki tank-tank dan rudal jinjing. Pemberontak telah beroperasi di Aleppo sejak tgl 20 Juli, setelah mereka terdesak dan lari dari pertempuran di Damaskus.
Di sisi lain beredar video yang beredar di media-media online yang menggambarkan pemberontak mengeksekusi para pendukung pemerintah yang tertangkap, melanggar konvensi perang Genewa yang melindungi tawanan perang dan masyarakat sipil. Pemerintah Syria menuduh pemberontak telah melakukan "kejahatan-kejahatan yang mengerikan" terhadap rakyat sipil di Aleppo dan Damaskus.
Dalam 2 suratnya yang dikirim kepada DK PBB dan Sekjen PBB, menlu Syria Walid al-Muallem mengatakan, Selasa (31/7), bahwa pemberontak yang didukung dan dibiayai oleh Saudi, Qatar dan Turki, telah menggunakan rakyat sipil sebagai tameng hidup dan membunuhi rakyat sipil yang tidak mendukung mereka.
MAYAT PEMBERONTAK SENGAJA DIBAKAR
"Satu hari kami menerima 30, hari lainnya 40 orang terluka, tidak termasuk mayat. Beberapa hari lalu kami menerima 30 orang terluka dan sekitar 20 mayat, namun setengah dari mayat itu tidak bisa dikenali karena sudah hancur," kata seorang paramedis sebuah klinik yang berada di kawasan yang dikuasai pemberontak di Aleppo sebagaimana dikutip kantor berita "Reuters", tgl 30 Juli lalu.
Pernyataan paramedis tersebut seolah mengkonfirmasi berita-berita tentang mayat-mayat pemberontak yang sengaja dibakar sendiri oleh rekan-rekannya dalam upaya menyembunyikan identitas mereka mengingat sebagian besar dari mereka berkebangsaan asing.
Dari waktu ke waktu keberadaan pemberontak yang sebagian besar adalah orang asing, semakin jelas saja. Dari pengakuan fotografer Belanda Jeroen Oerlemans, yang pernah ditahan para pemberontak yang menyebut mereka "tidak satupun yang merupakan orang Syria", serta keberadaan Brigade Ummah, satuan pemberontak Libya binaan NATO, di medan perang Syria.
Tentu saja hal ini tidak "mengenakkan" negara-negara yang terlibat dalam konspirasi anti-Syria. Klaim mereka bahwa pemerintah Syria memerangi rakyatnya sendiri terbantahkan dengan keberadaan orang-orang asing itu. Maka untuk mengatasi terbongkarnya identitas kewarganegaraan pemberontak, diduga kuat para pemberontak sengaja membakar mayat rekan-rekannya beserta seluruh identitas yang melekat padanya. Media yang melaporkan modus "mengerikan namun menarik" itu di antaranya adalah "Press TV" Iran.
Namun demikian media-media barat pura-pura tidak mengetahui praktik keji tersebut. Alih-alih media-media barat lebih suka memberitakan pembelotan seorang diplomat Syria di Inggris, Khaled al-Ayoubi. Dengan ancaman, sogokan sekoper uang, dan janji menjadikannya pejabat tinggi setelah presiden Syria berhasil disingkirkan, tentu saja banyak orang-orang lemah yang bersedia melakukan pengkhianatan seperti Ayoubi dan banyak pejabat Syria lainnya yang terlalu lama hidup nyaman di luar negeri. Namun masih banyak pejabat dan perwira militer Syria yang loyal dan siap mempertahankan negaranya hingga titik darah penghabisan sebagaimana mereka bertempur di Damaskus, Homs dan kini di Aleppo.
Sumber:
thetruthseeker.co.uk; 30 Juli 2012
Press TV, 2 Agustus 2012
"Aleppo rebels under fire, Syrian fighter jet flies over"; Erika Solomon; Reuters; 30 Jul 2012
No comments:
Post a Comment