Sunday, 23 February 2020

Dipermalukan Suriah, Turki Hanya Berharap Dukungan Amerika

Indonesian Free Press -- Hari Kamis lalu (20 Feb) Turki mendapat pelajaran pahit di Idlib Suriah. Kekuatan terbesar kedua NATO ini gagal merebut sebuah desa di Suriah meski sudah dibantu oleh kelompok-kelompok militan di Suriah. Turki pun hanya bisa berharap pada dukungan NATO/Amerika untuk bisa mempertahankan kekuasaannya di Idlib.

Seperti dilaporkan situs inteligen dan militer Southfront, Jumat (21 Feb), sekitar 1 batallion tentara Turki yang dibantu kelompok Hayat Tahrir al-Sham (cabang Al Qaida Suriah) dan kekompok-kelompok militan lainnya menyerbu desa Nayrab di sebelah timur Idlib, Suriah timur-laut. Serangan dimulai pukul 13:00 dengan menggunakan 25 kendaraan lapis baja termasuk tank, peluncur roket dan mortir. Namun hingga malam hari usaha itu gagal total. Tidak hanya itu, Turki kehilangan dua prajuritnya dan sejumlah kendaraan militer dalam pertempuran.  

Kemenhan Rusia mengaku pesawat-pesawat SU-24 Rusia terlibat dalam pertempuran itu membantu pasukan Suriah dan koalisi pendukungnya dan mengklaim berhasil menghancurkan sebuah tank, 6 kendaraan lapis baja dan 5 pick-up bersenjata berat. Di pihak Suriah, hanya 4 orang terluka.


Sehari setelah serangan, pada 21 Februari kantor berita Suriah SANA merilis video pertempuran yang memperlihatkan bagaimana pesawat-pesawat pembom Rusia dan Suriah menghancurkan kendaraan-kendaraan dan fasilitas-fasilitas militer Turki dan sekutu-sekutunya di Idlib. Secara keseluruhan Suriah dan Rusia menghancurkan 4 kendaraan militer M60 Sabra MK II dan sejumlah kendaraan militer ACV-15 dan M113 APC. 

Suriah juga mengklaim telah menewaskan 250 personil musuh, termasuk dua tentara Turki yang diakui otoritas Turki. Namun dari gambar video yang dirilis Suriah mengindikasikan jumlah pasukan Turki yang tewas bisa jauh lebih banyak.

Kegagalan Turki merebut sebuah desa di Suriah menjadi tamparan keras bagi Turki yang telah memberikan ancaman untuk menginvasi Suriah jika sampai akhir bulan Februari Suriah tidak menarik diri dari Idlib yang tidak lain adalah wilayahnya sendiri.

Setelah kegagalan ini Turki pun langsung menghubungi Amerika untuk mengirimkan dua battere rudal Patriot untuk menghalau pesawat-pesawat Rusia dan Suriah yang menguasai wilayah udara Suriah berkat sistem pertahanan udara canggih Rusia dan Suriah termasuk S-300 dan S-400. Turki rupanya lupa bahwa Patriot terbukti gagal mempertahankan wilayah udara Saudi dan Israel dari serangan-serangan rudal dan drone kelompok pejuang Yaman dan Palestina. Namun, setidaknya dengan itu Turki berharap Amerika akan melibatkan diri dalam perang di Idlib di pihak Turki.

Dr. Abdullah Manaz, seorang pakar strategi dan jurnalis pro-Turki pun mengungkapkan harapan Turki tersebut dalam tulisannya di Veterans Today, 21 Februari, berjudul 'What Happens if Turkey Takes Air Support from US Coalition in Idlib Operation?':

"Jika Turki tidak bisa menghapuskan image tersebut, ia akan kehilangan reputasinya di kawasan. Hal ini pun akan berakibat buruk bagi operasi Turki di Afrin, ElBab dan sebelah timur Sungai Euphrates di masa mendatang. Pada titik ini Turki ingin menghabisi rejim Suriah di Idlib dan untuk itu Turki telah mempersiapkan diri. Masalah satu-satunya adalah sistem pertahanan udara Rusia dan 'kekuatan-kekuatan di kawasan' (merujuk pada Iran dan sekutu-sekutunya).....  Maka Turki membutuhkan dukungan angkatan udara yang kuat. Jika tidak Turki harus menanggung korban yang banyak. Mungkin, dukungan itu datang dari Amerika...." tulis Dr. Abdullah Manaz.(ca)

No comments: