Saturday, 8 February 2020

Rencana ‘deal of the century’ Ditolak Kubu Demokrat, Trump Pecat Pejabatnya

Indonesian Free Press -- Lebih dari 100 anggota parlemen Amerika (House of Representatives) dari kubu oposisi Demokrat menolak rencana damai Palestina-Israel usulan Donald Trump 'deal of the century'. Mereka menganggap usulan itu hanya akan memicu konflik lebih luas di Timteng.

Seperti dilaporkan Sputnik News kemarin, dalam surat yang dikirimkan oleh para anggota parlemen itu hari Jumat (5 Feb) mereka menyebut rencana itu tidak mengikuti konsultasi dengan Palestina dan hanya merugikan semua pihak, 'mendorong Palestina-Israel ke konflik lebih luas'.

Mereka juga mengkritik 'timing' dirilisnya rencana itu yang mendekati pemilu di Israel sehingga diduga hanya untuk menguntungkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar terpilih kembali.


"Rencana itu tidak mendapat dukungan kami, dan Israel tidak boleh menganggap hal itu sebagai 'surat ijin' untuk melanggar peraturan internasional dengan menganeksasi seluruh bagian Tepi Barat," tulis para anggota parlemen yang diinisiasi oleh Rep. Andy Levin dan Alan Lowenthal, yang kebetulan juga orang yahudi Amerika.

Presiden Trump mengumumkan rencana itu pada 28 Januari lalu dan langsung mendapat reaksi negatif. Tidak hanya ditolak oleh Liga Arab dan Organisasi Konperensi Islam, rencana itu juga ditolak PBB dan bahkan Uni Eropa pun menolaknya. Tidak berlebihan jika pemimpin Iran Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menyebut rencana itu akan mati lebih awal darpada kematian Donald Trump.


Pecat Pejabat yang 'Berkhianat'
Sementara itu Donald Trump telah memecat dua orang pejabatnya yang telah memberikan kesaksian di hadapan Senat Amerika dalam kasus pemakzulan terhadap Trump yang diajukan House of Representatives. Keduanya dianggap memberikan kesaksian yang memberatkan Trump meski pada akhirnya upaya pemakzulan itu ditolak Senat yang dikuasai kubu Republik pendukung Trump.

Seperti laporan Press TV, Sabtu (8 Feb), kedua pejabat itu adalah Kolonel AS Alexander Vindman dan Dubes AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland. Mereka dipecat hari Jumat, 2 hari setelah sidang paripurna Senat yang membebaskan Trump dari pemakzulan pada hari Rabu.

Vindman yang merupakan pakar Ukraina yang bekerja di National Security Council (NSC), diusir dari kantornya di Gedung Putih, Jumat. Demkian pernyataan pengacaranya.

“Vindman diminta meninggalkan kantornya karena mengungkapkan kebenaran," kata David Pressman sang pengacara.

Beberapa jam kemudian Sondland mengatakan kepada wartawan tentang pemecatannya.

Saudara kembar Vindman, Yevgeny, yang juga bekerja di NSC, juga diusir dari kantornya pada hari yang sama.

Dalam pernyataan kepada wartawan di Gedung Putih, Jumat, Trump mengaku masih jengkel dengan kubu Demokrat dan para pejabatnya yang dianggap berkhianat.

“Saya kecewa dengannya (Vindman). Anda pikir saya harus senang dengannya?” kata Trump kepada wartawan.(ca)

No comments: