Indonesian Free Press -- Rusia mengirimkan dua kapal perang modern mereka ke Suriah mengantisipasi perkembangan lebih serius konflik Suriah setelah tewasnya 34 tentara Turki tanggal 27 Februari lalu.
"Rusia pada hari Jumat mengumumkan telah mengirimkan dua kapal perang modern ke Timteng setelah serangan di Suriah yang menewaskan 33 tentara Turki," tulis Veterans Today mengutip pernyataan Kemenhan Rusia.
Menayangkan video kedua kapal perang Rusia tersebut melintasi Selat Bosphorus menuju Suriah, laporan tersebut menyebut kedua kapal perang adalah kapal frigat terbaru Rusia: Admiral Grigorovich dan Admiral Makarov. Keduanya dilengkapi rudal jelajah jarak jauh Kalibr-N yang bisa menjangkau seluruh sudut di Suriah, dan bisa menjadi faktor penting dalam konflik Suriah akhir-akhir ini.
Sementara itu Rusia berdalih perihal insiden serangan maut yang menewaskan 34 tentara Turki di Idlib, setelah Turki menuduh Rusia mengabaikan informasi posisi pasukan Turki agar tidak menjadi sasaran serangan. Rusia menyebut pasukan Turki menjadi sasaran serangan Suriah karena berada di tempat yang sama dengan para teroris di dekat pemukiman Behun.
Berbicara kepada wartawan di Moskow, Jumat, Menlu Rusia Sergey Lavrov justru menyalahkan Turki yang tidak menghormati kesepakatan antara kedua negara. Ia merujuk pada 'kesepakatan Sochi' antara Vladimir Putin dan Erdogan dimana Turki berkewajiban untuk mengisolir dan mengeliminir kelompok-kelompok pemberontak yang dianggap teroris, termasuk kelompok Hayat-Tahrir-as-Sham yang justru didukung Turki.
Tewasnya 34 pasukan Turki sehingga menambah jumlah pasukan Turki yang tewas di Idlib menjadi 54 orang, disambut kemarahan Turki. Mesut Hakki Casin, seorang penasihat Presiden Erdogan, sampai mengatakan “kita telah berperang 16 kali dengan Rusia di masa lalu, dan kita akan melakukannya lagi.” Media-media massa dan media sosial juga menyuarakan kemarahan pada Rusia. Sejumlah aksi demonstrasi anti-Rusia juga digelar di depan kantora-kantor perwakilan Rusia.
Menhan Turki Hulusi Akar menyalahkan Rusia atas jatuhnya korban pasukan Turki tersebut:
“SERANGAN INI TERJADI MESKIPUN LOKASI PASUKAN KITA SUDAH DIKOORDINASIKAN DENGAN RUSIA. MESKI ADA PERINGATAN SETELAH SERANGAN PERTAMA, SERANGAN SURIAH TERUS BERLANJUT, BAHKAN MENYASAR AMBULAN-AMBULAN.”
Sementara Rusia berdalih, jika tidak ada perintah penghentian tembakan oleh Rusia, jumlah pasukan Turki yang meninggal jauh lebih banyak.
Sementara itu Veterans Today melaporkan bahwa peluang Turki untuk selamat dalam pertempuran di Suriah sangatlah kecil. Selain karena tidak adanya perlindungan udara dari NATO/AS, Rusia juga memiliki senjata-senjata konvensional yang sangat hebat. Di antaranya peluncur roket Smerch dan TOS-1A. Satu set roket Smerch berisi 12 tabung bisa menghancurkan area seluas 672.000 m2 termasuk bangunan-bangunan dan peralatan militer di atasnya.(ca)
1 comment:
Ribet banget, intinya Turki memang menjadi bagian dari teroris Suriah. Rusia dan Iran adalah negara asing yg mendapat legitimasi dari Suriah untuk berada di wilayahnya.. Nah Turki dan Amerika?
Post a Comment